Share

Bab 3

Author: SILAN
last update Last Updated: 2025-08-12 11:01:10

Gedung tua yang menjulang di antara reruntuhan kota itu seolah tak layak ditinggali siapapun, berlapis cat yang mengelupas, jendela-jendela pecah, dan aroma lembab yang meresap sampai ke tulang. Tapi di dalamnya, kehidupan lain berlangsung. Kehidupan liar, kelam, dan kacau.

Ruang-ruang gelap itu dihuni oleh para bajingan jalanan yang tak lagi mengenal moral. Asap rokok menggulung di udara, tawa pecandu bersahut-sahutan, dan di balik sekat-sekat kain murahan, tubuh-tubuh bertaut tanpa ikatan. Obat-obatan berpindah tangan seperti permen, dan wanita-wanita yang tak lagi punya pilihan menjadi hiburan kolektif. Dunia kecil yang sudah kehilangan arah.

Piero berdiri di tengah itu semua, seperti sosok asing dari dunia berbeda. Tatapan tajamnya menyapu seluruh ruangan, ekspresinya datar, namun penuh penilaian. Jijik? Tentu. Tapi ia tidak datang untuk menjadi hakim. Ia datang untuk memanfaatkan.

"Carlo, anak mana yang kau bawa itu?" suara serak berat memanggil, datang dari pria bertato dengan badan kekar yang bernama Alex.

Carlo bergerak cepat, berdiri di antara Alex dan Piero. “Tahan dirimu, Alex. Untuk sementara, anak ini yang akan ambil alih tempat ini.”

Alex tertawa mengejek. “Apa?! Anak ingusan ini?” langkahnya mendekat, kasar dan penuh amarah. Ia mencengkram kerah Piero. “Kalau dia memang pantas, suruh dia tunjukkan. Dari mukanya saja, aku bisa tahu dia bukan siapa-siapa.”

Namun yang terjadi kemudian justru membuat nafas banyak orang tercekat.

Tanpa aba-aba, Piero meliukkan tubuhnya dan menjatuhkan Alex dengan satu gerakan presisi. Tubuh besar itu menghantam meja judi hingga pecah berantakan. Para penjudi lari tunggang-langgang, sementara Alex mengerang kesakitan di lantai, belum bisa percaya dirinya dipermalukan begitu cepat.

Carlo menarik lengan Piero. “Ikut aku. Sebelum Alex bangkit dan berniat balas dendam, kau perlu tempat berlindung.”

Piero mengikuti Carlo menaiki tangga berderit menuju sebuah ruangan kecil. Bau asap rokok dan kelembaban menusuk hidungnya.

"Namamu siapa?" tanya Carlo sambil menunjuk ke ranjang lapuk yang bisa digunakan.

“Piero,” jawabnya pendek, memandangi lemari kayu tua yang berdebu dan dinding yang penuh coretan. "Bagaimana bisa kalian tinggal di tempat sekotor ini?"

"Tempat ini memang kotor," ujar Carlo santai. "Tidak ada pilihan, semua yang tinggal disini adalah orang-orang buangan yang tidak dianggap." katanya.

"Kau bisa gunakan tempat ini jika mau, kalau tidak juga terserah." lalu, Carlo pun meninggalkan ruangan.

Setelah Carlo pergi, sosok wanita muncul di ambang pintu. Berpakaian ketat serba hitam, tatapannya tajam, seperti seseorang yang terbiasa bertahan hidup dengan insting.

"Member baru dan sudah mengambil alih kepemimpinan dengan mudahnya?" ucapnya sinis.

Piero hanya mengangkat alis, tidak tertarik dengan provokasi murahan.

“Aku tidak berurusan dengan wanita,” ucapnya datar, melewati perempuan itu tanpa menoleh sedikit pun.

Saat ia kembali ke area utama gedung, tatapan mata mengikutinya penuh rasa ingin tahu, iri, benci, dan takut. Tapi Piero tetap tenang, seperti serigala yang baru saja masuk ke kandang anjing liar.

Tiba-tiba, pria yang sebelumnya ia kalahkan menghampiri dan menariknya ke lorong sempit.

“Hei, ikut aku sebentar,” bisiknya. Setelah memastikan tak ada yang mendengar, pria itu mengeluarkan salah satu foto yang tadi diberikan Piero.

“Pria ini… kau yakin ingin kami membawa dia?” tanyanya serius.

Piero menyipitkan mata. “Ada masalah?”

“Banyak,” pria itu menelan ludah. “Dia bukan orang sembarangan. Namanya Garrett. Dia pemasok utama barang ke tempat ini. Ganja, sabu, apapun. Tapi yang paling gila… dia memberikan semuanya secara gratis.”

“Gratis?” alis Piero terangkat.

“Ya. Itu alasan kenapa dia disukai, bahkan dipuja. Kalau kau macam-macam dengannya, bahkan aku pun takkan bisa membelamu. Siapapun yang melawan Garrett… tidak pernah keluar hidup-hidup.”

Piero menatap foto itu lagi. Wajah pria muda dengan senyum tenang namun licik.

“Dia yang pemasok ganja ke tempat ini…” gumamnya.

“Dan dia punya nama bersih di komunitas bahkan media. Dia seolah pahlawan. Kau tak bisa menyentuhnya sembarangan.”

Piero tersenyum tipis. Tapi senyum itu bukan senyum orang yang akan mundur.

“Menarik,” katanya lirih. “Mari kita lihat… seberapa lama dia bisa mempertahankan nama baik itu di depan publik setelah tau hal ini.”

Tatapan Piero mengeras. Karena di balik gambar wajah Garret itu, tersimpan dendam yang belum usai, dendam yang sudah membakar dada Piero sejak hari saudaranya mati karena bullying dari pria yang kini sedang dipuja sebagai dewa oleh para kriminal rendahan ini.

"Kalau begitu, untuk yang satu ini adalah bagianku."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Humming of Death   Bab 21

    Sebisa mungkin, Garrett berusaha menahan agar kasus itu tidak merembet keluar kendalinya, terutama sebelum pihak FBI mencium bau busuk di balik nama besarnya. Selama ini, ia sudah terlalu hati-hati menjaga kedoknya, seorang CEO muda dan terhormat di depan publik, namun penguasa jalur distribusi gelap di balik layar. Ia adalah pemasok utama narkoba dan ganja lintas negara, sosok yang mengatur aliran uang haram yang bahkan polisi setempat pun tak berani sentuh.Namun kali ini, situasinya berbeda. Kasus itu tumbuh liar hanya karena sebuah video pembunuhan, berita itu seperti api kecil yang disiram bensin. Jika pihak pusat benar-benar turun tangan, nama “Garrett Carpenter” bukan hanya akan tercemar. Ia akan hancur.Beberapa hari terakhir, suasana di markasnya seperti neraka. Siang terasa seperti malam, semua orang bekerja di bawah tekanan, nyaris tanpa tidur. Setiap berkas diperiksa, setiap kamera dipantau ulang, setiap data disisir demi menemukan siapa yang berani membocorkan rahasia. Ta

  • Humming of Death   Bab 20

    Dalam hitungan jam, video itu meledak menjadi topik yang tak bisa dibendung. Dari forum-forum gelap sampai linimasa utama, potongan gambar dan tangkapan layar beredar liar. Mereka yang sempat menyimpan klip itu mengunggah ulang dari server ke server, upaya anak buah Garrett menghapus sumber utama hanya seperti menambal keran bocor. Sekali bocor, semua tak bisa lagi ditahan. Komentar-komentar memenuhi kolom, tebak-menebak, tuduh-menuduh, teori konspirasi menggeliat di setiap unggahan. Wajah pelaku sengaja di blur, namun ada yang mulai mengumpulkan sosok tubuh, postur, tato samar di lengan, detil kecil yang coba dicocokkan dengan wajah-wajah publik Boston. Nama Garrett, seperti bisik yang disulut angin, berulang-ulang disebut. Tapi bukti nyata belum ada, hanya potongan-potongan yang bisa dipoles menjadi kebenaran oleh siapa pun yang mau percaya. Di dalam ruang kerjanya yang dipenuhi cermin dan panel gelap, Garrett berdiri kaku. Layar-layar di hadapannya memuntahkan bukti-bukti kecil,

  • Humming of Death   Bab 19

    Berita tentang rencana pernikahan Garrett dan Laura merajalela di media. Dari televisi, portal online, hingga forum-forum bisnis, semuanya membicarakan sosok Garrett Carpenter. Bukan hanya karena statusnya sebagai CEO muda perusahaan Carpenter, tapi juga karena ia selalu tampil misterius. Tak seorang pun pernah melihat siapa wanita yang akan mendampinginya, dan justru hal itu membuat rasa penasaran publik semakin membuncah.Nama Garrett kini seperti bintang di langit Boston. Dari kalangan bisnis, politik, hingga masyarakat biasa, semua hampir memujinya tanpa henti. Popularitasnya melambung, reputasinya seakan tak tergoyahkan.Namun di sudut ruang gelap apartemennya, Piero menatap layar laptop yang menampilkan berita itu. Tangannya meraih segelas kopi dingin, lalu ia menyandarkan bahu ke kursi. Sekilas, wajahnya tampak tenang. Tetapi begitu matanya menajam, sudut bibirnya terangkat membentuk seringai yang menusuk.“Permainan… dimulai.” gumamnya dingin.__Malam itu, suasana di markas b

  • Humming of Death   Bab 18

    Seperti yang sudah Piero janjikan pada Laura, diam-diam ia membawa Laura pergi menuju ke makam tempat peristirahatan terakhir Henry berada. Meskipun sebenarnya Piero tau, setiap langkah yang ia ambil ini mengandung resiko, anak buah Garrett bisa saja mengikutinya, dan karena itu Piero harus lebih cerdas untuk mengelabui mereka.“Apa hubunganmu dengan Henry sebenarnya, mengapa kau bisa tahu dimana dia dimakamkan?” tanya Laura tiba-tiba, suaranya datar tapi penuh penasaran.Piero melempar senyum tipis, setengah menutupi rasa tegang. “Aku mengenalnya, cukup itu saja yang kau tahu.”Perjalanan panjang berujung pada kecurigaan yang terkonfirmasi, bayangan di belakang mereka bukan kebetulan. Ada orang yang membuntuti. Piero menelan nafas, menahan cemas. Dia menengahi rute, mengarahkan langkah ke makam lain yang jauh dari tujuan sebenarnya, sebuah gerakan kecil untuk menyingkirkan pengikut.“Di mana makam kedua orang tuamu?” Piero balik bertanya, nada suaranya dibuat ringan agar tidak menimb

  • Humming of Death   Bab 17

    Hari-hari berlalu, dan Piero terus berusaha menjaga langkahnya. Ia tak boleh membuat kesalahan sekecil apa pun. Setiap tugas dari Garrett ia selesaikan dengan mulus, tanpa cela, seolah benar-benar anak buah yang setia. Dan hasilnya, Garrett mulai mempercayainya. Ia sering mengajak Piero ikut serta dalam aksi kotor, membawanya ke tempat-tempat di mana rahasia kelamnya tersimpan. Namun, semakin dalam Piero menyelami dunianya, semakin ia sadar, Garrett tidak memiliki hati nurani. Pria itu memperlakukan nyawa orang lain seperti debu, bisa dibuang kapan saja. Dan itu membuat dendam dalam hati Piero tumbuh semakin besar. Tapi menghadapi Garrett tak bisa sembrono, salah langkah, nyawanya akan berakhir seketika. Hari itu, mereka berada di sebuah gudang senjata. Situasi kacau. Tembakan bersahutan, ledakan kecil terdengar dari sudut-sudut ruangan. Asap mesiu memenuhi udara. “Pier, kiri!” teriak salah satu rekan Garrett. Refleks, Piero menunduk, berguling ke tanah, tangannya meraih pistol yan

  • Humming of Death   Bab 16

    Hari demi hari bergulir. Sejak bergabung, Piero mulai mendapat tugas dari Garrett lebih sering dari biasanya. Tugas-tugas yang membuat tangannya kotor, yang memperlihatkan langsung sisi kelam Garrett, kejahatan yang tidak pernah masuk berita, kejahatan yang dunia tidak pernah tahu.Sebulan penuh ia menyelami lingkaran pria itu, dan barulah Piero menemukan alasan mengapa sang kepala sekolah mau menjadi boneka Garrett. Ancaman. Jika ia tak patuh, sekolah akan diledakkan saat ribuan siswa masih berada di dalam kelas. Pilihan itu tak manusiawi, dan sang kepala sekolah memilih tunduk agar anak-anak itu tetap bernafas.Hari ini, Piero berdiri di belakang panggung, menyaksikan Garrett diwawancarai media. Senyumnya penuh karisma, setiap kata yang keluar dari bibirnya seolah mampu menghipnotis semua orang. Para jurnalis terpukau, publik akan semakin mengaguminya. Dan itu membuat perut Piero mual.Ketika wawancara usai, Piero mengikuti Garrett menuju mobil. Di perjalanan, Garrett bersandar sant

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status