AKU INGIN BERCINTA!Jika boleh jujur, Aluna juga tidak ingin menjebak Nico seperti ini. Walaupun dia memang tidak dekat dengan Nico, namun hubungannya dengan Nico juga berjalan dengan baik layaknya rekan bisnis.Aluna tidak punya pilihan. Alex memaksanya untuk menjebak Nico untuk menghancurkan nama baik saudara tirinya itu. Jika Nico membuat skandal yang memalukan, mau tidak mau Nico pasti akan dipaksa mundur dari manajemen Bio Group. Jika begitu, Alex akan menjadi satu-satunya orang yang berkuasa di perusahaan keluarganya.“Sorry, saya terima telpon dulu.” Nico memberikan kunci kamar hotel kepada Aluna agar gadis itu bisa masuk ke dalamnya terlebih dahulu.“Pak Nico!” Aluna mencoba menarik Nico agar masuk bersama.“Saya harus terima telepon ini.” Nico mengibaskan tangan Aluna yang sedang memegang lengannya.Sikap Aluna yang agresif, sontak saja membuat Nico jadi kesal. Tanpa permisi lagi, Nico berjalan menjauh dari Aluna agar bisa menerima panggilan telepon yang masuk ke ponselnya.“
Liam lelah. Ava memang bukan korban pertama bosnya. Tapi Ava yang paling kuat bertahan. Liam ingin segera menyelesaikan pekerjaannya dan pulang ke rumah."Udahlah, gak usah banyak tingkah!" bentak Liam pada Ava. Tangan Liam membuka kancing kemeja Ava bagian atas."Don't touch her!" Tubuh Liam tersungkur ke lantai bersamaan dengan suara Nico yang menggelegar di dalam kamar."Pak Nico!" Kedua bola mata Liam terbeliak.Mata Liam lantas melirik pada pintu masuk kamar yang terbuka. Bodoh! Liam lupa untuk menguncinya. Pantas saja Nico bisa masuk dengan mudah."Ava!" Nico membantu Ava berdiri. "Kamu gak apa-apa?"Ava hanya menjawab dengan anggukan."Ayo kita pulang." Nico memapah tubuh Ava.Mata Nico menatap Liam sebelum meninggalkan kamar, "Gua habisi lu, kalau berani menyentuh pacar gua lagi.""Maafin saya, Pak..." Liam berlutut di hadapan Nico. "Saya cuma menjalankan perintah."Nico tahu. Nico memang selalu tahu jika Liam hanyalah kaki tangan Alex. Tapi untuk saat ini, Nico hanya mampu m
ADDICTEDSentuhan tangan Ava seperti racun yang membuat Nico ketagihan. Dia ingin lagi, lagi dan lagi. Suara manja Ava layaknya godaan yang mampu merangsang nafsu kelelakian Nico untuk meninggi."Lagi?" Pertanyaan Ava terdengar seperti sebuah pernyataan untuk Nico. Pertanyaan yang tentunya tidak bisa Nico tolak.Kedua tangan Nico langsung memeluk pinggul Ava saat gadis itu mencium bibirnya. Tubuh Ava yang lebih pendek seakan bukan halangan untuk mereka berciuman dengan mesra. "Saya..." Ava tiba-tiba melepaskan ciumannya. Pikirannya seakan kembali pada jalur yang benar. Tapi birahinya tetap mengguncang batinnya untuk terus berlomba."Mau berapa kali pun, aku ladeni!" Nico mengangkat tubuh Ava.Jantung Ava seperti terpacu. Detakannya semakin cepat seiring dengan keinginannnya untuk bercinta yang juga semakin tidak terkira.Nico mendudukkan Ava di atas meja kerja mini yang ada di dalam kamar tidur untuk tamu tersebut. Tangannya melepaskan kemeja Ava dan membuangnya dengan asal entah kem
CANGGUNGNico menatap wajah gadis yang tidur disebelahnya dengan serius. Jadi, seperti ini rasanya punya istri?Ada seseorang yang akan ditatap saat bangun pagi. "Konyol!" Nico lantas tersenyum sendiri. Bisa-bisanya dia berpikir soal istri. Padahal selama ini, dia berprinsip untuk tidak ingin menikah.Nico beranjak dari atas ranjang dengan perlahan. Dia tidak ingin membangunkan Ava yang masih tertidur dengan pulas. Gadis itu benar-benar terlihat menggemaskan saat sedang tidur. Membuat Nico enggan untuk pergi.Namun Nico tetap pergi juga. Meninggalkan kamar tamu yang sebenarnya tidak pernah digunakan untuk menerima tamu. Nico memang tidak suka ada orang lain yang menyambangi rumahnya. Dia suka ketenangan. Dia memilih untuk menjauhkan diri dari orang-orang yang hanya ingin mengambil keuntungan dari hidupnya."Tolong cuci cepat ya." Nico memberikan pakaian Ava kepada seorang pelayan wanita yang bekerja di rumahnya. "Hmm, kamar tamu gak usah di bersihin. Saya lagi ada tamu." "Baik, Pak."
KEMARAHAN AVASeorang wanita setengah baya terlihat sedang berdiri di dekat pintu masuk kamar tamu ketika Ava membalikkan badannya setelah puas mengomel pada Nico. Di tangan wanita itu ada sepasang pakaian Ava yang sudah tergantung rapi di gantungan pakaian berwarna hitam."Maaf, itu kayaknya baju saja." Ava mendekati wanita itu untuk mengambil pakaian yang dikenalnya."Silahkan." Kepala pelayan di rumah Nico itu tidak banyak bicara meskipun dia sudah cukup banyak melihat hal yang tidak biasa di hari ini."Makasih banyak udah di cuciin dan di gosokin bajunya." Ava mendadak canggung.Wanita itu tidak menjawab apapun. Hanya tersenyum manis pada Ava yang lantas pergi ke kamar tamu, tempat dia bermalam tadi.Walaupun tidak banyak bicara, tetapi lirikan wanita itu sudah berarti banyak untuk Nico. "I don't know. Dia marah-marah." Nico mengangkat bahunya. Berbicara pelan kepada wanita yang setia menjaganya selama ini.Wanita itu hanya mengangkat dagunya dan mengarahkannya ke kamar tamu. Mem
SEMALAM BERCINTA"Mau tidur sama aku?"Alis Nico terangkat. Heran dengan ajakan gadis yang tiba-tiba menarik tangannya.“Ya udah kalau gak mau. Pengecut!”“Wait!” Dengan cepat tangan Nico meraih lengan gadis itu. Kata pengecut yang keluar dari bibir tebal gadis itu membuat ego Nico terpacu. “Do you know me?”Gadis itu melepaskan lengannya dari genggaman Nico. Matanya menyipit, menatap wajah Nico dengan seksama. Namun kemudian… “Kayaknya kita gak perlu kenalan cuma untuk tidur semalam.”Nico lantas tersenyum tipis. Gadis ini terlalu nekat, tetapi juga cukup untuk membuat Nico tertarik padanya.“Wasting time!” Gadis itu sudah bersiap pergi karena merasa tidak ditanggapi oleh pria incarannya.“Ayok!” ajak Nico sambil menarik tangan gadis itu untuk pergi bersamanya.Tanpa banyak bicara, Nico membawa gadis itu ke lantai lima belas setelah membayar biaya sewa kamar di hotel bintang lima yang terkenal dengan Club malamnya yang selalu ramai pengunjung.Sesekali Ava menatap tangan Nico yang me
KESALAHAN ATAU PENGALAMAN? Tanpa sepengetahuan Nico, Ava diam-diam meninggalkan kamar hotel bintang lima yang terletak di tengah kota Jakarta. Taxi yang Ava tumpangi mulai meninggalkan Kawasan Senayan, dimana hotel yang Ava datangi berada. Jalanan Ibu kota tidak pernah mati. Beberapa mobil dan motor masih terlihat hilir mudik hampir di semua ruas jalan. Padahal waktu sudah berlalu cukup lama. Ava melirik pada jamnya sekali lagi. Pukul empat pagi, lewat lima belas. Biasanya dia pulang dari club malam sekitar pukul dua. Lebih cepat dari hari ini. Tapi seperti biasanya juga, Ava akan pulang sendiri. Ketiga teman ‘liar’ nya akan pergi entah kemana setelah menemukan lelaki di club malam. “Huft!” Ava menarik napasnya cukup panjang. Supir taxi yang rambutnya sudah dipenuhi uban sempat melirik pada kaca spion setelah mendengar tarikan napas Ava. Namun pria tua itu memilih untuk tetap menutup mulutnya. Dia tahu, penumpang di jam segini tidak ingin diajak bercengkrama. Mungkin terlalu pena
MASA GEMILANGKonon katanya, umur dua lima adalah masa gemilang seorang wanita. Mungkin karena itu, banyak wanita yang akhirnya memutuskan untuk tetap melajang di usia dua lima agar masa gemilangnya tidak terganggu dengan urusan rumah tangga.Namun, apa benar seperti itu? Apakah itu bukan sekedar alasan bagi wanita-wanita penggila kerja. Bagi wanita-wanita yang jauh di lubuk hatinya ingin menyandarkan peluhnya pada lelaki yang sayangnya tidak ada untuknya.Persetan dengan semua alasan itu. Entah dua lima adalah masa gemilang atau justru masa kepunahan, yang pasti Ava akan tetap melangkah maju. Dia tidak ingin hal negative apapun menjadi penghalang untuknya.“Selamat ya, Ava!” teriak hampir semua karyawan di dalam ruang kerja Ava.“Terima kasih.” Ava tersenyum malu-malu.Akhirnya hari ini tiba juga. Ava resmi diangkat sebagai asisten marketing manager di perusahaan tempatnya bekerja.“Saya tau kalau kamu pasti bisa,” puji Aldo sembari mengusap punggung Ava.Ava memberikan senyum manis