Sekolah memiliki buan hanya satu atau dua alat musik gamelan, tapi set lengkap, dari gendang kecil dan yang besar, bonang, kenong, gong kecil sampai yang besar banget, semuanya ada, mohon dikoreksi kalau gw salah menyebutkan nama-namanya. Gw baru tahu kalau sekolah punya alat gamelan itu kalo gak salah ketika sudah kelas 4, kenapa begitu? Karena sekolah gw ini bentuknya bukan satu gedung besar sendiri yang semua kelas-kelasnya jadi satu dalam satu gedung,
gak gitu, tapi setiap kelas letaknya terpisah-pisah, jadi seperti perumahan dalam satu komplek, paham ya?Nah, mungkin karena posisi ruang kelas satu dua dan tiga itu agak jauh dari ruang guru, jadinya gw sangat jarang lewat atau malah masuk ke ruang guru. Lah? Apa hubungannya sama ruang guru? Karena alat musik gamelan ini tempatnya berada di dalam ruangan yang letaknya ada di belakang ruang guru, jadi kalau mau masuk ke ruang gamelan harus lewat ruang guru dulu.Begitulah.. Setelah kelasguru dan orang tua..hehe.Sampai akhirnya, teman yang kebetulan rumahnya gak jauh dari sekolan, satu persatu pulang. Semakin mendekati tengah malam hanya tinggal segelintir siswa yang masih berada di sekolah.Jam sebelas, hanya tinggal beberapa anak saja yang tinggal dan memutuskan menginap. Gw, Rai, Deddy, Ahmad, Adi, Omes, dan Ihwan, hanya mereka itu yang gw ingat. Karena kami ini yang nantinya seperti menjadi anggota tetap geng “Siswa menginap di sekolah”.Kami berkumpul duduk di lapangan, persis di depan panggung, gw duduk menghadap bagian belakang gedung.Oh iya, bagian belakang sekolah, paling pojok, ada toilet yang amat sangat jarang digunakan, sehingga keadaannya jadi sedikit menyeramkan, kotor lembab berdebu. Kami lebih sering menggunakan toilet yang lain, atau diam-diam menggunakan toilet guru.Di sebelah toilet ini ada dapur, biasa kami gunakan bila ada kegiatan yang ada acara memasaknya, atau untuk hanya sekadar membuat minuman panas
Gw lahir dan besar di Cilegon (Banten), kota perindustrian yang letaknya agak di ujung barat pulau Jawa. Di kota inilah masa kecil gw tertempa lumayan keras. Beruntung, gw punya Bapak yang "raja tega", beliau mengajarkan untuk kuat dalam hal apapun, termasuk menghadapi ketakutan2 akan hal2 mistis. Beberapa kali gw dibiarkan untuk menghadapi dan melawan sendiri ketakutan2 yang ada, baik itu hal yang nyata maupun yang ghoib. Mungkin sebagian besar teman2 sudah tau, kalau daerah Banten cukup kental dengan hal2 yg mistis. Tapi memang benar begitu adanya, karena gw yang mengalami sendiri. Tapi gak tahu kalo sekarang, karna sudah cukup lama sudah gak menetap disana lagi. Gw akan cerita tentang pengalaman yang gw alami ketika masih SD, sekitar tahun 90an. Memang udah lama banget, tapi kurang lebih gw masih ingat detail kejadiannya. ~~~~~~~ Sejak SD kelas satu, gw udah gak pernah dianta
Legenda pesugihan dari laut selatan pulau Jawa yang selama ini dianggap dongeng sebelum tidur oleh sebagian orang. Nyi ratu “Blorong“, sosok siluman ratu ular sebagai simbol kekayaan, sejauh ini sang ratu hanya dianggap mitos yang sangat kental dengan dunia mistis.Faktanya ia ada dengan jati dirinya yang tak kasat mata dan tetap setia sampai detik ini dengan para sekutunya. Inilah kenyataan yang ada dan tak disadari sepenuhnya oleh manusia di kehidupan masyarakat milenial.Sebenarnya para pengikut sang ratu sebagian kecil masih tetap ada di sekeliling lingkungan kita tanpa ada yang tahu. Inilah salah satu kisahnya dari banyak cerita Nyi Ratu Blorong, kisah ini berasal dari teman saya sendiri yang pernah mengalaminya.Peristiwa ini terjadi di era akhir tahun1997 – 1999, saat krisis moneter melanda di negeri ini. Nilai rupiah terpuruk, diperberat dengan kejatuhan ekonomi di negeri kita tercinta.Keadaan ini memaksa sebagian pengusaha terpaksa men
Saat matahari mulai menyinsing, mereka beranjak pulang dan menyisihkan janji esok hari. Ronald langsung pulang kembali ke hotel tempat ia menginap, sementara kedua temannya pulang ke rumah masing-masing, Sarji pulang dengan membawa harapan besar untuk esok hari.Tapi Udin sebagai sahabat setia hanya perasaan dongkol terbawa sampai ke rumah, karena ia harus ikut berangkat menemani kawan sejatinya.Esok hari yang sangat ditunggu Sarji telah tiba. Jam sepuluh tepat, setelah mendapatkan izin dari keluarga masing-masing tadi malam mereka berangkat dengan membawa bekal seadanya. Langkah sarji dengan semangat pergi ke warung sesuai janji Ronald kemarin, sedang udin langkahnya gontai saat menemani Sarji di sisinya.Beberapa saat Sarji dan Udin sudah menunggu di warung, tapi Ronald belum kelihatan. Hari beranjak siang, panas mulai teresa. Kegelisahan terpancar jelas di wajah mereka berdua.Sarji dan Udin sudah lama menunggu (Ilustrasi), dok: pexelsSarji teru
Saat udin masih bersih-bersih, Sarji pergi ke toko bangunan untuk belanja semua kebutuhan. Sesaat kemudian Sarji datang dengan membawa bahan bangunan, ia juga ikut membantu udin mulai membenahi plafon, pintu dan mengecat ulang tembok yang lusuh.Hari demi hari Udin mengerjakan kamar itu tapi dirinya tetap tidak tahu maksud dan tujuan Sarji sebenarnya, sampai akhirnya tempat benar-benar terlihat bersih dan terlihat seperti kamar yang cukup mewah.Sarji tetap masih jadi pengangguran sedang Udin kerja serabutan. Terkadang Udin sehari kerja, tiga hari ia menganggur, hal ini yang sering dijalani Udin. Siang itu Sarji duduk di teras rumahnya sambil menghitung hari, pada hitungannya hari itu nanti malam terjadi bulan purnama,Karena petunjuk ini adalah wawasan dan pengalaman dari Ronald. Diwaktu sore hari ia kebelakang rumah berusaha menemui Udin yang tengah duduk sendirian dibawah pohon keres, sambil mengawasi kedua anaknya yang masih kecil-kecil bermain.“
Tanpa banyak kata Udin langsung mandi dan berkemas, tanpa sarapan pagi ia langsung menuju pasar. Kuli panggul waktu itu memang banyak saingan jadi untuk hari itu udin tidak mendapat jatah untuk membawa barang, karena udin juga berangkatnya sudah siangDengan langkah sedih Udin bukannya pulang malah pergi kewarung langganan, ia kembali mencatat hutangnya dan tak perduli berapa banyak lagi hutangnya sudah menumpuk. Sedang para pengunjung yang lain tahu akan keadaan udin memandangnya dengan tatapan sinis.Tapi Udin tak memperdulikan bisikan dan pandangan miring terhadapanya, karena disisi lain pikiran Udin sudah berat dan kalut ia hanya ingin sejenak melepas kepenatan dalam hidupnya diwarung kesayangan. Sesaat baru duduk didalam warung kakaknya yang sebagai Moden datang yang lewat depan warung langsung menghampirinya, karena tahu ada adiknya yang duduk menyendiri didalam.Setelah bersalaman dan menanyakan kabar tanpa basa basi Udin langsung menceritakan kejadian yang d
Tangan Retno dengan cepat menyibak tirai ini kedua kali, saat terbuka tirai itu ia mendapati kedua mertuanya sudah berdiri tepat di depannya menjadi pocong dengan kainnya yang lusuh dan compang camping semua. Mereka berdua membawa bau busuk yang menembus kaca dengan mukanya penuh luka sayatan.“Ya Allah, Astagfirullah bapak, ibu !!!," ucap spontan Retno serta tangan kanannya mengelus dada. Saat Retno masih beradu pandang mematung bersamaan dengan itu, bibir kedua mertuanya berucap bersamaan “Ingatkan suamimu nak, teganya membuat bapak ibu menjadi seperti ini." Selesai mereka bicara tubuhnya Retno masih tidak bisa digerakkan lagi karena tertegun, dengan cepat rasa takutnya menjalar ke seluruh tubuh membuat ia bisa menggerakkan tubuhnya.Saat badannya merasa bisa digerakkan sedikit, Retno langsung berteriak histeris dan menggeleng-gelengkan kepala “Tolong, tolong..tolong..enek bapak ibu di belakang."Sri tadinya tidur terlelap dengan ketiga buah
Suara pembicaraan di ruang telah terdengar ibu pemilik warung, membuat ia datang menghampiri mereka untuk menanyakan apa maksud dan tujuan mereka datang ke kampung ini. Ibu itu sendiri dari tadi malam juga belum sempat tanya karena panik dan takut. Sarji dengan tenang tapi tetap menutupi rasa gelisah dan takutnya, ia menjawab semua pertanyaan ibu itu satu persatu dengan logis, intinya alasan yang dipakai adalah urusan bisnis dengan Ronald.Dengan cepat ibu pemilik warung segera memahami alasan yang disampaikan Sarji, kini mereka bertiga yang penasaran dengan kejadian semalam memutuskan untuk keluar rumah dan menanyakan kebenaran fakta tadi malam.Mereka berniat langsung berjalan menuju rumah Ronald tapi langkah mereka terhenti di pos ronda karena warga sudah ramai berkumpul. Begitupun jalan menuju arah rumah Ronald beberapa warga sudah di jalanan bergerombol dan saling berbisik satu sama lain. Konon waktu kejadian malam itu hampir seluruh warga kampung Ronald mende