Callista tanpa sadar menarik selimut untuk menutupi dirinya, kemudian ketika dia menundukkan kepalanya, dia baru menyadari kalau dia berpakaian dengan rapi, rasa lengket di tubuhnya sudah tidak ada, sepertinya sudah dibersihkan.“Kamu ….”Peter dengan cepat menjelaskan keadaannya, “Aku tidak berbuat apa-apa, dari tadi aku bermain game ponsel di sebelah sana.”Callista mengangguk, lalu mulai bangun dari tempat tidur, tetapi begitu dia berdiri, dia terhuyung jatuh.Peter secara spontan ingin membantu. Dia langsung mengulurkan tangannya, tetapi ditarik kembali, lalu menggosok tangannya, “Apa kamu bisa berjalan sendiri?”“Bisa.”Callista menguatkan dirinya, “Ayo, kita pergi.”Begitu keluar, dia baru menyadari kalau di sini merupakan halaman dari bangunan terpisah. Di dalam sini sangat kosong dan tidak ada tanda-tanda kehidupan.Peter tampak sembrono, tetapi dia sangat berhati-hati.Dia pun langsung menjelaskan, "Ini tempat kak Jason, yang paling dekat dengan Kediaman Keluarga Davis."Calli
Sesuatu yang tidak terduga terjadi.Begitu selimut diangkat, Callista tampak sedang tertidur lelap.Setelah dibangunkan, dia pun duduk dengan wajah linglung, “Ibu, kakak, kenapa kalian ada di sini?”Callista mengenakan baju tidur, seolah-olah dia baru saja bangun, tetapi di balik selimut, dia masih mengenakan celana luar, bahkan dia tidak sempat melepaskan sepatunya.Melissa tertegun sejenak, lalu tersenyum lagi, “Tidak apa-apa, aku melihat kalau kamu tidak enak badan ketika sedang berjalan tadi, jadi aku datang menjengukmu.”“Huh, kerja kamu itu tidur saja,” ucap Julia yang hendak menyindir Callista, lalu dia tiba-tiba teringat sesuatu, “Kenapa hanya kamu sendiri, di mana Edbert?”“Ibu, kamu memanggilku?”Edbert datang setelah mendengar ucapan itu sambil terlihat bersalah.Melissa memandang Callista, lalu menghadap Edbert, kemudian berkata dengan nada bercanda, “Edbert, kamu dari mana saja? Kenapa kamu membiarkan adik ipar tinggal di kamar kosong sendirian."“Ah? Aku … aku baru saja p
Edbert sama sekali tidak menginginkannya, dia mendengar kabar kalau temperamen Miriam Lopez putri ketiga keluarga Lopez itu sama seperti kepala keluarga Lopez.Ditambah lagi kedudukan Keluarga Lopez di Kota Guno sama dengan kedudukan Keluarga Davis di Kota Sakata, dengan kekuasaan Keluarga Lopez, dia bisa melakukan apa pun dengan sewenang-wenang.Menikahi wanita seperti itu benar-benar hanya akan mempersulit diri sendiri.Dia menjawab dengan asal, “Tadinya juga bukan giliranku, Kakek bermaksud untuk menikahkan Kakak Kedua dengan Miriam.”Mendengar perkataan Edbert, Julia pun langsung tertawa mencibir dan berkata, “Lupakan saja, Kakekmu ingin bertemu dengan Tuan Jason saja sangat sulit, mana mungkin dia mau menurut dan mendengarkan perkataan kakekmu.”“Benar juga,” jawab Edbert.Berbicara soal Jason, Edbert langsung gemetaran saat memikirkan tatapan pria itu pada dirinya hari ini.-Malam terasa lebih dingin.Saat Peter pulang, Jason sedang berdiri di samping jendela sambil merokok.Men
Callista lalu berkata dengan suara pelan, “Kenapa kamu menelepon jam segini? Orang lain yang ada di villa tidak ada yang mengetahuinya, ‘kan?”“…”“Apa katamu?”Callista masih belum bereaksi, jantungnya berdetak dengan kencang.“Kakakmu sudah siuman?!!“Aku akan ke sana sekarang!”Callista merasa sangat antusias, tangannya gemetaran hingga tidak bisa memegang kunci mobil, dia bahkan mencoba memasukkan kunci tersebut beberapa kali, tapi tidak bisa.Dia menyetir mobil keluar dari komplek berdasarkan kemampuannya.Dua tahun lalu, sebuah insiden terjadi di rumah Callista.Ayahnya melompat dari gedung, sedangkan kakak laki-lakinya yang merupakan satu-satunya orang yang mengetahui apa yang terjadi, malah mengalami kecelakaan mobil, dia mengalami koma dan dalam kondisi vegetatif.Jika bukan karena Yulita menyukai wajahnya dan membantu mereka memalsukan kematian mereka, serta melarikan diri ke Kota Sakata, mereka sekeluarga pasti tidak akan bisa keluar dari Kota Guno secara hidup-hidup.Callis
Yulita berkata dengan dingin, “Ini adalah hal yang harus kamu khawatirkan.”Callista terdiam mendengar perkataannya.Saat dia pertama kali masuk ke dalam Keluarga Garcia, Yulita sudah pernah memberitahunya.Begitu identitasnya terbongkar, Keluarga Garcia tidak akan membantunya menghadapi konsekuensi yang bakal terjadi.Jika tidak ingin menyeret keluarganya untuk mati bersamanya, Callista harus berusaha keras untuk menjadi Nona keempat dari Keluarga Garcia.“Bawa pulang gaun yang akan kamu pakai besok, aku akan meminta penata rias untuk pergi meriasmu lebih awal.”“Baik, Bu.”Setiap kali Callista menghadiri jamuan makan, Yulitalah yang memilihkan gaun untuknya, bahkan gaun tunangannya juga tidak terkecuali.Bukan hanya Callista saja, semua gadis yang ada di Keluarga Garcia juga begitu.Bagi Keluarga Garcia, mereka lebih mirip seperti barang komoditas dari pada manusia.Mereka akan dibungkus dengan baik lalu dipasarkan, setelah terjual, mereka akan diletakkan di rak pajangan untuk memasa
Meskipun pengaruh Keluarga Lopez di Kota Sakata tidak sebesar di Kota Guno, mereka tetap saja merupakan salah satu dari bangsawan teratas.Sebelum acara di mulai, Hotel Bestari, tempat jamuan makan diadakan, sudah penuh sesak.Satpam di sana tampak sedang menjaga ketertiban, tetapi pada kenyataannya, mereka sedang membuka jalan bagi para VIP.Callista datang dengan membawa mobil sendiri, satpam tersebut menyapukan pandangannya ke arah BMW mini tersebut, kemudian berkata, “Maaf Nyonya, di dalam sudah tidak ada tempat parkir, Anda bisa memarkirkan mobil Anda di pinggir jalan untuk sementara.”Sebelum Callista sempat menjawabnya, suara dengusan dingin terdengar dari mobil Maserati yang ada di sebelahnya.“Mobil seperti ini juga berani masuk ke dalam.”Callista menoleh ke samping, seorang wanita yang cantik menawan tampak duduk di dalam mobil.Wanita tersebut tampak mengenakan gaun beraksen V, dia sedang merias wajahnya di cermin. Melihat Callista menoleh ke arahnya, dia pun memutar bola m
Nona Miriam akhirnya muncul.Meskipun ini bukan daerah kekuasaannya, Nona Miriam tetap terlihat kuat.Dengan mengenakan rok panjang yang menjuntai, ujung roknya dilapisi berlian yang dijahit dengan tangan, Nona Miriam menggandeng tangan orang di sebelahnya dan berjalan turun. Penampilannya sangat angkuh, seperti seorang ratu yang datang menelusuri willayahnya sendiri.Melihat Nona Miriam yang begitu arogan, Lusianti mengernyitkan dahinya, tampak seperti tidak menyukai.Saat hendak berbicara dengan Callista, dia menyadari kalau Callista sedang membelakangi Nona Miriam, wajah Callista juga memucat."Callista, kamu kenapa?""Callista?"Callista tidak bisa lagi mendengar suara Lusianti, seluruh tubuhnya gemetar, perutnya keram seakan-akan ingin memuntahkan semua rasa takut yang ada di dalam tubuhnya.Kalau dia tidak salah melihat, orang yang ada di sebelah Nona Miriam itu Wendry.Kalau Wendry ada di sini, jangan-jangan dia juga ada di sini!Selama di Kota Guno, Wendry selalu bersama dengan
Jason awalnya tidak ingin menanggapi, tetapi suara yang memanggilnya sangat tidak asing dan dia langsung teringat kejadian Callista yang memanggil namanya sambil menangis.Tak lama kemudian, wanita di dalam ingatannya sudah berdiri di depannya.Rambut Callista diikat ke belakang, dia mengenakan gaun oriental berwarna putih mutiara, kerah bajunya menutupi separuh leher Callista.Tampak sedikit polos, tetapi tetap cantik.Peter mulai mengerutkan keningnya begitu melihat Callista. Sifat Callista sebelumnya cukup rasional, tetapi atas alasan apa dia datang lagi kemari.Pikiran Jason juga tidak jauh berbeda dengan Peter, dia sedikit menekukkan mulutnya, "Kenapa, kamu ingin aku membantumu lagi, bukan?"Ini hanya ucapan biasa, tetapi dia mengatakannya dengan intonasi penuh sarkas.Callista pun hanya pura-pura tidak tahu, "Tuan Jason, hari ini kakakku hadir, dia ingin menyapamu."Lusianti melihat Callista mengedipkan mata padanya, kemudian Lusianti berjalan dengan anggun dan tersenyum lembut m