"Alan, shower kita kok gak nyala?" Teriak Alana yang tengah berada di kamar mandi.
Alan pun terlihat menghampiri dan mendekat ke pintu kamar mandi "Tadi aku mandi masih bisa, Al. Coba buka dulu pintunya biar aku lihat."
Alana pun bergegas memakai handuknya dan membuka pintu kamar mandi. Sedangkan Alan tampak langsung memperbaiki shower dengan Alana yang berdiri di sampingnya.
"Udah bisa nih." Ucap Alan sembari mendongakkan wajahnya ke Alana.
"Dih aneh! Masa aku tadi pencet itu gak bisa." Alana mengomel kecil dengan ekspresi wajah yang kesal.
"Yaudah kamu lanjut lagi mandinya. Ntar lama-lama aku disini handuk kamu aku buka paksa." Bisik Alan di telinga Alana dengan menggoda.
"Eh i-i-iyaaa. Yaudah kamu keluar." Ucap Alana panik sembari mendorong Alan keluar dari kamar mandi.
Setelah Alana selesai mandi, tubuhnya merasa lelah karena sudah beraktivitas seharian. Alana pun memutuskan untuk tidur tepat pukul setengah sembilan malam.
Drettt… Drettt… (Tasya Calling)
“Kenapa? Gue mau tidur malah nelpon.” -Alana
“Tumben tidur jam segini. Baru juga mau ngajak makan taichan. Gue ke apartemen lu ya. Tolong share location apartemen baru lo.” -Tasya
“HA??? JANGAN!!!” -Alana
“Kok lu panik? Lagian besok weekend. Gak perlu bangun cepet besok mah.” -Tasya
Seketika Alana tampak berpikir dengan wajahnya yang cemas. Dia tidak akan bisa mengatakan dengan terus terang alamat apartemen dia dengan Alan. Alana juga tidak mungkin bisa menolak ajakan Tasya karena Tasya pasti curiga. Ya, selama ini Alana tidak pernah menolak ajakan Tasya sekalipun. Namun kali ini dia berpikir keras untuk menolak ajakan Tasya.
“Alana!!! Are you there?” -Tasya
“Ha? I-iya. Duh… Gue pengen banget makan taichan tapi gue sekarang lagi gak di apartemen. Gue balik ke rumah.” -Alana
“Yahhh. Kirain di apartemen. Oke deh.” -Tasya
“Huuufftttt!!! Untung aja Tasya gak curiga.” Gumam Alana sembari menghembuskan napas dengan lega. Wanita itu pun langsung meletakkan ponselnya di atas meja dan tertidur dengan pulas.
***
Seketika Alana terbangun, membuka matanya perlahan dan melirik jam yang ada di meja sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam.
"Sial! Kebangun karena haus." Bisiknya dalam hati.
Alana bergegas ke dapur dengan memakai lingerie. Alana selalu memakai lingerie ketika dia tidur. Namun Alan tidak pernah melihatnya karena kamar mereka berbeda dan Alana pun tidak pernah berani memakainya di depan Alan.
Alana menuangkan minuman ke gelas lalu memutar balikkan badannya menuju ke kamar dengan membawa gelas yang berisikan air mineral.
"Astaga!" Alana terkejut melihat Alan yang sudah berada di belakangnya "Alan, kamu ngagetin aku tau gak! Aku kirain kamu udah tidur." Ucap Alana menghela napas dalam.
"Tubuh kamu ngegoda aku, Al." Ucap Alan yang melihat dada Alana yang sedikit terbuka dengan tatapan nafsu. Alana sedari tadi tidak sadar bahwa Alan tengah menonton tv dan melihat Alana keluar dari kamar dengan lingerie hitamnya yang sangat menggairahkan.
Sementara Alan yang sudah tidak tahan melihat tubuh Alana sedari tadi Alana di kamar mandi langsung mengikuti Alana ke dapur.
Alana langsung menutup dadanya saat mendengar pernyataan Alan "Aku kirain kamu udah tidur. Sorry, Alan." Jawab Alana terburu-buru dan langsung berjalan dengan cepat ke kamarnya.
Alan menahan pintu kamar Alana saat dia ingin menutupnya "Kamu gak bisa lari, Al."
"M-maksud kamu?" Tanya Alana gugup sembari berjalan mundur karena Alan semakin melangkah mendekatinya
Alana sudah terkurung dengan tembok yang berada di belakangnya dengan Alan yang berada di depannya. Alan menangkup pipi Alana dan melumatkan bibir wanita itu dengan perlahan.
Tanpa disadari, Alana pun terlena dengan setiap kecupan yang di berikan oleh Alan dan tidak sadar mereka melakukan hubungan yang tidak seharusnya.
***
"Kamu keliatan seksi banget, Al" Ucap Alan yang tengah melihat Alana terbangun dari tidurnya
"Hey, kamu udah bangun?" Tatap Alana ke Alan dengan tatapan yang sangat mempesona
Alan memberikan senyuman kecil sembari mengusap lembut pipi Alana "Al, terakhir kamu kaya gini kapan?" Tanya Alan dengan menunjukkan ekspresi wajah yang kecewa.
Alana menelan ludah "lima bulan yang lalu kayanya pas masih sering ketemu Bagas. Kamu marah?" Tanya Alana pelan
"Nggak. Aku cuma nanya aja, Al." Jawab Alan meyakinkan sembari melemparkan senyum.
"Kalo kamu?" Alana membalikkan pertanyaannya
"Sama." Jawab Alan singkat
"Sama Fina?" Tanya Alana dengan susah payah menelan ludahnya
"Iya."
"Alan, boleh aku minta sesuatu?" Alana menatap Alan dengan mata yang berkaca-kaca dan penuh harap
"Minta apa, Al?" Tatapan Alan dalam.
"Boleh gak kita jangan bahas Bagas dan Fina lagi?"
"Iyaa, boleh. Ini terakhir yaa. deal?" Ucap Alan dengan memberikan jari kelingking ke arahnya
Alana tidak mau membahas lagi masa lalu Alan. Alana berharap Alan sudah bisa melupakan Fina dengan keputusan mereka yang tidak akan membahas Fina maupun Bagas "Deal" Balas Alana dengan memberikan jari kelingkingnya ke Alan "Kita siap-siap berangkat ke kantor, yuk." Sambung Alana mengalihkan.
"Hari ini weekend, Al."
"Oh iya. Aku lupa."
"Masak bareng yuk. Ntar abis masak kita nonton terus baca buku deh." Ajak Alan dengan sangat bersemangat
"Ayuk. Tapi aku belum beli buku. Baca novel aja?" Alana memberikan senyuman lebar
"Dasar alasan" Alan mengacak-acak rambut Alana "Aku punya banyak buku yang belum kebaca, Al. Kita baca bareng ya."
"Oke deh kalo gitu. Aku mandi dulu deh." Alana pun beranjak dari tidurnya dengan dibaluti kaos putih yang dipakai Alan sebelum mereka melakukan hubungan yang sudah diluar batas itu.
Alan meraih pergelangan tangan Alana "Aku juga belum mandi, Al. Mandi bareng?"
"Haa gak mauuuu." Ucap Alana menggemaskan
Alan beranjak dari tidurnya dan berada di hadapan Alana "Aku yang mandiin." Alan mengedipkan mata dan menyubit pipi Alana.
"Hmmmm." Alana pun tampak berpikir sejenak.
"Aku duluaaaan." Teriak Alana yang bergegas mengambil handuk dan langsung berlari menuju kamar mandi
"Yee dasar curang. Awas aja kamu habis ini, Al." Teriak Alan sembari tertawa kecil.
Enam tahun kemudian..."Aileen... Banguuuun." Alana membangunkan Aileen, anak pertamanya, dengan memakai daster dan roll di rambutnya.Alana kemudian bergegas menghampiri Alan yang masih tertidur pulas di kamar "Sayang, bangun.""Sebentar sayang." Ucap Alan dengan matanya yang masih tertutup. Alan pun seketika meraih Alana dan menenggelamkannya di tubuhnya yang kekar."Iiihh jangan di peluk. Nanti rambut aku rusak." Ucap Alana kesal."Oh gitu?" Tatap Alan sinis"Ng-gak." Alana tahu sekali jika dia mengomentari Alan, Alan akan membuatnya tambah kesal"Tadi ngomong apa sayang? Ngomong apa?""Ih jangan kaya gitu. Rambut aku udah di catok." Ucap Alana murung dan memanyunkan bibirnyaAlan meraih bibir bawahnya dan melumatkannya dengan pelan "Udah jangan cemberut." Alan pun mengacak rambut Alana dan membuat rambutnya menjadi berantakan"Maaasssss!! Kan aku udah bilang jangan di rusakin rambutnya." Ucapnya
Dua pasangan yang awalnya berbagi luka pada akhirnya bersatu kembali. Alana tak pernah menyangka pertemuannya dengan Alan di aplikasi kencanonlinewaktu itu ternyata malah membawa mereka sampai ke jenjang pernikahan. Apa pun yang di lakukan Alana, tak peduli dia merubah penampilannya, pendidikan dan bahkan kehidupannya sekali pun. Kenangan yang dia ciptakan bersama Alan selalu menemaninya kemana pun dia pergi. Begitu juga dengan Alan. Tak peduli dua tahun Alana meninggalkannya dan pernah membencinya, dia tak akan pernah menyerah memperjuangkan cintanya bersama Alana, wanita yang dia butuhkan. Hari ini, mereka sedang menikmati momenhoneymoondi Bali. Ya, keluarga Alan dan Alana sudah mempersiapkanhoneymoonsejak mereka menggelarkan acara pernikahan. Orangtua mereka memesanprivate villadi daerah Badung dengan fasilitas yang sangat mewah. Masing-masingprivate villa&nb
Aldo terlihat menghampiri Alana di dapur saat Alana tengah sibuknya memotong beberapa sayur-sayuran seorang diri. “Cieee… Ada yang mau honeymoon nih bentar lagi.” Ucap Aldo kepada Alana memberikan candaan sembari mengambil satu buah apel yang berada di hadapan adiknya itu. “Iya dong! Iri ya?” Sindir Alana saat dia tengah asik memotong sayur-sayuran. “SORRY! NO TIME FOR LOVE!” Ucap Aldo sombong “Ouchh!!!” “Mas Aldo… Aku mau nanya deh. Boleh?” “Hahahahahaha. Baru juga nikah udah berubah aja nih adek gue. Ya kalo mau nanya mah nanya aja. Biasanya juga kamu gak minta izin dulu.” Ucap Aldo keheranan sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. “I-i-iya, sih.” Ucap Alana kikuk “Aku mau nanya hubungan Mas Aldo sama Mbak Paula sih.” Jawab Alana sembari menggigit bibir bawahnya. Seakan merasa tidak enak bertanya akan hal ini. “Hmm--- Aku cuma bingung aja. Kalian kan pacaran udah lama banget, Mas. Bahkan se
Acara pernikahan di gelar di salah satu hotel yang berada di Jakarta. Alana memakai gaun berwarna cream dan Alan pun memakai Jas dan celana dengan warna yang sesuai dengan dress Alana.Pernikahan yang digelar oleh Alan dan Alana benar-benar terlihat mewah.Semua sudut ruangan di beri dekorasi yang benar-benar memadu padankan barang-barang mewah namun terkesan elegan.Semua rekan kerja Alan maupun Alana tampak menghadiri acara pernikahan mereka seperti Ezra, Farhan, Lita dan Sanjaya."Alanaaaa!!" Teriak Tasya yang ikut menghadiri pernikahan Alan dan Alana dengan seorang bayi yang sedang berada digendongannya dan juga suami Tasya yang berada di sampingnya."Hei, Sya. Thanks ya udah dateng." Ucap Alana sembari memeluk Tasya"Tasya, Alana." Lily pun terlihat menghampiri mereka di tempat pelaminan."Wah darimana aja lo? Suami lo mana?" Tanya Tasya ke Lily"Suami gue gak bisa dateng, dia keluar negeri urusin bis
Satu bulan kemudian… Beberapa minggu lagi Alan dan Alana akan sah menjadi sepasang suami istri dimata hukum, negara, dan agama. Ya, Farhan sudah memberikan tahu pihak keluarga Alan dan Alana bahwa Alan sudah mulai bisa menghadapi kejadian trauma dan mengontrol pikiran-pikirannya ketika kejadian trauma itu kembali lagi dalam kehidupannya. Artinya pria itu sudah dinyatakan pulih oleh Farhan. Dengan hasilnya yang dinyatakan pulih, Alan pun bergegas untuk mempersiapkan pernikahannya dengan Alana seperti yang sudah di janjikan sebelumnya. Saat ini pun mereka tengah sibuk mempersiapkan acara pernikahan dimulai dari design baju pengantin, diskusi bersama wedding organizer, bimbingan pranikah bersama Farhan, serta foto pre-wedding untuk mengabadikan momen indah Alan dan Alana. “Alan… Kalau dress model ini bagus, gak?” Tanya Alana yang tengah memakai gaun berwarna cream untuk pesta pernikahannya. Ya, saat ini
Tok… tok… tok… Alana terbangun saat mendengar pintu apartemennya diketuk dari luar. Seketika dia pun berjalan dengan melas untuk membuka pintu dengan matanya yang masih menyipit. Cklek! Seketika Alana melihat bouquet bunga bertuliskan ‘Selamat datang di Jakarta, calon istriku yang cantik’ di depan pintu dengan Alan yang memegangnya. “Loh… udah kelar meeting-nya?” Tanya Alana dengan masih menyipitkan mata, kemudian dia pun kembali masuk ke dalam apartemen di ikuti oleh Alan dari belakang. “Sayang, ini udah jam tujuh malam.” “Ha? Serius?” Seketika Alana menoleh dan membelalakkan matanya kepada Alan. Alan pun hanya mengangguk sembari meletakkan bouqet bunga-nya di atas meja. “Wah tadi nyampe jam setengah dua siang langsung tidur gak bangun-bangun sampe sekarang.” Gumam Alana yang tengah membaringkan dirinya di atas sofa. Seketika Alana pun terduduk dan memegang perutnya “Sayang aku belu