"Pagi, Anna." Sapa Alex mengagetkanku dari belakang. "Selamat pagi, Tuan Alex. Aku sudah memilah laporan yang bisa kita kerjakan hari ini." Balasku yang segera bergerak membuatkan Alex kopi paginya. "Sepagi ini? Sejak jam berapa kamu datang ke kantor?" "Sedikit lebih awal." Cengirku. "Oh, ayolah. Ayo kita sarapan dulu. Pekerjaan jangan dibawa beban. Bagaimana kalau kita menikmati breakfast menu di kafe depan?" Tawarnya. "Apa tidak masalah?" Raguku. "20 menit bagaimana?" Rayu Alex. "Baiklah. Setelah itu tidak ada lagi alasan pengalihan. Besok kita harus berangkat." Ucapku. "Great. Let's go." Alex kemudian berjalan keluar dan aku meninggalkan secangkir kopi yang untungnya belum kuselesaikan untuk mengikuti Alex turun ke lantai dasar dan menikmati satu set menu sarapan di kafe yang terletak persisi di depan kantor. "Alangkah bagusnya kalau kita juga punya kafe khusus untuk karyawan kita sendiri. Pembelian menggunakan id kantor akan mendapatkan diskon. Promo yang cukup menarik un
Aku dan Alex berhasil menyelesaikan segala pekerjaan kami tepat waktu tanpa harus lembur. Bersyukur untuk makan siang yang dikirim oleh entah siapapun itu, kami bisa memaksimalkan jam makan kami tanpa harus membuang-buang waktu."Baiklah, Anna. Ayo kita pulang." Ajaknya saat keluar dari ruangannya."Pulanglah duluan, Tuan Alex. Aku masih harus memberikan laporan akhir ini ke Tuan Rayes. Setelah itu baru aku akan pulang.""Baiklah aku akan menunggumu.""Oh tidak perlu. Aku bisa sendiri. Tolong jangan menjadikanku sebagai alasan untukmu pulang tidak tepat waktu, Tuan." Aku segera merapikan laporan yang perlu kuberikan pada Rayes."Apa kau yakin Anna?"Aku mengangguk."I'm pretty sure. Now drive safe. See you tomorrow at the airport." Senyumku segera melambaikan tangan di depannya.Ia tersenyum mengejek. "Baiklah. Aku dihusir sama sekertarisku sendiri."Rayes lalu berjalan menjauhiku menuju ke lift yang membawanya turun ke lobby. Melihatnya sudah tidak di ruangan ini lagi, segera kuberes
"Something wrong?" Tanya Roger saat aku melepaskan genggaman tangan kami begitu sampai di unit apartemenku. "Nothing Daddy. Tapi jangan menungguku di tempat terbuka seperti tadi. Aku takut." Balasku yang segera melonggarkan pakaianku satu persatu hingga terasa nyaman di tubuhku. "Takut? Someone threat you?" "No, Daddy. I mean, Rayes mempersiapkan anggotanya untuk mengawasi gerak-gerikku mulai besok saat aku keluar kota. Aku takut kalau dia tau tentangmu." Jelasku yang beranjak ke kamar. Roger diam tidak mengikuti langkahku. Aku membiarkannya dan sibuk menyiapkan keperluan pribadi yang akan kubawa besok. Cukup lama aku terhanyut dengan kegiatanku hingga saat aku mencium bau yang sangat enak yang berasal dari dapur. Segera kuakhiri kegiatanku yang memang sudah selesai dan melangkah keluar kamar mengikuti jejak aroma yang menggiurkan itu. "Ayo makan." Ajar Roger saat yang sudah menyiapkan semangkuk bubur hangat di meja bar. "Daddy masak? Kirain udah pulang." "Dan membiarkanmu kela
"Astaga kenapa orang itu di sini?!" Kesal Alex saat kami di jalan pulang menuju hotel untuk beristirahat. "Sabar, Tuan." Pesanku menenangkannya. "Anna, apa kamu tidak kesal melihat tampangnya itu? Kamu tidak ingat sudah beberapa kali dia berusaha melecehkanmu?" Alex menatapku. "Tentu saja aku masih mengingatnya. Tapi tolong fokus dan ingat kembali tujuan kita kemari. Bukan buat mencari masalah apalagi balas dendam. Jadi kembalikan fokus anda, Tuan Alex." Balasku yang berhasil mengingatkan Alex untuk bersikap lebih profesional. Aku sudah terlatih untuk memasang topeng atau muka palsu untuk menghadapi kasus seperti ini. Jadi tidak masalah buatku. Hanya saja ini pengalaman Alex yang pertama. Jadi aku masih harus terus mengingatkan pria ini. "Baiklah, Anna." Patuhnya yang mendengus kasar. Pada akhirnya kami tiba di hotel dan mengistirahatkan tubuh kami sejenak sebelum malamnya kami akan disambut untuk makan malam bersama tim yang akan membantu kegiatan kami besok dan seterusnya. Tent
Rasa nyeri yang sangat hebat menyerang kepalaku. Meski sudah meminum obat anti mual sesuai dengan pesan Rayes semalam, aku masih merasa tidak enak di daerah perut dan kini menjalar ke badan dan kepalaku. Something wrong about my body. Tapi aku tidak boleh mengulur waktu. Aku kemari untuk bekerja, bukan untuk sakit. Terlebih, aku sudah memancing amarah Mike dengan mengucapkan kata-kata provokatif itu, aku tidak boleh menunjukkan kelemahanku!"Kau baik-baik saja? Mukamu terlihat sedikit pucat?" Tanya Alex yang memegang dahiku dengan telapak tangannya.Sontak aktivitas skinshipnya membuat satu ruangan segera melirik kami berdua dengan sedikit tatapan terkejut. Aku yang sadar segera mengelak dari tangan Alex dan mencoba mengembalikan fokusnya kembali ke pekerjaan."Aku baik-baik saja, Tuan Alex. Ini data yang saya coba rangkum dari bagian penjualan." Ucapku yang berhasil membuat Alex kembali melihat dokumen yang kuberikan.Tentu saja Mike masih terus memperhatikanku dengan tatapan tidak s
Aku terperanjak. Sesuatu yang tidak beres sedang terjadi disini. Dengan segala keberanian yang sudah kukumpulkan aku memberanikan diri untuk melangkah lebih dekat dan melihat secara langsung sepasang pria dan wanita yang sedang berusaha memadu kasih di tangga darurat kantor."Kamu berani menentang saya?" Tanya suara pria yang sangat tidak asing di telingaku."Tapi, Pak...""Please stop it, Mr. Mike." Perintahku menatap kedua orang yang sudah menempel dalam pelukan tangan Mike yang cukup besar itu.Mataku sesaat terfokus pada seorang gadis kecil yang memakai pakaian putih hitamnya yang tampak sangat jelas sebagai pegawai baru atau bahkan anak magang yang baru bekerja di perusahaan ini sedang menatapku dnegan ekspresinya yang tidak nyaman, seolah meminta pertolongan. Jelas saja hatiku nyeri dibuatnya, aku kembali mengingat masa laluku. Menjadi sasaran tindak pelecehan oleh atasan sendiri hingga menjadi kebiasaan selama bertahun-tahun itu bisa membuat mental seorang wanita menjadi tidak
"Apa kamu sudah pulang sayang? Kamu benar-benar tidak menghubungi Daddy ya. Apa kamu tau kala-""Aku masih di kantor bersama pimpinanku Daddy. Setelah ini kami akan ke rumah sakit sebentar untuk cek kesehatan. Sepertinya aku masuk angin karena angin laut kemarin." Potongku yang segera menghentikan Roger berhenti mengomel diseberang sana."Baiklah Daddy paham. Daddy tunggu kabarmu jam 9 nanti malam." Ucapnya yangs segera mengakhiri panggilan telepon kami."Salam buat Mommy ya. I love you guys." Ucapku berpura-pura padahal telepon sudah Roger matikan sedari tadi.Alex tersenyum begitu aku mengkahiri sambungan teleponku."Kamu harus banyak bersyukur, orang tuamu begitu memperhatikanmu dengan sangat baik." Ucapnya yang segera beranjak dari tempatnya duduk.Aku hanya tersenyum kaku."Apa perlu kubantu berjalan?" Tanya Alex memastikan.Aku menggeleng. "Thank you Alex."...Alex lalu membawaku menuju ke rumah sakit untuk mengecek kondisiku yang masih dinyatakan sehat secara fisik. Meski b
Aku semakin mempertajam tatapan mataku menatap Mike yang terus tersenyum merendahkanku. Aku meludah kesal."Sampai kapanpun, aku tidak akan pernah mau berlutut di hadapan pria pengecut sepertimu. Kau mau menyebarkannya? Sebarkan saja! Kau pikir aku dan Alex akan tinggal diam?! Dengan segala sumber daya yang keluarga Rayes miliki, kami berdua akan memburumu sampai ke liang lahatmu, Mike!" marahku."BRENGSEK!" Mike berdiri dan menampar keras gadis yang sedari tadi berdiri di sebelahnya hingga ia terjatuh."AKH!!!" Jerit gadis itu yang kini tertelungkup menahan sakit sembari memegang pipinya yang memerah."Bawa gadis ini! Telanjangi dia! Kalau perlu perkosa saja sekalian! Berikan aku foto-fotonya dan akan kusebarkan besok! Kau tidak mau menurutiku? Baiklah. Terserahmu, Anna. Karena aku tidak peduli! Gadis ini yang akan menggantikan nasibmu besok!" Marah Mike yang kemudian kembali duduk dan menikmati pemandangan kedua algojo itu yang sedang menyeret gadis itu naik ke atas kasur."Tidak! T