Billy menatap penuh dengan emosi apa yang terjadi dihadapannya, Rahud tidak menyadari perubahan emosi pada Billy. Berdiri meninggalkan Rahud yang masih bertahan di cafe milik Zee tidak dipedulikan sama sekali oleh Billy, tujuannya saat ini adalah apartemen miliknya yang diyakini jika Tyas masih berada di sana. Billy membutuhkan pelampiasan atas semuanya, memasuki apartemen miliknya yang tampak sepi semakin membuat Billy kesal, diambil ponsel menghubungi Tyas untuk segera mendatanginya tapi sayang nomer Tyas tidak bisa dihubungi dan hal ini semakin membuat Billy kesal.
Billy mencoba untuk menenangkan diri tapi setelah sekian lama tidak bisa sama sekali, beberapa kali dirinya merasa tidak tenang memikirkan apa yang dilakukan oleh Zee. Ponselnya berbunyi di mana nama Tyas muncul yang langsung diangkatnya dan sayangnya Tyas tidak bisa menemui dirinya karena sang suami sudah pulang, tapi berjanji akan mencoba untuk datang ke sana jika memang bisa. Perkataan Tyas ini tidak dihirau
Tyas memandang wajah Billy setelah mengatakan hal tersebut untuk mencari kesungguhannya, membelai wajah Billy seakan menenangkannya tanpa melepaskan gerakan bagian bawah mereka yang sedang bersatu. Billy mendapatkan serangan seperti ini tidak tahan dan semakin dalam menggerakkan miliknya yang berada di dalam milik Tyas, seakan melupakan perkataannya tadi dan fokus dengan satu tujuan yaitu mencapai kenikmatan secepatnya. Tyas tidak memberikan Billy istirahat sama sekali dengan mempercepat gerakan penyatuan mereka hingga mencapai klimaks secara bersamaan, Billy menindihi Tyas setelah mencapai klimaksnya yang langsung dipeluk erat dengan membelai punggung Billy pelan. “Sebenarnya aku dalam proses cerai dengan bantuan ibu kamu agar proses berjalan lancar.” Billy menatap Tyas mencari kesungguhan yang diangguki “apa yang ibu perbuat?.” “Mencarikan pengacara terbaik agar memudahkan semuanya dan alasan kenapa aku ingin bercerai” Billy mengernyitkan dahi “ibu da
Erland menatap lekat Zee saat mengatakan hal itu, dirinya bukan tidak senang hanya saja berada diantara dua orang yang akan menikah bukanlah keinginannya. Erland mencintai Zee sejak pertama kali melihatnya tapi dirinya sadar diri akan statusnya yang seorang duda, meski Erland tahu kedua orang tua Zee tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut. “Aku yang tidak mau karena kamu menikahi dia bukan aku” membelai wajah Zee pelan “jika kamu merasa tidak cocok dengannya hentikan ini semua karena kamu sendiri yang terluka kecuali jika kamu mencintai pria itu.” Zee terdiam mendengar perkataan Erland, mungkin benar adanya benih – benih cinta sudah timbul dalam diri Zee saat ini dimana tidak pernah disadarinya. Menatap Erland yang saat ini sedang menatapnya lembut membuat Zee sadar untuk tidak mempermainkan perasaan pria yang telah berbuat baik pada dirinya dan keluarga, bahkan sudah dianggap keluarga sendiri oleh orangtuanya. “Lantas apa yang harus aku lakukan, mas?.”
Billy diam membisu atas apa yang dirinya lakukan pada Zee, bahkan saat Zee menatapnya tajam dimana tangannya masih bergetar setelah menampar wanita dihadapannya. Zee berteriak kembali membuat Billy dengan terpaksa memenuhi permintaannya, menutup pintu kamar Zee dan langsung terduduk saat mendengar suara tangisan didalam. Billy tidak menyangka akan dengan mudah melakukan hal ini, dimana menampar Zee yang bahkan tidak ada dalam rencananya. Billy tahu jika hubungan mereka atas dasar membayarkan dendam ibunya pada keluarga ini, suara tangisan Zee akhirnya terhenti membuat Billy bernafas lega dan memutuskan untuk keluar dari rumah ini menuju tempat kerjanya. Dalam perjalanan dimana suara tangis Zee memenuhi telinganya berkali – kali dan juga tanpa sadar sering menatap tangan yang digunakan untuk memukul Zee tadi, mereka belum menikah tapi Billy sudah sejauh ini memperlakukan Zee dan sudut hatinya terasa sangat sakit. “Hallo, sayang.” Billy menatap Tyas yang sudah
Zee termenung dikamarnya masih tidak menyangka bahwa Billy mampu melakukan hal itu, lantas kehidupan pernikahan macam apa yang akan mereka lalui jika nantinya benar - benar akan menikah. Pernikahan yang Zee jalani hanya untuk pembalasan dendam dan belum sah sudah ditampar pipinya oleh Billy, memutuskan masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum berangkat ketempat anak – anak tidak mampu dan lanjut ke cafe nantinya. Tidak ada yang menemani Zee karena memang ketiga sahabatnya sedang sibuk mengurus hal pribadinya, hal ini bukan hal utama karena mereka sering seperti ini jika dulu mereka masih bisa bersama tapi seiring bertambahnya usia dan kesibukan membuat mereka membagi waktunya. Berada di lingkungan anak – anak ini membuat Zee selalu banyak bersyukur karena kehidupannya masih jauh lebih baik dibandingkan mereka, tempat perusahaan sang papi tidak pernah memberitahu mengenai masalah ini pada banyak orang karena Zee mencari donatur seorang diri tanpa membaw
Billy menatap tajam pada Zee atas apa yang dikatakan, harinya ini sangat buruk dimana akhirnya menghabiskan waktu bersama Endi dirumah ibunya. Billy dapat melihat bagaimana ibunya tidak menghiraukan Endi sama sekali, bahkan menghabiskan waktu didalam kamar bersama dirinya untuk membicarakan mengenai rencana pernikahan dengan Zee dan apa yang harus dilakukan olehnya nanti setelah menikah. “Pasti kamu tahu kan kalau Tyas akan proses cerai?” Billy mengangguk pelan “setelah selesai semua kamu bisa melanjutkan hidupmu bersama Tyas.” Sentuhan pada lengannya membuat Billy menatap sang pemilik tangan dimana Zee menatapnya lembut, menghembuskan nafas pelan karena akan menyakiti hati wanita dihadapannya ini dan entah mengapa tidak menyukai semua ide yang akan dilakukannya ini. “Sudah sampai, mau sampai kapan kamu melamun?” “Zee, perjanjian pra nikah seperti apa yang akan kamu lakukan?” Zee mengangkat bahu “papi dan Mas Bima yang akan mengurus semuanya,
Kejadian pada saat makan membuat Billy tidak bisa berkata apa pun, saat ini berdua sedang menyusun perjanjian pra nikah yang akan diberikan pada Wijaya dan disahkan oleh pengacara masing – masing. Ayah Billy memberikan pengacara untuknya mengenai perjanjian pra nikah, perjanjian ini memang Zee buat agar semua selesai termasuk balas dendam yang dibuat oleh ibunya dan apabila masih terjadi maka Billy bertanggung jawab akan semuanya. “Aku nggak minta harta apa pun dari kamu tapi sesuai permintaan ibu kamu adalah saham atas namaku akan aku berikan padamu beserta usaha yang aku rintis selain cafe.” Billy terdiam mendengar perkataan Zee yang bahkan rela melepaskan segalanya untuk dirinya bahkan tidak meminta harta apa pun darinya, melihat Zee menuliskan sesuatu di kertas sesuai dengan apa yang dikatakan semakin membuat hatinya sakit dan berpikir apa dirinya sejahat itu sampai tega melakukan ini. “Kamu mau balik kapan?” Billy bingung dengan pertanyaan Zee “kamu mau
Zee masih berkutat dengan kertas yang berisi perjanjian pra nikah antara dirinya dengan Billy, secara sadar memang Zee akan menyerahkan beberapa miliknya pada Billy saat mereka resmi menikah tapi tidak dengan anak yang nanti dikandung olehnya. Zee juga menuliskan mengenai peraturan anak yang harus Billy lakukan, hembusan nafas pelan membuat Zee harus kuat menulisnya karena ini akan berkaitan dengan masa depannya. “Yakin melakukan ini semua?” menatap Leo yang berada disampingnya “bukan masalah harta hanya saja ini kebahagianmu, apa nggak lebih baik kamu bersama Erland?” Zee tersenyum mendengar perkataan Leo “kamu sudah tahu jawabannya jadi ya aku melakukan ini demi kita semua dan semoga ini untuk terakhir kalinya.” Leo menghembuskan nafas pelan, membuat Zee kembali fokus pada catatannya dengan Leo yang fokus pada ponselnya. Mereka sibuk dengan kegiatan masing – masing sampai bunyi bel membuat Leo beranjak dari kursinya dan Zee membereskan meja dimana pastinya
Melepaskan penyatuan mereka dimana masih terlihat cairan yang berada di pen.is Billy dan juga di bibir vag.ina Zee, Billy melangkah mengambil tissue yang tidak jauh dari mereka untuk membersihkan masing – masing. Zee merapikan pakaiannya dan mengambil tissue mereka untuk dibuang ke tempat sampah, membuat minuman coklat untuk mereka berdua karena pastinya sudah sangat lelah atas apa yang baru diperbuatnya. “Bukannya kamu ada dirumah Mbak Via?” meletakkan mug berisi coklat diatas meja. “Aku merindukanmu jadinya datang kesini.” “Wanita itu sedang bersama suaminya?” Billy mengangkat bahu karena memang tidak menghubungi Tyas sama sekali “sudah sampai mana proses cerainya?” “Lakukan perjanjian pra nikah sesuai dengan apa yang kita bicarakan selama ini, mengenai perkataanku di telepon tadi jangan dihiraukan” Billy tidak ingin membahas mengenai Tyas makanya mengalihkan pembicaraan dan hanya dianggukin Zee “masih ada kamar disini?” Zee menggelengkan ke