Home / Romansa / Hot Night with Berondong / Bab 5 - Pelukan Erat Theo

Share

Bab 5 - Pelukan Erat Theo

Author: Ainjae
last update Last Updated: 2024-05-13 11:16:21

“Serius, Pak?!” pekik Diana dengan mata melotot.

Tak hanya Diana yang kaget, Felicia dan yang lainnya juga.

Sang manajer kembali berbisik-bisik, “Iya, tapi saya nggak tahu anaknya yang mana. Makanya kalian perlakukan para anak magang dengan baik, jangan macam-macam. Dan saya perlu kasih kesan baik, jadi kita adakan makan malam buat menyambut mereka.”

Felicia dan rekan-rekan kerjanya mengangguk paham masih dengan raut kaget. Benarkah ada anaknya sang pemilik perusahaan? Felicia jadi penasaran.

Mereka mulai menduga-duga siapa anak magang yang dimaksud sang manajer. Apakah pria atau wanita? Siapa namanya? Dan dugaan lainnya.

“Kalau menurutku, anaknya Pak Martin cewek yang itu.” Salah satu karyawan menunjuk seorang perempuan di antara anak magang.

Perempuan yang dimaksud bernama Sophia. Ia memang tampak paling mencolok di antara anak magang yang lain. 

Ia juga yang terlihat paling supel di hari pertama, bahkan memberikan kukis kepada para senior di hari kedua. Belum lagi barang-barang yang dipakainya hampir semuanya bermerk.

“Aku juga pernah lihat dia datang diantar sopir dan naik mobil mahal. Kayaknya dia yang anaknya Pak Martin, soalnya anak magang yang lain kelihatan biasa aja,” imbuh karyawan itu.

Felicia menatap Sophia yang sedang mengobrol dengan wajah ceria, lalu beralih pada Theo yang duduk di sebelahnya. 

Ah, ia jadi teringat isi dompet Theo saat di hotel waktu itu. Sebagai anak berusia 21 tahun, rasanya sangat ganjil sudah memiliki black card.

‘Kalau itu dikasih sama orang tuanya, berarti Theo juga orang kaya, kan? Kalau gitu… ada kemungkinan juga kalau dia anak Pak Martin.’

Tiba-tiba Felicia merinding sendiri membayangkannya. Sudah tidur dengan brondong, dan ternyata brondong itu adalah anak bosnya sendiri. Bayangan surat pengunduran diri berkibar-kibar di kepala Felicia.

“Sophia, ke sini sebentar!” suara Diana yang keras membuat lamunan Felicia pecah. Ia memanggil anak magang yang disinyalir anak bos itu.

Para karyawan menatap Diana dengan tatapan penuh tanya. Diana hanya tersenyum lalu mengangguk, entah apa maksudnya, atau mungkin Diana hendak menginterogasi Sophia?

“Iya, Bu Diana,” sahut Sophia sambil tersenyum dan mendekat pada Diana.

“Saya mau tanya, tapi kalau kamu nggak mau jawab nggak masalah. Papa kamu kerja di mana?” 

“Di, jangan tanya begitu!” bisik Felicia. Itu tidak sopan ‘kan?

Namun, Sophia tampak biasa saja, malah masih tersenyum. “Papa saya kerja di perusahaan.”

Felicia dan rekan kerjanya saling pandang dengan raut penasaran.

“Jabatan Papamu pasti tinggi, ya?” tebak Diana.

“Iya, hehe.” Sophia menyengir malu.

Jawaban Sophia lantas membuat Felicia tanpa sadar menghela napas lega. Kalau begitu, dugaan rekan-rekan kerjanya kemungkinan benar. Sophia-lah yang merupakan anak Pak Martin.

‘Aman… aman… aku gak tidur sama anak bos berarti….’

Setelah itu, Felicia jadi lebih santai dan mulai menikmati waktunya di sana. Karena Felicia tidak terlalu lapar, ia hanya memesan minuman beralkohol, dan memakan camilan.

Felicia menegak minumannya sambil sesekali melirik ke arah Theo. Terlihat kalau Theo sedang asyik mengobrol dengan anak magang yang lain. 

‘Hm… dia cepet juga akrab sama karyawan lain….’

Deg!

Felicia hampir tersedak minumannya sendiri ketika pandangan mereka bertemu. Tatapan Felicia dan Theo terkunci. Selama beberapa detik, Felicia terfokus pada netra kecokelatan yang terlihat indah serta bulu mata lentik pria itu. 

Namun, tiba-tiba Theo melempar senyuman yang sontak membuat Felicia gelagapan. Hal yang mengejutkannya lagi, Theo bahkan mengedipkan sebelah matanya kepada Felicia.

‘Apa itu maksudnya? Dasar bocah aneh!’ batin Felicia.

Felicia membuang muka lebih dulu. Dia mengipas wajahnya yang tiba-tiba terasa panas.

Entah ada apa dengan mata Felicia, karena beberapa menit kemudian, ia malah kembali menatap Theo. Sekarang wajah Theo tampak lebih memerah dari sebelumnya. Sepertinya pria itu sudah mabuk.

“Fel, aku mau balik duluan. Anak udah rewel,” ucapan Diana membuat Felicia tersadar dan menoleh.

“O-oh, oke,” angguk Felicia.

Diana pamit. Selepas kepergian Diana, Felicia menunduk dan memilih untuk bermain ponsel.

Tak lama setelahnya, sang manajer dan rekan kerja Felicia yang lain pun satu per satu pamit pulang, disusul oleh para anak magang. Felicia sejak tadi sibuk dengan ponselnya, dan hanya menyahut seadanya. 

Lantas, saat mendongak, dia terkejut menyadari kini hanya tinggal dirinya dan Theo di sini.

Felicia bergegas berdiri, bersiap untuk pergi. Namun, gerakannya terhenti ketika melihat Theo hanya menundukkan kepala di atas meja. Wajah dan telinga pria itu sudah sangat merah.

Felicia menghela napas, dan mendekati Theo.

“The, jangan lupa telepon keluargamu untuk minta dijemput,” ucap Felicia sebelum pergi. 

Baginya, itu hanya bentuk kepeduliannya kepada anak magang.

Felicia berbalik badan, hendak berjalan pergi ketika tiba-tiba Theo menahan tangannya. Belum juga Felicia melayangkan protes, pria itu sudah menariknya, lalu meraih pinggangnya dan memeluknya.

Theo yang masih dalam posisi duduk mendongak, menatap Felicia dengan tangan yang melingkar di pinggang Felicia begitu erat.

“Felicia … jangan pergi,” pinta Theo.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hot Night with Berondong   Bab 97 - Our Daughter (End)

    Tahun pertama memimpin perusahaan tidaklah mudah. Tapi, Theo merasa beruntung karena didampingi oleh orang-orang yang baik yang mau membantunya. Untungnya, tak ada yang seperti Martin dalam memperlakukannya.Saat laporan keuangan kuartalan dirilis, laba bersih perusahaan yang mulai dipimpin oleh Theo turun sampai lebih dari sembilan persen, dan itu sempat membuat Theo tertekan. Meskipun bawahannya banyak yang menenangkannya, tapi Theo tetap kepikiran.“Nggak masalah, Pak Theo. Turun sembilan persen juga nggak terlalu besar untuk Pak Theo yang baru pertama kali menjabat,” ucap Brandon—sekretaris Theo.Theo menatap sekretarisnya yang sekarang itu, si Brandon. Dia direkomendasikan oleh sekretaris Martin, masih muda, dan merupakan adik dari sekretaris Martin. Sedangkan sekretaris Martin sudah ditempatkan di posisi lain yang tak kalah penting.“Tapi ini berdampak ke harga saham yang langsung anjlok,” sahut Theo. Saat ini dia sedang menatap grafik saham perusahaannya yang berada di fase down

  • Hot Night with Berondong   Bab 96 - Menjadi CEO

    Setelah mendengar cerita sekretaris Martin, Theo langsung mengusir pria itu. Theo takut lepas kendali dan emosi lalu menghajar sekretaris Martin, jadi lebih baik dia suruh pria itu pergi secepatnya.Selepas kepergian sekretaris Martin, Theo melemas, dia jatuh terduduk di sofa. Menunduk, dia mengusap wajahnya sambil menahan tangis.Felicia turut duduk di sebelah Theo, dia meraih tubuh Theo ke dalam pelukan, diusapnya lembut punggung Theo.“A-aku nggak nyangka, Mama …” Theo mulai terisak. Dia sedih membayangkan Mama kandungnya mengalami banyak penderitaan, bahkan meninggal karena diracun oleh Regina.Felicia tak sanggup berkata-kata, dia pun turut merasakan sedihnya. Sebagai istri Theo, dia hanya bisa terus mendekap Theo dan membiarkan Theo menumpahkan tangisnya.Namun, di saat kebenaran terungkap seperti ini, sayang sekali sang pelaku telah tiada. Regina bisa saja dipenjara atas perbuatannya kepada Mama kandung Theo, tetapi Regina telah meninggal.“Mama pasti menderita selama ini,” cic

  • Hot Night with Berondong   Bab 95 - Kebenaran

    “A-apa? Jangan bercanda!” seru Theo.Suara keras Theo mengejutkan semua orang, termasuk para tamu. Felicia juga merasa kaget, dia pun mengajak Theo untuk pergi dari keramaian bersama dengan sekretaris Martin yang mengikuti.“A-apa maksud ucapan anda tadi?” tanya Theo masih dengan raut kagetnya.Di sebelahnya, Felicia menggenggam tangan Theo, menguatkan Theo.“Saya nggak bercanda, Papa anda dan Mama tiri anda telah meninggal dunia,” jawab sekretaris Martin dengan raut sedih dan lelah yang tercetak jelas di wajahnya.Theo memang membenci Papanya, sangat. Tapi, kabar mendadak seperti ini tentu saja mengejutkannya.Sekretaris Martin lantas menjelaskan bahwa Martin telah mengetahui kabar pernikahan Felicia dan Theo. Martin berniat mencegatnya. Dan Regina pun mengikuti, berada dalam satu mobil yang sama dengan Martin.Namun, nahas, karena terlalu mengebut dan terburu-buru kemari, Martin dan Regina pun mengalami kecelakaan dan meninggal di tempat.“Saat ini jenazah Pak Martin dan Bu Regina m

  • Hot Night with Berondong   Bab 94 - Hari Bahagia & Kabar Mengejutkan

    Sulit bagi orang tua Felicia untuk menerima kenyataan yang baru saja terjadi. Karena itulah mereka butuh waktu untuk mencerna dan menenangkan diri, begitu juga dengan William yang sejak tadi lebih banyak marah.Sekarang tinggallah Theo dan Felicia berdua di ruang tamu. Semua orang meninggalkan mereka usai terkejut.“The, apa ini akan baik-baik aja?” tanya Felicia dengan gurat kekhawatiran yang terlihat jelas di wajahnya.Theo mengangguk dengan senyum menenangkannya, ia meraih tangan Felicia, menggenggamnya, kemudian mengecup punggung tangannya.“Ya, kamu nggak perlu khawatir,” jawab Theo.Felicia membalas genggaman tangan Theo.“Soal Papamu … gimana?”Senyum Theo luntur seketika. “Papa pasti sedang sibuk mencariku di luar negeri. Nggak lama lagi pasti ketahuan kalau aku ada di sini. Karena itulah aku ingin menikahimu secepatnya, sebelum Papa muncul.”Felicia mengangguk.Tak lama, Marcell kembali ke dalam. Felicia langsung tersenyum kepada Marcell.“Marcell, makasih udah turut bicara d

  • Hot Night with Berondong   Bab 93 - Mengikhlaskan

    "Aku …”Felicia masih tampak ragu.“Please,” mohon Theo.Felicia mendongak, menatap wajah Theo yang terlihat semakin dewasa. Namun, sorot mata Theo tak berubah, sorot mata itu yang selalu meluluhkannya setiap kali Theo membujuknya.“Tapi, kamu tahu kan? Aku udah tunangan sama Marcell, udah mau nikah,” ucap Felicia.“Kalau kamu setuju, ayo kita bicara bareng ke Pak Marcell dan keluargamu. Ganti pengantin prianya jadi aku, aku siap menikahi kamu,” tegas Theo.Felicia nyaris melongo. Apa Theo serius? Sekarang ini Theo seperti sedang melamarnya saja.Felicia hendak bicara, tapi teringat kalau ia harus berangkat kerja, dan tak lama lagi adiknya serta orang tuanya akan keluar rumah.“Kita bicarakan lagi nanti malam,” kata Felicia.Theo mengangguk, terpaksa ia melepaskan tangan Felicia.*Malam harinya, Theo kembali mendatangi rumah Felicia, berdiri di depan gerbang. Ketika Felicia muncul, tiba-tiba Felicia menarik Theo berjalan pergi agak jauh dari rumahnya.Saat berhenti melangkah, tiba-ti

  • Hot Night with Berondong   Bab 92 - Permintaan Maaf

    Felicia meremas nampan di tangannya. Ia menahan diri untuk tidak menangis melihat sosok Theo yang sudah lama tidak ditemuinya, dan menahan diri sekuat tenaga untuk tidak berlari menghambur ke dalam pelukan Theo.Pikir Felicia, Theo sudah melupakannya. Tak pernah sekalipun Theo memberi kabar, dan ia dibuat khawatir selama bertahun-tahun. Tapi, ternyata Theo masih baik-baik saja.“Kenapa kamu diam aja di situ? Kamu nggak lihat kalau di rumah saya sedang ada acara? Kamu bisa pergi sekarang,” usir Felicia sambil menatap tajam Theo.Theo membuka mulut, tapi menutupnya kembali. Ia amat terkejut sampai lututnya terasa lemas. Susah payah ia berjuang untuk kabur, mengumpulkan uang, untuk menemui Felicia, tapi respon Felicia malah begini.Marcell yang tak menyangka respon Felicia akan begitu pun merasa kasihan kepada Theo.“Feli, jangan begitu, Theo juga tamu,” kata Marcell sambil tersenyum untuk mencairkan suasana. “Biarkan Theo masuk dan duduk di dalam.”Felicia tak merespon, ia memalingkan p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status