Share

Bab 6

Author: Fransiscaroom
last update Last Updated: 2023-05-05 17:43:08

Keesokan paginya, sesuai dengan apa yang sudah ditentukan oleh Dimitri, Persephone dan Aphrodite bangun lebih awal, sekitar pukul 03.30. Hal tersebut membuat salah satu dari mereka berlaku cukup kontras.

Persephone yang terbiasa bangun di waktu dini hari langsung bergegas membersihkan diri dan berganti pakaian sederhana sehingga dirinya tidak begitu tampak seperti seorang dewi. Sementara, Aphrodite melakukan kegiatan membersihkan diri dengan malas sembari menggerutu dalam hati.

"Hmm, kayanya aku salah strategi deh, udah bilang setuju buat nemenin Persephone untuk bertugas kaya gini," ujarnya dalam hati sembari menggosok giginya dan menatap pantulan dirinya di cermin dengan mimik wajah masam seperti jeruk lemon.

Setelah selesai berganti pakaian dan merapikan rambut coklatnya, Aphrodite melangkah keluar kamar dan menatap sosok Persephone yang sedang menikmati kentang rebus sebagai menu sarapan pagi.

"Engga ada olahan daging ya?" Kedua manik mata cantik Aphrodite menelisik pemandangan menu makan pagi yang sederhana, roti panggang, telur rebus, kentang, dan susu."

"Kita lagi engga di Olympus, Aphrie. Makan aja apa yang sekarang udah disediakan sama Dimitri," tandas Persephone sembari menuntaskan kegiatan makannya dan meraih segelas susu hangat. Aphrodite yang mendengar hal tersebut tersenyum lesu, menyambar sehelai roti panggang, dan melahapnya pelan.

Meski dalam hati tersemat rasa kecewa akan menu makan pagi, Aphrodite tetap melahap apa yang telah terhidang di atas meja makan. Dalam hatinya, ia berkata, "Oke, ini cuman permulaan. Nanti kalau aku sudah melarikan diri ke kota, semuanya akan jauh lebih baik. Aku cuman perlu mencari celah, saat Perssie lengah dan tak menyadari hilangnya diriku."

-**-

Di saat waktu menunjukkan pukul 07.15, Persephone dan Aphrodite telah tiba di area persawahan bersama warga setempat yang memang telah diberitahukan oleh Dimitri untuk mengikuti ritual yang sebentar lagi akan dijalankan.

Di saat itu juga, paras dari kedua dewi itu mencuri perhatian dan melahirkan sejumlah penilaian dan prasangka dari warga yang menatap keduanya.

"Lihat lah wanita dengan rambut hitam bergelombang dan panjang itu. Wajahnya sangat anggun," tutur wanita berambut pendek keriting dengan mata biru pada temannya yang jauh lebih muda dan memiliki rambut lurus berwarna kekuningan.

"Tapi teman yang berdiri di sebelahnya jauh lebih menawan, Pat," balas wanita berambut lurus sembari membersihkan debu yang melekat pada kaos abu-abu yang dikenakannya.

"Entah kenapa, aku lebih suka dengan tampilan wanita berambut hitam yang sekarang sedang memimpin ritual, Nona Alice," jelas Nyonya Patricia dengan suara lirih.

Wanita muda yang biasa disapa sebagai Alice itu mengulum senyum tipis sebagai tanggapan untuk lawan bicaranya. Ia justru fokus pada Persephone yang kini sedang memerciki area persawahan dengan air sembari merapalkan mantra melalui bibir pinknya.

Tanpa disadari oleh warga setepat, seiring dengan bertaburnya percikan air yang dilakukan oleh Persephone, taburan emas menyertai tanah dan juga warga setempat. Hal itu hanya bisa dilihat oleh Persephone, Aphrodite, dan Dimitri, para dewa-dewi.

Akan tetapi, di tengah ritual tersebut, Aphrodite terlihat bukannya menyaksikan atau turut mendoakan agar lahan kering itu bisa segera menghijau, ia justru melirik ke sekitar jalan raya. Sepertinya, ia sedang menanti kereta kuda yang lewat, sesuai dengan apa yang pernah diceritakan oleh Joe tentang kereta kuda yang dikendarainya dapat sesekali melewati desa tempat dirinya menjejakkan kaki saat ini.

"Apa hari ini Joe engga lewat sini ya? Aku sungguh memerlukan bantuannya untuk ke kota saat ini," manik mata berwarna hijau emerald milik Aphrodite mengedar dan menyisir ke seluruh penjuru, mencari keberadaan kereta kuda yang tampak lusuh di luar namun bersih di dalam saat ditumpangi.

Beberapa menit kemudian, terdengar lah suara sepatu kuda menghentak, beradu dengan aspal jalan yang kasar, "TAP..TAP..PLEK..TAP..TAP.."

Suara tersebut sukses mengalihkan manik mata Aphrodite yang terlihat lesu. "Joe?" gumamnya dalam hati.

Tanpa berpamitan pada Dimitri atau pun Persephone yang masih menjalankan ritual, Aphrodite pun bergegas keluar dari kerumunan warga yang turut mengucap syukur pada berkat yang diturunkan oleh Persephone.

"DRAP..DRAP.." Dengan langkah cepat dan berderap, Aphrodite menyusul kereta kuda milik Joe. Namun, pada akhirnya, ia memilih untuk berlari dan berteriak, "TUNGGUU!!"

Joe yang awalnya fokus memacu kuda kesayangannya menghentikan kegiatan. Ia kenal betul dengan suara alto milik Aphrodite. Dalam sekejap, kereta kuda yang dikendarainya berhenti di tengah jalan.

Aphrodite pun berhasil memperkecil jarak dan memegang pinggiran kereta kuda sembari mengatur napasnya yang terengah. "Haah..hufft.." Aphrodite mengembuskan napasnya secara perlahan, merasakan degup jantung masih berpacu tak karuan usai berlari.

"Lho, April? Kamu bukannya di desa?" Joe membulatkan kedua mata hazel dan sedikit tak percaya dengan kehadiran sosok elok yang kini berdekatan dengan kereta kuda miliknya. Ia memanggil Aphrodite dengan sebutan April sebagai nama samaran yang digunakan oleh sang dewi saat berkenalan kemarin.

"Hah, nanti aja kalau mau tanya. Sekarang, bawa aku pergi," ujar Aphrodite yang kini naik ke atas kereta kuda secara perlahan.

"Hm, baiklah," ucap Joe singkat. Ia pun memacu kudanya kembali dan roda dari kereta kuda kembali bergulir, meninggalkan area pedesaan secara perlahan.

-**-

Dalam perjalanan, Aphrodite dan Joe kembali berbincang guna mengusir rasa hening yang mendera di antara keduanya. "Jadi, kamu cuman diminta untuk menemani Penny, temanmu itu?" tanya Joe sembari memahami cerita dari Aphrodite tentang dirinya yang menemani Persephone untuk meredakan kekeringan di lahan Desa Woodstock.

"Iya. Jujur saja, waktu tadi aku kejar keretamu, aku kabur dari ritual menyuburkan lahan persawahan," terang Aphrodite dengan senyum miring. Diam-diam, ia merasa bangga atas tindakan kaburnya yang menurutnya nekad sekaligus cerdas.

"Memang, Penny engga nyariin?" Joe kembali bertanya dengan kening berkerut sembari menoleh ke arah Aphrodite yang duduk di kursi penumpang bagian belakang.

"Urusan Penny nyari atau engga, belakangan. Yang jelas, aku jenuh kalau disuruh ngikutin kegiatan penyuburan lahan kaya tadi. Aku pikir, Penny akan ditugaskan di area perkotaan," jelas Aphrodite dengan nada kesal. Ia menjabarkan cerita tersebut sesuai dengan kamuflase yang diterangkan oleh Persephone sebagai mahasiswa yang sedang membuat makalah untuk kepentingan kelulusan.

Kemudian, Joe pun mengalihkan obrolan dengan menawarkan, "Kalau kamu aku turunkan di New England mau?"

"Boleh. Yang jelas, bukan pedesaan yang membosankan." Aphrodite menyetujui ide yang ditawarkan oleh Joe dengan senyum simpul.

Kemudian, ia berujar dalam hati, "Lebih baik sementara aku di New England. Tentang bagaimana cara aku sampai di kota New York, akan ku pikirkan nanti."

Sementara itu, di Gunung Olympus, Zeus sedang memantau apa yang dilakukan oleh Aphrodite dan Persephone melalui layar LCD berlapis emas dengan ukuran sedang.

"Yang Mulia Dewa, apa tidak sebaiknya kita jemput paksa Aphrodite? Sang dewi mulai berulah meski terlihat sudah berubah saat dihukum di Kastil Demeter," saran salah satu penasehat Zeus sembari meneliti kegiatan yang dilakukan oleh Aphrodite.

"Tidak sekarang. Biarkan saja terlebih dahulu. Aku punya cara lain untuk menghukum sang dewi cinta yang tidak tahu diri itu," ucap Zeus dengan sorot mata kesal.

TO BE CONTINUED..

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hukuman untuk Sang Dewi Tercantik   Bab 25 (Ending)

    Hari berganti hari, April dengan pekerjaan dan kesibukannya dalam menangani client yang memiliki masalah asmara dan hubungan awalnya berpikir jika saran dan solusi darinya tak membuahkan hasil apa pun. Bahkan, di kala blog tempat curhat miliknya mulai sepi dan tak begitu banyak pengunjung, ia berminat untuk menutup blog tersebut. Namun, di bulan keenam, saat April kembali membuka blog website miliknya, kedua matanya melebar dengan sorot tak yakin. Pasalnya, aneka ucapan terima kasih serta review positif yang dituliskan oleh para client berderet rapi di kolom komentar. Selain itu, kedua manik indahnya juga menangkap jumlah tips yang nilainya hampir mendekati dua ribu dollar. "Apa aku sedang bermimpi? atau jumlah tips yang tertera ini hanya sebatas halusinasi, mengingat aku sangat terobsesi untuk mendapatkan penghasilan tambahan dari jasa dadakan yang sedikit memakan tabunganku ini?" April bertanya-tanya sambil memeriksa cara penarikan uang tips melalui bank. Setelah memakan wak

  • Hukuman untuk Sang Dewi Tercantik   Bab 24

    April pov "Selamat sore. Selamat datang di Lockey Brewery. Dengan April, ada yang bisa dibantu?" Aku menyapa pelanggan laki-laki dengan rambut hitam bergaya potongan fox hawk. Di saat yang sama, aku meneliti alis tebal yang melengkapi kedua mata hitamnya, dari wajah orientalnya yang terbilang memikat. Sepertinya, laki-laki ini baru pertama kali kemari. "Pesan ice espresso shaken ukuran medium ya." Laki-laki dengan kaos polo putih yang membalut tubuh tegap dan tinggi itu berujar. "Gula dan esnya normal?" Aku kembali memastikan. "Gulanya sedikit, tapi esnya normal ya," ucapnya seraya mengeluarkan kartu kredit dari dalam dompet kulitnya yang berwarna hitam. "Baik," tandasku sambil mendata pesanan pada mesin kasir. Kemudian, aku bertanya untuk kesekian kalinya, "Atas nama?" "Dave," ujarnya singkat. Nama tersebut segera aku tuliskan dengan pena pada cup plastik yang berada di genggaman tangan kiriku. "Pembayaran dengan credit card bisa?" suara tenor yang terbilang kon

  • Hukuman untuk Sang Dewi Tercantik   Bab 23

    Jacob pov Sepintas, aku pernah membayangkan bagaimana bila suatu hari April tak lagi merasa nyaman denganku. Penyebabnya adalah sifatku yang cemburuan dan sangat posesif padanya. Namun, bayangan tersebut hanya melintas sekilas di pikiran. Selebihnya, aku tak pernah berharap jika hal itu menjadi kenyataan. Akan tetapi, di malam ini, waktu yang paling aku harapkan untuk meminta maaf dan mencari solusi dengan orang yang sangat aku pentingkan berubah menjadi malam yang kelabu. Kata-kata bermakna tak menyenangkan itu terlontar dari bibir wanita yang selalu aku dambakan kehadirannya. Di saat yang sama, aku dapat merasakan rasa perih di hati ini. Rasa tak terima juga turut muncul, seakan aku telah melakukan kesalahan fatal terhadap dirinya. Maka dari itu, aku melayangkan protes, "Tapi kenapa? apa karena masalah-masalah yang datang silih berganti?" Wanita dengan rambut cokelat keemasan itu menatapku dingin dan menanggapi, "Bukan tentang masalahnya, Jac, tapi sifat posesif dan cembur

  • Hukuman untuk Sang Dewi Tercantik   Bab 22

    Sementara itu, di Gunung Olympus, Zeus sebagai dewa tertinggi mengawasi pergerakan April alias Aphrodite melalui monitor yang terinstal di ruang kerjanya. Monitor itu menampilkan setiap kejadian yang dialami oleh sang dewi cinta. Di saat yang sama, dewa Dyonisus turut hadir sembari membawa beberapa botol anggur untuk dinikmati oleh Yang Mulia Dewa Zeus. Sembari mengecap rasa asam dari anggur merah yang baru saja diteguknya, Dyonisus berkomentar setelah melihat adegan yang menampilkan Aphrodite di monitor, "Sepertinya, dia memang tak ingin pulang. Lihat lah, dia terlihat senang membaur dengan makhluk fana, khususnya laki-laki." Lalu, Zeus mengusap kumis putih yang menyelimuti dagu serta rahangnya perlahan dan berkata, "Apa pun itu. Kalau memamg dia tak ingin pulang kemari, dia akan tetap berada di bumi, tanpa kekuatannya sebagai seorang dewi." Dyonisus mengulum senyum simpul dan menanggapi, "Tapi dia tahu sendiri 'kan bahwa hidup di bumi sangat berbeda dengan di sini. Harusnya A

  • Hukuman untuk Sang Dewi Tercantik   Bab 21

    April pov Seminggu kemudian, aku dan Jacob sudah mulai berinteraksi seperti biasa. Bahkan, kami berdua terlihat bersenda-gurau saat istirahat makan siang tiba. Hal itu tentunya mengundang sejumlah pasang mata dari orang-orang yang berlalu lalang. "Lebih baik, kita tuntaskan makanan di piring masing-masing, Jac," pintaku seraya menyikut lengan Jacob perlahan. Jacob pun menanggapi seraya berbisik, "Santai saja, April. Masih ada dua puluh menit lagi kok." Bersama dengan ucapannya itu, laki-laki dengan rahang tegas ini melahap sisa sup macaroni di mangkuknya dengan lahap. Lalu, aku menjelaskan, "Kamu engga takut kalau kita disangka memiliki hubungan?" "Kenapa harus takut? ditambah lagi, hal yang biasa bagi seorang atasan memiliki hubungan dengan sekretarisnya. Bukan sesuatu yang mengherankan, April." Jacob memaparkan. Meski aku adalah seorang dewi, tak berarti aku mudah dikelabuhi. Selain itu, aku sudah cukup membaur dengan manusia, khususnya dengan sejumlah pekerja di per

  • Hukuman untuk Sang Dewi Tercantik   Bab 20

    Di ruang meeting, pukul 08.10 AM Dengan suasana serius dan terarah, seluruh karyawan dari J Company mendengarkan penjelasan dari Louis selaku perwakilan dari Benoit Enterprise. Setiap kata dan lafal yang diujarkan oleh laki-laki berusia dua puluh enam tahun itu menambah daya tarik dan kharismanya. Hal itu lah yang membuat April terus memusatkan pandangan pada pria yang notabene baru ditemuinya sebagai rekan bisnis Jacob. "Sekian presentasi dari saya. Jika ada yang mau ditanyakan, kalian bisa bertanya satu per satu dengan tertib." Louis mulai menekan tombol pause pada laptop miliknya agar slide presentasi dari komputernya tidak berganti menjadi background desktop. Kemudian suasana yang semula hening di ruang meeting berubah menj

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status