3 Bulan kemudian
Rere mulai merasakan pusing di kepalanya. Dia juga sudah seminggu ini mengalami mual-mual. Rere bangkit dari tidurnya. Dia bergegas menuju wastafel kamar mandi, lalu memuntahkan seluruh isi dalam perutnya.Hanya ada cairan bening yang dia muntahkan. Rere juga merasa pusing. Setelah itu, dia keluar dari kamar mandi. Rere mengambil ponsel yang terletak di atas meja lampu tidur. Dia mengirim pesan kepada teman kantornya kalau hari ini tidak dapat masuk kerja.Rere memang sudah mendapat pekerjaan di sebuah perusahaan swasta. Sudah dua bulan dia bekerja di perusahaan itu. Dia harus segera pergi ke dokter. Jika dibiarkan, maka akan membuatnya kesulitan untuk bekerja.Rere masuk ke kamar mandi lagi untuk membersihkan diri. Selesai mandi, dia mengambil pakaian ganti dan mulai bersiap. Dia tidak lagi sarapan. Entah mengapa akhir-akhir ini dia juga tidak bernapsu untuk makan.Rere masuk ke mobilnya dan melesat laju menuju rumah sakit. Sekitar 30 menit, dia tiba di sana. Depan meja resepsionis, mengambil nomor antrian dan duduk di kursi tunggu pasien. Cukup lama dia menunggu barulah namanya dipanggil.Rere masuk ke ruangan dokter. Dia dipersilakan duduk dan ditanyai masalah seputar keluhannya."Apa keluhannya, Nona?" tanya dokter.Rere lalu menyampaikan segala keluhannya selama semingguan ini. Dokter itu lalu menyarankan Rere periksa ke dokter kandungan.Rere langsung di antar oleh suster ke ruangan dokter kandungan. Tanpa menunggu lama, ia segera diperiksa."Siang, Dokter," sapa Rere.Dokter wanita itu membalas menyapa pada Rere. "Siang juga ... mari, silakan berbaring di sini."Rere lalu berbaring di atas brangkar pasien. Suster membuka sedikit pakaian Rere, lalu dokter mengoleskan gel pendingin serta meletakkan alat USG di perut dan mengerak-gerakkannya.Dokter tersenyum saat melihat janin yang sudah mulai terbentuk. Dokter kembali duduk di kursinya setelah memeriksa Rere.Suster kemudian mengelap bekas gel di perut dan membuka selimut pelindung bagian bawah.Rere duduk di kursi berhadapan dengan Dokter. "Bagaimana, Dok?"Dokter mengulurkan tangan pada Rere. "Selamat, Bu. Anda sedang mengandung."Bagai tersambar petir, Rere kaget mendengarnya. Dia mengandung tanpa seorang suami. Rere berusaha untuk tersenyum. Dia menerima uluran tangan Dokter. "Terima kasih, Dok!""Kandungannya sangat sehat. Saya akan memberi vitamin untuk mengurangi rasa mual. Perbanyak makan sayur, buah dan susu," kata Dokter.Rere mengangguk. "Baik, Dok. Kira-kira berapa usia kandungan saya?""Usianya sekitar 3 bulan," kata dokter.Rere semakin kaget, dia tidak tahu jika kandungannya sudah memasuki usia 3 bulan. Memang dia belum datang bulan sampai sekarang.Dia mengira itu hanya siklus mentruasi yang tidak teratur. Rere lalu keluar dari ruangan Dokter setelah selesai pemeriksaan.Rere melangkah pergi keluar dari rumah sakit. Dia masuk ke dalam mobilnya seraya mencengkeram erat setir mobil.Dia menyesal, tapi tidak ada gunanya lagi. Semua sudah terjadi pada saat dia tidur bersama pria pengamen itu.Rere melesatkan mobilnya menuju tempat di mana dia bertemu Aldo. Tidak ada pengamen di sekitar tempat itu. Hanya ada pedagang kaki lima saja."Apa malam hari, mereka baru nongkrong di sekitar sini?" gumam Rere. Diakembali menyetir mobil menuju rumah sewa, Sesampainya di rumah, Rere merebahkan tubuhnya di atas sofa. Dia membuka tas, lalu mengambil hasil USG. Rere mengelus foto itu kemudian menciumnya."Aku akan merawatmu. Kamu akan menemaniku yang kesepian ini. Kalau ayahmu tidak mau bertanggung jawab, kita akan hidup bersama," ujar Rere.Namun, dia akan mencoba dulu mencari Aldo, pria yang sudah tidur dengannya. Rere juga tidak terlalu berharap akan menikah dengan pria yang dia anggap sebagai pengamen itu.Namun, apa salahnya mencoba. Demi status bayi yang dia kandung. Kalau pun pria itu tidak mau, maka Rere akan memutuskan untuk menghidupinya sendiri.Rere menertawakan dirinya sendiri. Nasibnya sangatlah lucu. Bercinta dengan seorang pengamen jalanan. Menyesal pun percuma saja.Sebaiknya ia memikiran diri sendiri dulu. Rere melangkah menuju dapur. Perutnya sudah terasa sangat lapar, dia membuka kulkas, lalu mengambil buah untuk di makan.******Malam hari, Rere kembali mengunjungi tempat dia pertama kali bertemu pengamen itu. Rere memakirkan mobilnya di pinggiran jalan, lalu keluar dari dalam mobil. Dia menghampiri para pengamen yang tengah berkumpul itu."Halo ... apa kalian kenal dengan pengamen yang bernama Aldo?" tanya Rere. Dia masih ingat saat pria itu mengenalkan diri sebagai Aldo. Tapi, Rere tidak begitu ingat akan wajahnya.Mereka hanya bertemu satu malam dan ini sudah tiga bulan. Jadi, Rere tidak begitu ingat rupanya.Para pengamen itu menggeleng tidak tahu. Mereka tidak mengenal pria yang namanya Aldo.Rere tampak kecewa dengan jawaban dari para pengamen itu. Dia lalu kembali ke dalam mobilnya, kemudian berlalu dari sana.Aldo memang sudah kembali ke kota J. Dia memberikan uang hasil tidurnya bersama Rere kepada Ryan, sahabatnya.Aldo kembali ke kota J dan akan berangkat ke luar negeri. Dia akan meneruskan pendidikannya. Dia juga akan mengurus perusahaan cabang milik keluarganya yang berada di luar negeri.Rere sampai di rumahnya setelah mencari keberadaan Aldo, lalu beranjak menuju kamar. Dia merebahkan diri di atas kasur sembari mengusap perutnya yang masih belum terlihat membuncit. Rere beringsut bangun dengan mengambil buku tabungannya di laci meja.Sekarang kehidupannya tidak sendiri lagi. Ada janin yang harus dia rawat dan jaga. Dia melihat uang di dalam buku tabungannya yang masih cukup untuk beberapa waktu.Rere mulai menghitung-hitung pengeluaran. Pastinya biaya persalinan dan sesudahnya sangat banyak.Belum lagi membayar babysitter untuk menjaga bayi saat dia bekerja. Rere memijat pangkal hidungnya. Tapi, itu semua belum seberapa. Rere juga harus bisa menyembunyikan kehamilan dari para orang-orang.Dia belum menikah, tetapi sudah hamil. "Apa kata orang nanti, aku hamil, tapi belum menikah?"Rere memikirkan cara di mana semua orang tidak membicarakan dirinya. Rere memikirkan untuk pergi dari kota asalnya menuju kota yang lebih besar.Kadang di kota besar, orang-orang akan cuek satu sama lain. Rere sudah memutuskan untuk pindah dari kota B.Dia akan pergi ke kota J. Di mana tidak ada orang yang akan mengenal dirinya. Di sana, dia akan memulai hidup baru bersama anaknya.Rere mengambil laptop, mulai mengetik sesuatu di atas keyboard. Dia akan mencari pekerjaan terlebih dahulu. Rere mulai mencari beberapa perusahaan ternama di kota J.Setelah mengantongi nama-nama perusahaan, Rere lalu membuka website apakah ada lowongan kerja untuknya. Kemudian mulai mengirimkan CV lamarannya secara online ke beberapa perusahaan yang membuka lowongan. Dia berharap salah satu perusahaan itu menerimanya bekerja agar saat dia sudah pindah, tidak lagi pusing memikirkan pekerjaan."Pinggangku," rintihnya. Kenan meraih handycam yang tadi ia letakkan di kursi rotan di dalam kamar. Ia memutar isi dalam rekaman itu. Kenan bernapas lega karena Liora tidak sempat dilecehkan oleh keempat pria jahat itu. Kenan keluar dari dalam kamar kapal. Masih ada beberapa anak buah Aldo yang menunggu majikannya keluar. "Kalian siapkan mobil. Aku mau pulang," kata Kenan. "Siap, Tuan," ucap salah satu pria yang bertubuh kekar dan alisnya tebal. Pintu kamar diketuk oleh pengawal tadi. Kenan beranjak membuka pintu. "Sudah siap mobilnya?""Sudah, Tuan." "Tolong bawa istriku ke mobil," pinta Kenan dengan mempersilakan pria itu masuk ke dalam kamar. "Baik, Tuan." Pria itu masuk dan sedikit heran dengan kondisi Liora. Pria itu ingin tertawa namun ia menahannya. "Cepat bawa," kata Kenan kesal karena pengawal itu memperhatikan istrinya. "B-baik, Tuan." Mata tajam Kenan tidak lepas dari pengawal yang membawa istrinya. Takutnya pria itu mencuri kesempatan yang ada. Pintu mobil sudah
"Jangan mendekat," lirih Liora dengan memegang pecahan kaca di tangannya. Ia harus tetap sadar. Liora harus mempertahankan segala kehormatannya. "Cepat lakukan sebelum wanita ini ditemukan," perintah Angel. Dua pria lain sudah membuka celana yang mereka kenakan. Keduanya menunggu giliran. Liora bergeser untuk menjauh dari dua pria itu. Namun dua pria itu semakin mendekat. "Ayo, Sayang. Kita bermain-main," ucap keduanya. Pria yang mempunyai gambar bintang di lehernya mendekat. Ia hendak meraih rambut Liora namun dengan cepat Liora melayangkan pecahan kaca ke tangan pria itu. "Ish ... kurang ajar. Berani sekali wanita ini. Sudah terluka masih bisa melukai lengan tanganku," berangnya. Liora mengacungkan pecahan kaca yang ia pegang. "Jangan ada yang mendekat.""Hei ... kenapa kalian lamban sekali," kesal Angel. "Cepat lakukan." Dua pria itu menendang tangan Liora yang mengacungkan pecahan gelas kaca. Pecahan itu terlempar dan keduanya memegang lengan Liora. "Lepaskan." Liora mero
Kenan dan Aldo telah sampai di perusahaan. Keduanya langsung saja masuk ke dalam lift menuju lantai paling teratas gedung perusahaan. Di atas sana Doni dan beberapa anak buah Aldo sudah menunggu. Pintu lift terbuka. Kenan dan Aldo keluar. Keduanya menuju pintu darurat. Kenan bersama Aldo menaiki anak tangga hingga tibalah mereka di atas atap gedung. Angin berhembus kencang meniup rambut para pria yang berada di atap. Itu disebabkan karena baling-baling helikopter tengah berputar. "Semuanya sudah siap?" tanya Aldo. "Sudah, Tuan," jawab Doni. "Kapan bantuan datang?""Bantuan sudah dalam perjalanan.""Kita berangkat sekarang. Aku takut istriku terluka."Kenan, Aldo, serta Doni serta satu anak buah mereka naik ke dalam helikopter yang bermuatan enam orang. Setelah semuanya naik dan bersiap. Helikopter pun lepas landas. *****Angel duduk di pangkuan Ardi. Ia memegang segelas minuman berwarna coklat. Tangannya menjelajahi tubuh bidang Ardi yang polos. "Malam ini aku tidak mau bermain
"Mau kalian bawa ke mana aku?" tanya Liora. "Diam saja. Nanti kamu juga akan tahu," kata pria yang duduk di kursi depan mobil. Liora terdiam namun jantungnya berdegup kencang saat ini. Rasa takut tentu saja ada dalam benaknya. Liora paham maksud dari arti penuturan Kenan tadi. Suaminya itu menyiratkan kata-kata dalam sebuah adegan film action. Meski Kenan mengajak keempat pria tadi berkelahi. Tentu saja Kenan akan kalah dan pasti tubuhnya akan babak belur. Pada akhirnya pun Liora akan tertangkap juga. Kenan memberinya kode agar menyerahkan diri saja. Liora menuruti perintah suaminya dan percaya jika Kenan akan secepatnya menyelamatkan dirinya. Mobil sampai ke sebuah pelabuhan. Keempat pria itu turun begitu juga dengan Liora. Ia digiring menuju kapal. Sepertinya Ardi memang memiliki kapal itu. "Ayo naik," perintah pria yang sudah membuka topeng wajahnya. Liora dapat melihat jika pria itu memiliki lukisan tubuh bintang di lehernya. Liora naik ke kapal bersama keempat pria itu. Se
Kenan membawa tubuh Liora yang kelelahan. Keduanya keluar dari kamar mandi. Telapak jari Liora berkerut karena kedinginan. Kenan seakan tidak ada hari esok untuk mengempur sang istri. Bibir Liora bergetar karena kedinginan. Kenan membungkus tubuh istrinya dengan selimut tebal. Rambut Liora yang basah juga ia bungkus dengan handuk."Kamu mau makan apa? Biar aku pesankan," ucap Kenan. "Terserah!""Kamu masih marah?" tanya Kenan. Bagaimana Liora tidak marah. Kenan tidak membiarkannya istirahat. Pinggangnya saja terasa sakit. Belum lagi air dingin yang menguyur tubuhnya. Perutnya juga terasa sangat lapar. Namun Kenan malah menunda-nunda keinginannya untuk makan. Suaminya itu semakin mengila saja menghujam dirinya. Kenan memeluk Liora yang terbungkus oleh selimut tebal. "Maaf, Sayang. Namanya juga pengantin baru."Liora mendengus. "Biarkan aku istirahat dulu dan makan. Semua tubuhku sakit, perutku lapar dan aku mengantuk ingin tidur."Kenan terkekeh. "Iya, Sayang."*****Ardi mengge
Kenan menoel-noel lengan Liora. Istrinya tengah tertidur pulas. Liora sempat membersihkan dirinya sebelum tidur. Kenan juga meminta kepada pelayan hotel untuk menganti seprai mereka yang sudah kotor."Sayang ... ayo bangun. Kita main lagi," bisik Kenan di telinga sang istri.Liora tidak bergeming. Ia tertidur pulas dengan memeluk guling dalam dekapannya. Kenan kembali menoel-noel pipi Liora. Berharap istri tercintanya itu mau bangun dan melayani hasratnya."Sayang ... ayo," ajak Kenan dengan kata lirih.Kenan mendusel wajahnya di tengkuk belakang Liora. Ia memberi gigitan kecil supaya istrinya itu terbangun. Liora mengeliat karena merasa terganggu."Ayo tidur, Ken. Aku sudah lelah." Liora menarik selimut tebalnya dan meringkuk dengan memeluk bantal guling."Jangan tidur. Aku masih ingin bermain," rengek Kenan bagai anak kecil."Besok masih bisa. Malam ini tidur dulu. Kamu tidak capek apa?" tanya Liora dengan mata terpejam."Sayang ... ayo," rayu Kenan.Liora membalik tubuhnya menghada
Liora membersihkan wajahnya dari segala make up yang menempel. Sedang Kenan sudah berada di dalam kamar mandi membersihkan diri. Pintu kamar mandi terdengar dibuka. Kenan keluar dengan rambutnya yang basah. Ia melirik Liora yang masih berkutat membersihkan wajahnya. Sanggul di rambutnya saja belum ia buka. "Belum selesai juga bersihin wajahnya?" Liora menyengir. "Riasannya banyak ditimpa, Ken. Jadi agak susah bersihinnya."Kenan mendekat kemudian membantu melepas jepitan sanggul yang masih belum Liora buka. Ia melepas jepitan hitam dari rambut Liora dengan pelan. "Rambutnya sudah selesai. Kamu cepetan mandi.""Terima kasih, Sayang ... udah bantuin buka jepitan rambutku," ucap Liora seraya bangkit dari duduknya.Kenan memejamkan matanya seraya menunggu Liora dari kamar mandi. Tidak lama Liora keluar. Ia mengosok-gosok rambutnya yang basah dengan handuk kecil. "Sudah tidur rupanya," gumam Liora tak kala melihat Kenan sudah memejamkan matanya. Liora berjalan menuju jendela kamar ho
Gaun pengantin berwarna putih dipakaikan ke tubuh indah Liora. Rambut yang panjang itu juga sudah ditata. Riasan tipis di wajahnya membuat Liora semakin mempesona. Sepatu high heel berwarna putih dengan taburan batu permata terpasang di kaki Liora. Sebuket bunga juga sudah ia pegang. Liora tinggal menunggu datangnya seseorang yang akan menjemputnya untuk dibawa ke Altar pernikahan. Hari ini Liora dan Kenan akan mengikat janji sehidup semati. Karena masalah video itu. Pernikahan Kenan malah ditunggu-tunggu oleh khalayak ramai. Mereka penasaran dan ingin menyaksikan sepasang kekasih itu saling mengikat janji.Kenan dijuluki sebagai pangeran yang telah menolong seorang gadis miskin bernama Liora. Kisah cinderella terjadi dalam kehidupan nyata. Tiba-tiba saja pasangan Liora dan Kenan menjadi idola. Permen lolipop yang menjadi saksi bisu kedekatan Kenan dan Liora banyak dijual oleh para pedagang dan laris manis. Mereka menamainya permen Kenli. Dalam waktu yang singkat semuanya beruba
"Sayang ... apa kamu yakin?" tanya Kenan.Liora mengangguk. "Iya. Kita adakan saja klarifikasi dan juga umumkan tentang tanggal pernikahan.""Kita pulang saja dulu ke rumah. Kita bicarakan ini bersama daddy dan mommy," ucap Kenan."Iya ... kita pulang saja dulu." Liora meraih tasnya dan Kenan memasukkan kembali laptop ke dalam tas kerja. Keduanya keluar dari dalam ruangan. Kenan mengengam erat jemari tangan calon istrinya itu. Para pengawal yang berada di luar, tetap berjaga-jaga. Kenan dan Liora keluar dari dalam cafe. Para pengunjung sudah dibubarkan oleh pengawal yang Kenan perintahkan. Liora bergegas masuk ke dalam mobil. Begitu juga dengan Kenan.Di dunia maya sosok Kenan kembali diungkap. Angel diseret-seret dan menjadikan namanya dikenal kembali. Skandal Aldo juga sempat disinggung. Namun berita itu segera ditutup oleh Kenan dan orang suruhan Aldo. Kenan mengendarai mobilnya menuju kediaman Aldo. Di sana keluarganya sudah menunggu kedatangannya bersama dengan Liora. Di sepa