Awas Typo:) Happy Reading .... *** Mau tak mau harus mau, jujur Raymond agak bagaimana gitu. Tidak mungkin kesal karena ini musibah, tapi dia memang agak sedikit kesal. Mengatur waktu dirinya tidak gampang, jika dia sudah kembali menyentuh kerjaan alias pergi ke rumah sakit, maka akan sulit untuk cuti. Bye-bye deh liburan. Namun, yasudahlah, toh saat ini mereka sudah melangkah menuju kamar rawat Maria, untuk apa lagi dikeluh kesahkan. "Regina, pelan," ujar Raymond terus menyeimbangkan langkah dengan istrinya yang kebut saja dalam melangkah. Regina tidak menjawab, tidak juga memelankan langkah, oh ya thanks god. Setelah menempuh jam terbang lima jam lebih kini Raymond justru harus mengejar-ngejar istrinya. "Regina." Lagi memperingati, Raymond bukan hanya mengeluhkan diri, dia juga khawatir terhadap kondisi kepala Regina, apa tidak jet lag? Naasnya tetap tidak ada perubahan, si istri tetap saja dengan langkah cepatnya. Raymond jangkau lah pinggang ramping Regina, kalau masih naka
Awas Typo:) Happy Reading .... *** Kedua kelopak mata Regina terbuka perlahan-lahan, wanita muda yang sudah menjadi seorang istri dari pria gagah itu membawa kepalanya menoleh ke belakang tubuh, tepat di mana sofa berada. "Hah ...." Hela napas, Regina melepas pelukan Maria di tangannya dengan lembut. "Egh ...." Namun sang pemilik tangan merasa terganggu, sedikit mengerang dalam tidur. "Shut," bisik Regina menepuk-nepuk lengan Maria pelan. Regina membutuhkan lima detik, menunggu Maria benar-benar tenang, setelah itu barulah dia membawa tubuh turun dari ranjang. "Ck," berdecak.Suara langkah Regina terdengar, langkah yang sangat lembut. Wanita itu mendekati suaminya, si pria tidur di salah satu sofa, naas sofa itu single sofa bukan double. Karena apa? Yang double diisi oleh Mario. Well, Raymond yang menyuruh pria lebih muda darinya itu untuk menggunakan double sofa saja, jadilah suami Regina terlelap dalam posisi duduk. Begitu sampai di depan tubuh Raymond, Regina menggigit bibir
Awas Typo:) Happy Reading .... *** Raymond membasuh wajah, tentu tidak hanya sekali. Pria itu tengah berada di kamar mandi kamar rawat Maria, baru bangun dari tidur dan begitu bangun eh sudah disambut saja dengan tatapan sinis ala Maria Rosalinda. "Sinting," gumam Raymond geleng kepala kecil, menarik tisu lalu mengeringkan wajah yang basah. Ini serius Raymond dimusuhi kaum hawa? Biasanya dikejar-kejar loh, mana musuhinnya karena wanita juga. Humor semesta sangat menggelikan, Regina memang membawa warna ke dalam hidup Raymond. Tok, tok, tok. "Abang, jangan lama-lama, Maria mau memakai kamar mandi." See? Dendam betul Maria dengannya. Menghembuskan napas sebentar, Raymond membuang tisu ke dalam tong sampah yang ada di di dekat closet, setelahnya baru melangkah menuju pintu. Cklek. Membuka pintu, yang pertama menyambut Raymond adalah wajah istrinya sendiri bersama Maria. "Lama banget suami aku basuh wajah aja," ujar Regina dengan nada mengomel, wanita itu membantu Maria masuk ke
Awas Typo:) Happy Reading .... *** Regina sudah bungkam selama setengah jam, wanita itu benar-benar tutup mulut, tutup pita suara, intinya pensiun berbicara. Sedang Raymond menyetir dengan tenang, fokus, tidak mau mengganggu istrinya sendiri. Dia tebak, pasti isi kepala Regina sangat padat layaknya jalanan Jakarta ibu kota Indonesia. Sangat wajar, posisikan diri menjadi Regina Adinda Putri. Sahabat sendiri mencintainya, akan sangat wajar jika sahabat Regina berasal dari kaum adam, itu sangat biasa, banyak novel-novel yang menceritakan sahabat menyukai sahabat, masalahnya adalah sahabat Regina ini seorang ..., wanita. Astaga, kepala terasa berdenyut. Dunia sekali bercanda tidak ada lucunya, humor takdir dan semesta memang tidak main-main. Memang membuat terbahak, tapi terbahak hambar. "Haha." Seperti yang sedang Regina lakukan, wanita itu tiba-tiba tertawa dengan tatapan yang masih lurus ke depan, sudah pasti Raymond melirik. "Aku? Disukai oleh wanita? Dicintai? Oh god, betapa luar
Awas Typo:) Happy Reading .... *** Berkacak pinggang, Regina menghela napas membaca tulisan di note yang ada di atas meja makan rumah. 'Makan dia, minum dia. Aku ke apartemen sebentar.' Begitu isinya. "Hah ...." Hela napas, Regina menolehkan kepala menatap ke arah jam di dinding ruang makan, menujukan pukul dua siang waktu Melbourne. Setelah diserang suami Regina sedikit terlelap, tidak lama, hanya setengah jam lalu bangun-bangun pria itu sudah tidak ada di kamar. Merasa yakin suaminya pasti di luar kamar, Regina ya mandi, bersih-bersih, eh tau-tau saat ke ruang makan kok malah ini yang ia temukan. "Dasar suami bossy," gumam Regina menarik mundur kursi makan, ia dudukan tubuh ke atas sana. Oke, sarapan menjadi satu dengan makan siang. Ayolah bantu Regina melupakan semuanya, dia harus fokus mengisi perut atau mister William akan mengomel bersama nada datar. ***** "Serius?!" "Iya." "Gila, gila, gila! Oh Regina memang hebat!" Saat ini Jefri sedang ada di apartemen Raymond, da
Awas Typo:) Happy Reading .... *** "Serius Jef mau?" tanya Regina terkejut bukan main akan berita yang dia dengar dari mulut suaminya. "Ya sama-sama, aku tahu aku malaikat berbentuk manusia," balas Jefri menyamarkan dua kata iya serius menjadi kalimat barusan. "Wow, you are the best, Jefri, the best!" teriak Regina kecil, menutup mulutnya yang tidak bisa tidak menganga, ini berita yang sangat sepektakuler. "Aku tahu, aku sangat tahu aku memang yang terbaik," sahutan sombong, Jefri menepuk dadanya sendiri sebanyak dua kali. "Itu tidak semudah yang kau bayangkan." Suara Raymond terdengar, suami Regina itu baru selesai mandi, rambutnya saja masih basah, handuk pun melingkar di leher. "Tidak ada yang tidak mudah, dia akan langsung sadar begitu melihat ketampananku," balas Jefri penuh percaya diri. Raymond memutar kedua bola mata malas, mengambil posisi duduk di bawah kaki Regina. "Baca," suruh Raymond melempar ponselnya ke atas meja ruang menoton ini. "Keramas terus, suami nakal
Awas Typo:) Happy Reading .... *** "Lakukan yang sudah kamu ketahui," bisik Raymond mengusap kecil lengan Regina sebelum dia pergi meninggalkan istrinya itu sendiri di dalam kamar utama. Suara pintu tertutup lembut menerjang gendang telinga Regina, tertelanlah liur wanita itu, lalu menarik napas. Dia ..., meminta ini bukan karena dia penasaran dan mau, tapi lebih kearah ingin memberikan apa yang Raymond butuhkan. Memang suaminya tidak meminta, namun Regina tahu ini dibutuhkan. Memberi jauh lebih baik bukan? Sebagai istri yang tahu apa mau suaminya kenapa tidak? "Aku bisa," gumam Regina menyemangati diri sebelum mengambil langkah menuju ranjang sambil melepas piyama yang membungkus tubuhnya. Hal yang perlu dia lakukan sebelum Raymond masuk adalah melepas pakaian, mengepang rambut dan, berlutut di balik pintu untuk menyambut kedatangan pria itu. Well, Regina berjalan menuju ranjang guna meletakan piyamanya ke atas sana, tentu saja harus sudah terlipat dengan rapih dan cantik. Set
Awas Typo:) Happy Reading .... *** 'See you jam makan siang, Regina.' Senyum Regina tercetak cantik membaca pesan teks dari sang suami- Raymond yang selalu tidak pernah membangunkannya jika terlelap. 'Aku ada di rumah sakit jika kamu ingin tahu, bye the way.' "Dasar," gumam Regina menutup pesan, memilih membuka kontak dan menghubungi nomor Raymond. Ah jangan salah paham, itu pesan tadi pagi, sekitar pukul delapan pagi, sedang sekarang sudah pukul setengah sebelas pagi. Oh no-no, Regina bukan baru bangun, dia baru memegang ponsel, itu yang benar. Well, nyonya muda William itu baru memegang ponsel karena saat bangun dia langsung merapikan kamar, memasak dan mandi. Jika ada yang penasaran untuk apa Regina memasak, jelas untuk makan siang ia dan suaminya. Walau ada Sherly di sini, Regina tidak mau ketergantungan. "Hi, Husband," sapaan riang saat panggilan diterima. 'Ada apa?' tanya suara diseberang sana datar. "Sibuk, Sayang? Ganggu nggak?" bertanya dulu, Regina melangkah menuju