Share

HARI PERTAMA BEKERJA DAN BERTEMU DENGAN DIA

YUMNA POV

Hari ini adalah hari pertama aku mulai bekerja, aku tidak mau satu ruangan dengan Farez. Karena jika melihat wajah dia akan membuat ku sakit hati, mungkin orang-orang akan bertanya mengapa aku masih mau bekerja di sini setelah apa yang Farez lakukan. Selain untuk mencari uang demi memenuhi kebutuhanku dan Aurora, mencari tahu kehidupan lebih dalam dari seorang Farez.

Mau bagaimanapun aku menyembunyikan bahwa ayah Aurora adalah Farez, pasti akan ketahuan juga. Tetapi ucapan dia kemarin Jika dia tidak mau mengakui Aurora adalah anaknya cukup membuatku tertampar. Tetapi aku tidak akan memohon-mohon kepada dia untuk menyayangi Aurora. Yang sekarang harus aku lakukan adalah bekerja setiap mungkin dan jika toko bungaku kembali stabil aku akan keluar lagi dari kantor ini.

Mario mendatangi meja kerja ku. "Yumna, ini ada beberapa berkas yang harus diacc sama Pak Farez. Sana kamu minta tanda tangannya. Sama tungguin laporan keuangan dari Tika, udah masuk awal bulan. Kalau laporannya nggak segera dibuat bisa marah-marah tuh Pak Farez."

Aku menganggukkan kepalaku sekilas. "Ini ada lagi nggak yang harus aku bawa ke ruangan, Pak Farez?" tanyaku.

"Udah, itu aja. Oh iya, hati-hati ya. Soalnya tadi waktu datang ke kantor Pak Farez kayaknya marah deh. Diam saja waktu disapa sama karyawan lain."

Aku mengerutkan alis. "Memangnya kenapa?"

"Nggak tau juga sih."

Sesampainya di ruangan Farez, aku langsung masuk ke dalam. Pemandangan pertama yang ku lihat adalah Farez sedang duduk sembari membuka laptopnya, walaupun aku sudah terbiasa berada di tempat ini dulu. Tetap saja aku merasa canggung dengan laki-laki itu.

Aku duduk di kursi yang tersedia di sana, meletakkan berkas-berkas yang aku bawa tadi ke atas mejanya. Farez membuka berkas-berkas itu dan mulai memeriksanya satu persatu.

"Kamu pindah saja ke ruangan saya, jika kamu gabung sama karyawan yang lain saya akan sulit berkomunikasi dengan kamu," ujar Farez.

"Tidak, pak. Lebih baik kita berada di ruangan terpisah," sahutku berusaha menunjukkan raut wajahnya yang tenang.

"Apa karena kejadian malam itu kamu jadi seperti ini kepada saya?"

"Pak, ini masih jam kerja. Tolong jangan membahas hal itu, jika tidak ada yang ingin bapak bicarakan lebih baik saya keluar. Itu dokumen tinggal bapak tandatangani saja, untuk urusan proyek ssebentar lagi akan saya ambil alih dari sekretaris bapak yang lama. Oh iya, anggap saja kejadian itu tidak terjadi dalam hidup saya maupun bapak. Apalagi sampai terdengar di telinga orang-orang kantor," jelasku panjang lebar.

"Seharusnya yang berbicara seperti itu saya, kamu mau minta uang berapa supaya kamu bisa nurut kepada saya?" tanya Farez.

Aku tertawa hambar. "Saya tidak menginginkan uang dari bapak, kembali diterima bekerja di sini saja sudah membuat saya bersyukur."

"Baiklah, ini dokumen sudah saya tandatangani. Kamu bisa kembali ke meja kerja kamu."

"Baik, pak. Terimakasih banyak atas waktunya, jika butuh apa-apa langsung saja panggil saja."

YUMNA POV END

***

AUTHOR POV

Pukul 3 sore Farez kembali dari kantor, ia masuk ke dalam rumahnya dengan wajah lelah karena sudah seharian bekerja. Ia disambut oleh istri tercintanya yang bernama Diana Davidson, pernikahannya dengan Diana sudah berjalan 4 tahun lamanya.

Setelah membersihkan diri, Farez dan Diana berada di ruang keluarga. Sudah menjadi kebiasaan mereka jika mereka akan meluangkan waktu untuk sekadar berbicara berdua di ruang keluarga disela pekerjaan mereka yang begitu melelahkan.

"Mas, bagaimana pekerjaan kamu di kantor?" tanya Diana.

"Seperti yang diharapkan." Farez menjawabnya sembari menonton televisi.

"Oh iya, mas. Tadi aku pergi ke dokter, maaf aku hari ini nggak bisa kasih kabar baik untuk kamu."

"Apa yang dokter katakan?" tanya Farez.

"Bayi tabung yang kita jalani tidak berhasil, maafkan aku, mas. Aku tidak bisa memberikan keturunan untuk kamu, Aku gagal memberikan keturunan untuk kamu dan aku tidak bisa menjadi istri yang selama ini kamu inginkan. Apakah Dokter sudah memvonis aku tidak bisa memiliki anak, 4 tahun mas, 4 tahun aku tidak bisa memberikan kamu anak," ucap Diana dengan nada sedih.

"Sayang, tujuan Aku menikah bukan untuk memiliki anak tetapi untuk menua dan berbahagia bersama dengan kamu. Tidak apa-apa program bayi tabung yang kita jalani gagal, itu artinya kita belum siap untuk memiliki momongan. Kamu tidak perlu sedih lagi, Aku tidak akan menuntut kamu untuk menjadi sempurna karena aku juga penuh dengan kekurangan. Jangan sedih lagi, kita akan menghadapi ini bersama-sama."

Farez memeluk Diana, selama 4 tahun ini mereka belum dikaruniai seorang anak. Bahkan mereka sudah menjalani program bayi tabung beberapa kali tapi tetap saja gagal. Bahkan mereka bingung harus melakukan apalagi supaya mereka bisa memiliki anak.

Diana merasa bersalah dengan Farez, 4 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk mereka menjalani program bayi tabung. Mulai dari materi, waktu, dan banyak hal lainnya yang mereka korbankan. Tetapi Tuhan masih belum mempercayakan kehamilan kepada Diana.

Farez sendiri tidak mempermasalahkan hal itu, bukan berarti dirinya tidak mau memiliki anak. Hanya saja dirinya tidak mau istrinya itu kepikiran dan malah membuat kesehatannya menurun. Lagi pula dirinya menikah dengan Diana untuk menua bersama, jika Tuhan masih belum memberikan keturunan untuk keluarganya ia akan terima dengan lapang dada.

"Mas, kamu anak satu-satunya di keluarga Mahatama. Papa dan Mama kamu meminta keturunan untuk meneruskan marga Mahatama. Sekarang Aku menyerahkan keputusan kepada kamu, aku merelakan kamu Jika kamu ingin menikah dengan wanita lain yang bisa memberikan kamu keturunan. Aku tidak akan melarang kamu, mama dan papa membutuhkan cucu dari kamu, mas."

Farez langsung menatap ke arah Diana. "Aku tidak akan melakukan itu, pernikahan kita tidak main-main dan aku tidak akan meninggalkan kamu hanya karena kita masih belum dipercaya untuk diberikan keturunan. Aku yakin akan tiba saatnya di perut kamu ada malaikat kecil, jika memang waktunya bukan sekarang maka nanti dan aku yakin itu pasti akan terjadi."

Diana dituntut oleh keluarga Farez untuk segera hamil, mereka berpikir dirinya tidak mau hamil karena menjaga bentuk tubuhnya apalagi pekerjaannya adalah seorang model. Ia sudah lelah mendapatkan tekanan dari orang-orang di sekitarnya yang seharusnya menjadi support sistem bagi dirinya.

Farez tidak akan melakukan hal itu, pernikahannya dan Diana tidak bisa dianggap bercanda. Ia yakin ia bisa bersama dengan Diana sampai kapanpun itu.

"Mas, tolong jangan menutupi apapun dari ku. Aku tidak mau orang tua kamu menyalahkan kamu karena kesalahan aku yang tidak bisa memiliki anak. Kamu bisa pikirin permintaan aku matang-matang."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status