Awas Typo:) Happy Reading .... *** Bisa! Sangat bisa. Perihal mempercepat adalah kemampuan yang sangat bisa mama lakukan. Siapa juga yang menyangka saat ini mereka sudah di Bali? Ya tidak ada, tapi kenyataannya mereka sudah di Bali. Sekarang tengah menatap persiapan dekor gedung pernikahan, beda lagi dengan tempat party dilakukan. Well, senyum Regina tak bisa luntur, terus terpasang lebar dengan rona yang begitu aduhay. Ya ampun diri Regina tidak menyangka bahwa dia akan segera menikah, besok. Lebih tepatnya besok pagi akad akan segera dilaksanakan. Raymond yang berdiri di samping sang gadis hanya memasang mimik datar, dengan pose kedua tangan masuk ke dalam saku celana, otak Raymond melayang entah ke mana-mana. Sikap datar dan dingin yang Ray miliki bukan simbol bahwa dia jahat, kejam dan, tega. Tidak! Sesungguhnya pria ini sangat pemikir, bagaimana ya. Dia tidak main-main pada hidup maupun masa depan, bukan Raymond Arthur William namanya jika tidak memikirkan keputusan dengan s
Awas Typo:) Happy Reading .... *** Dari judul babnya saja kita sudah bisa menebak apa yang akan terjadi di sini, tidak terlalu perlu menerka-nerka, cie nikah uhuk adalah satu kalimat yang bertujuan untuk menggoda Raymomd dan Regina. Tidak terasa malam sebelum akad itu terlewati dengan sangat cepat nan lancar, saat ini gedung pilihan mama untuk akad pernikahan anak satu-satunya yang ia miliki sudah mulai terisi penuh. Ternyata relasi dari keluarga Regina pun lumayan banyak ditambah lagi relasi keluarga Raymond, sudah jangan heran jika seantreo mata memandang yang terlihat manusia. Huh ..., pernikahan, Raymond sangat ingin bertanya kepada Regina, apa makna dari pernihakan untuk gadis itu. Bahkan saat ini, detik Raymond sudah berdiri di atas altar menunggu mempelai wanitanya masuk ia masih tidak kepikiran menikah. Dia belum siap, bukan karena finansial, lebih ke arah mental. Apa Raymond bisa mempertahankan pernikahan ini? Apa Regina akan bahagia bersamanya? Apa dia akan segera jatuh
Awas Typo:) Happy Reading .... *** "Sttt, suami Regina." Kepala Raymond yang tadi menunduk memeriksa email di ponsel hanya dalam waktu dua detik langsung mendunga menoleh ke arah sumber suara yang memanggilnya, suami ..., Regina. Dan itu Regina sendiri, istri Raymond yang datang bersama senyum manis. "Dansa yuk," mengajak, Regina memasang mimik penuh harap. Oh ah perlu diketahui, di bab wedding party ini langsung dimulai dengan langit Bali yang sudah menggelap. Hal menariknya, ingat bukan bahwa akad dan party dibeda tempat? Yaps. Sekarang mereka berada di tempat wedding party yang beratapkan langit malam penuh bintang, jangan lupa angin pantai pun turut hadir. Untuk outfit Raymond dan Regina sendiri, tentu saja dua anak manusia pemilik acara sudah berganti pakaian jauh lebih santai. Satu hanya kemeja dengan rompi dan dasi kupu-kupu, satu lagi dress selutut dan flat shoes. Well, balik ke adegan mereka, Raymond tak langsung menjawab. Diam beberapa detik, tidak-tidak, ada juga sek
Awas Typo:) Happy Reading .... *** Bruk. Raymond membaringkan tubuh Regina ke atas ranjang kamar hotel, pria itu menyamankan posisi kepala si gadis yang sudah jatuh tepar tak sadarkan diri sebab kelelahan. Jika ada yang bertanya sekarang pukul berapa maka akan Raymond jawab, tiga pagi. Bagus bukan? Ya sangat bagus membuat tubuh mereka remuk mati rasa. Bisa-bisanya wedding party selesai dipukul dua dan cakap-cakap dengan keluarga selesai pukul setengah tiga lewat. Syukur puji syukur hotel mereka tidak jauh dari area pesta, jadi hanya butuh berjalan kaki saja sudah sampai. "Egh ...." Sedikit mengerang terganggu, Regina sukses membuat gerakan tangan Raymond terhenti. Tik tok, detik bergerak. Mister William kesayangan Regina Adinda Putri masih setia menunggu gadis itu kembali tidur dengan nyenyak, dan yang dibutuhkan adalah sekitar tujuh delapan detik sampai akhirnya Regina kembali terlelap pulas. Kembali menggerakan tangan, Raymond sedang melepas sepatu berhak yang Regina gunakan.
Awas Typo:) Happy Reading .... *** Menyelesaikan makan siang terlebih dulu, Raymond dan Regina dilingkupi hening selama proses itu. Jujur ini agak asing, Regina bukan tipe kaum hawa yang kalem-kalem tak punya topik pembicaraan. Bahkan perihal melodi bunyi kentut pun akan gadis itu bicarakan dengan Raymond, yang penting ada obrolan. Namun siang ini, lebih tepatnya hari pertama setelah mereka sah menjadi suami istri, si gadis justru bisu seribu bahasa. Sialan, Raymond mencoba tak berkomentar, ia akan menikmati ketenangan ini, walau dengan pemandangan mimik tak menyenangkan milik Regina. Huh! Jangan bilang ini masih perihal sahabat gadis itu yang marah-marah tadi, kalau iya fix lah pertemanan istrinya tak sehat. Harusnya jika Regina bahagia ya sahabatnya juga bahagia dan memaklumi, toh alasannya sudah dijelaskan, yang paling penting bukan hanya dia yang tidak diundang, tapi banyak! Meletakan sendok setelah menyuapkan potongan omlet terakhir, Raymond menjangkau gelas berisi air minera
Awas Typo:) Happy Reading .... *** Dari pancaran mata yang masih kesal hingga mimik penuh rasa bete, kini semua musnah! Kekesalan diganti keterkejutan, Regina mengedip-ngedikan kedua matanya. Raymond sendiri menatap mata berkedip itu dengan intens. Bibir si pria bergerak, membawa masuk bibir atas milik Regina yang tipis ke dalam ruang antara bibir atas dan bawah yang ia miliki. Tidak ada penolakan dan balasan, Regina hanya diam, masih sibuk akan rasa terkejut sebab Raymond Arthur William mulai aktif menyerang dirinya, menyerang dengan segala bentuk serangan. Tidak lama dari gerak itu, sekarang mata Raymond perlahan terpejam. Tubuh Regina semakin ditarik mendekat, bibir pun semakin ditekan. Fix ini sih Raymond memang sudah aktif bukan lagi mulai aktif. Apa Regina harus membalas? Tidak masalah? Ya ..., kenapa tidak? Untuk itu ia angkat kedua tangannya, memeluk leher Raymond, membalas gerakan bibir sang suami. Jangan heran jika mister William semakin terlihat menggebu, Regina ...
Awas Typo:) Happy Reading .... *** "Coba beritahu aku, apa makanan, hobby dan, beberapa hal yang harus aku ketahui dari Abang." Regina ingin mengenali suaminya sendiri lebih jauh. Hening, Raymond diam tidak langsung menjawab. Pria itu masih menikmati mengusap-usap perut rata Regina di dalam air yang sudah berbusa. Jangan lupa, dagu Raymond bersemanyam dengan sangat nyaman di atas bahu si wanita yang menyandarkan kepala ke atas dada si pria. "Abang," panggil Regina sebab tidak ada jawaban setelah sekitar dua tiga menit berlalu. "Makanan yang layak dimakan aku sukai, tanpa terkecuali." Raymond memang bukan pemilih makanan. "Dulu hobbyku memotret pemandangan," lanjut lagi. "Sekarang?" tanya Regina bingung akan ucapan suaminya, kenapa ada kata dulu? Pria muda nan tampan itu memiringkan kepala, membawa bibir berada tepat di samping telinga kiri Regina. "Menyentuhmu." Damn! Blush .... "Bang, serius!" Regina auto merasakan panas di wajah. Sial, sial, sial tahu tidak?! Apa pula men
Awas Typo:) Happy Reading .... *** Baik Raymond dan Regina sudah berbaring di atas ranjang hotel mereka, siap melelapkan diri agar besok saat pulang tubuh tidak terasa remuk redam kelelahan. Perlu diingatkan, mister Willam benar-benar tidak mengabulkan keinginan istrinya. Keinginan membuat adegan seperti di film-film romantis yang mana saling bergandengan di bibir pantai dengan suami sendiri. Hal itu kontan saja membuat Regina semakin kesal, suer dia kesal sampai keubun-ubun, kalau bisa ia ingin Raymond merasa bersalah atau sedikit ada rasa penyesalan telah membuat istri sendiri esmosi jiwa. Maka, sekarang ayo lihat adegan menggemaskannya, menurut Raymond tentu saja. Ya bagaimana tidak menggemaskan? Regina- istrinya sudah mengomel, menggerutu hingga berakhir mengguman saja sebab tak disahuti oleh Raymond, detik ini wanita itu memilih berbaring memunggungi Raymond yang berbaring telentang. Lebih menggemaskan lagi, Regina tidak memberikan Raymond selimut, ia makan sendiri selimut