Cristopher terus menatap papanya dengan lekat. Dilihatnya papanya sedang membaca koran."Pa," panggil Cristopher."Hm," gumam Stevano. Dengan masih menatap koran dihadapannya."Aku nggak membenci papa. Aku hanya kecewa karena papa abaikan. Karena papa sudah jelaskan alasannya, aku akan mencoba menghilangkan rasa kecewa ini. Terima kasih, papa sudah mau mengajakku bicara lebih dulu. Papa mau jujur mengakui perasaan papa dan mengungkapkannya padaku. Aku juga ingin meminta maaf atas sikap kasarku ke papa," katanya tiba-tiba.Stevano terdiam. Dia menutup koran dan meletakkannya di meja, lalu menatap Cristopher."Apa papa nggak salah dengar? Baru saja kamu meminta maaf?" tanya Stevano.Ceistopher menganggukkan kepala perlahan, "ya, aku meminta maaf pada papa. Selama ini 'kan aku selalu berkata kasar dan bersikap seenaknya. Aku juga sering mengabaikan ucapan papa," jawabnya.Mata Stevano berkaca, tak beberapa lama air matanya menetes membasahi pipinya. Dia merasa terharu mendengar ucapan Cr
Setelah bicara, Stevano pergi meninggalakan Cristopher. "Nanti pelayan akan memanggilmu. Turunlah untuk makan," kata Stevano.Dia berjalan mendekati pintu, saat ingin membuka pintu, Stevano kembali mengatakan sesuatu."Papa bicara begini juga karena kekasihmu. Dia begitu khawatir akan hubungan kita, Ayah dan anak yang tampak tidak akur. Papa merasa lega sekarang, sudah mengatakan semuanya padamu. Papa turun dulu," kata Stevano. Dia membuka pintu dan keluar dari ruangan.Cristopher mengerutkan dahi mendengar ucapan papanya, "apa katanya tadi? Kekasihku? Apa itu artinya ... papa bertemu Yuki? Kapan dan di mana? Kenapa Yuki nggak bilang apa-apa?" batinnya.Cristopher segera mengeluarkan ponselnya dan hendak menghubungi Yuki, tapi niatnya diurungka. Dia memasukkan kembali ponsel ke dalam saku celananya."Nanti saja aku tanykan. Dia juga pasti punya alasan kenapa nggak bilang dan cerita padaku," batin Cristopher.Cristopher memijat pangkal hidungnya, "astaga, kepalaku jadi pusing lagi. Ap
Cristopher turun dari dalam mobil. Dia melihat sekeliling kediaman tempat tinggal papanya dengan lekat. Memikirkan masa lalu, di mana dia dulu juga bagian di dalamnya."Sialan, setiap kali datang ke sini. Aku pasti emosiona. Pengen banget aku merobohkan bangunan jelek ini," batin Cristopher."Tenang, Cris. Masuk saja dan temui pak tua licik itu. Dengar apa yang mau kamu dnegar. Dan abaikan yang tidak ingin kamu dengar. Lakukan saja seperti yang biasa kamu lakukan. Toh nggak ada yang berubah. Semua masih tetap sama," batin Cristopher lagi.Perlahan Cristopher berjalan menuju pintu utama dan masuk ke dalam rumah. Dia berjalan menuju ruang tengah untuk mencari keberadaan Papanya.Pelayan menyambut kedatangan Cristopher. Begitu juga Sekretaris Stevano. "Selamat siang, Tuan Muda.""Halo, Cris. Apa kabar?" tanya Nicholas, Sekretaris Stevano."Halo, Om. Aku sehat. Om Nico sendiri bagaimana? Akhir pekan masih saja bekerja ya," tanya balik Criztopher usai menjawab sapaan Nicholas."Seperti y
Keesokan harinya ...Yuki bangun dan mendapati Cristopher sudah menghilang dari sisinya. Dia yang kaget langsung turun dari tempat tidur mencari keberadaan Cristopher."Dia pergi ke mana?" tanyanya dalam hati.Yuki keluar berjalan cepat keluar. Dia menyelisik sekeliling dan mendapati Criatopher berada di dapur. Segera Yuki berlari dan memeluk Cristopher dari belakang. Dibenamkannya wajahnya ke punggung Cristopher.Cristopher yang sedang memasak pun kaget. Dia memegang kedua tangan Yuki yang melingkari perutnya."Sayang, kamu sudah bangun? Kenapa tiba-tiba kayak gini? Bikin kaget aja," kata Cristopher."Kamu tuh yang bikin aku kaget. Pas bangun aku nggak lihat kamu, jadia aku panik. Pas lihat kamu aku lari aja peluk kamu," jawab Yuki."Maaf ya, sudah buat kamu panik. Tadi aku kebangun agak pagian. Aku olahraga bentaran terus masak. Jadi aku nggak sempat balik ke kamar lihatin kamu," jelas Cristopher.Yuki memiringka kepala mengintip apa yang sedang Cristopher kerjakan."Sayang buag ap
Stevano membayangan kejadian pada masa lalu. Saat dia pertama kali bertemu istrinya, lalu akhirnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Keduanya menjalin kasih sampai akhirnya menikah dan istrinya mengandung, lalu melahirkan putra kesayangan mereka yakni, Cristopher."Entah di mana letak kesalahannya. Setelah kepergian istriku, hubunganku dengan putramu pun menjadi renggang. Aku yang acuh tak acuh padanya karena kesibukan, membuatnya kecewa. Dalam benaknya, mungkin dia berpikir aku tidak menyayanginya. Namun kenyataannya, aku terlampau sayang padanya sampai aku tak bisa bertahan hidup tanpanya. Aku menyadari kebodohanku. Aku menganggap dia yang menghindariku dan bersikap dingin padaku setelah sebelumnya mengekoriku ke mana-mana adalah sebuah hal yang biasa-biasa saja. Aku tidak berpikri dia menaruh rasa benci padaku. Sampai saat dia jatuh sakit dan aku menjenguknya. Dia melempar vas bunga dinding, lalu memintaku pergi. Dia tidak ingin melihatku. Aku pun menurutinya dan lekas pergi. Ber
Yuki dan Stevano duduk saling berhadapan. Di atas meja sudah tersaji hidangan yang dipesan masing-masing. "Makanlah," ucap Stevano mempersilakan Yuki untuk makan."Ya, terima kasih. Anda juga. Silakan makan," jawab Yuki.Stevano dan Yuki menikmati hidangan makan malam dengan tenang. Keduanya sama-sama diam tidak mengatakan sepatah katapun sampai makanan yang mereka santap habis."Bagaimana rasanya? Apakah sesuai dengan seleramu?" tanya Stevano menatap Yuki. "Ya, rasanya lezat. Saya suka. Terima kasih sudah mengajak saya makan malam," jawab Yuki berterima kasih."Sama-sama. Aku senang kamu menyukainya," ucap Stevano.Yuki kembali diam. Dia bingung mau bicara apa lagi. Hanya bisa menunggu Stevano mengajukan pertanyaan."Sudah berapa lama kamu bekerja?" tanya Stevano."Sekitar lima tahunan," jawab Yuki."Ternyata kamu karyawan lama sebelum perusahaan tempatmu bekerja diambil alih Cristopher. Bagaimana pendapatmu tentang perusahaan, sebelum dan sesudah diambil alih Cristopher?" tanya St