Renita mengetahui fakta bahwa kekasih yang selama 5 tahun menjalin hubungan dengannya telah selingkuh. Lebih mengejutkan lagi kekasihnya itu selingkuh dengan ibu tirinya. Ayah kandung Renita tidak bisa menerima itu dan mengalami sakit jantung. Dengan keterputusaan, Renita menyewa seorang pengamen jalanan untuk menghiburnya. Aldo Pratama pria arrogant dan menyebalkan di kantor. Dalam pertemuan keduanya mereka tidak saling mengenal. Aldo selalu membuat diri Rere kesal saat bekerja di kantor. Aldo mempunyai calon istri bernama Celine. Di saat itu Aldo mulai tertarik kepada Rere dan si kecil Kenan. Lalu bagaimana Aldo akan menghadapi kisah cinta di antara mereka.
View MoreBraakk ... !
Kedua orang yang tengah asik memadu kasih tersentak kaget. Dua orang dengan beda umur itu lekas mengambil pakaian yang tengah berserakan di bawah lantai.Renita menggeleng, air mata sudah mengalir deras di pipinya. Ia sama sekali tidak menyangka, kekasih yang dia pacari selama 5 tahun tega mengkhianatinya.Renita bahkan tidak percaya kalau selingkuhan kekasihnya itu adalah ibu tirinya. Ibu tiri yang baru satu tahun menikah dengan ayahnya.Dion menghampiri Renita. "Sayang ... ini tidak seperti yang kamu lihat."Renita menghunuskan tatapan tajam. Tangannya sudah mengepal ingin memukul wajah dari Dion.Plaakk ... plaakk ... !Dua tamparan mendarat di pipi kiri dan kanan Dion. "Dasar berengsek! Apalagi yang mau kamu jelaskan. Apa kurang jelas perbuatanmu ini? Tega sekali kamu, Dion. Wanita itu istri dari Ayahku!"Dion menunduk, dia memang bersalah telah mengkhianati kekasihnya. Tetapi dia sendiri tidak tahan akan godaan dari ibu tiri Renita.Renita tidak pernah mau memberi apa yang Dion inginkan. Ibu tiri Renita masih belum terlalu tua. Mereka hanya saling membutuhkan saja. Ibu tiri Renita, tidak puas berhubungan intim dengan suaminya, sedangkan Dion tidak mendapatkan apa yang dia mau dari Renita.Karena saling membutuhkan, hubungan terlarang itu terjadi. Ibu tiri Renita menghampiri sepasang kekasih yang tengah bertengkar itu."Ren ... ini bukan salah Dion. Kamu sendiri yang tidak bisa memberikan apa yang kekasihmu inginkan," ucap Dewi.Renita berdecak. "Ck! Jalang tetap saja jalang. Meski Daddy-ku mengangkat derajatmu tapi kamu tetap saja murahan."Dewi merasa geram akan perkataan Renita. "Tutup mulutmu! Tua bangka itu yang tidak bisa memuaskanku."Plaakk ... !Renita menampar wajah ibu tirinya. Dari awal Renita memang tidak menyetujui ayahnya menikah lagi. Apalagi ibu tirinya ini masih sangat muda. Semua ketakutan Renita benar adanya. Ayahnya telah dikhianati oleh istrinya sendiri. Bermain gila bersama pemuda yang umurnya lebih muda."Kamu sudah tahu jika suamimu itu sudah tua. Tapi kenapa kamu masih ingin menikahinya, huh?" hardik Renita.Dewi tersenyum sinis. "Tentu saja demi uangnya.""Dasar tidak tahu malu. Aku akan memastikan kalian akan mendapatkan balasan yang setimpal," hardik Renita.Dewi malah terkekeh keji. "Tua bangka itu sudah tidak punya apa-apa. Aku sudah mengalihkan semua asetnya di tanganku."Betapa kagetnya Renita mendengar itu. Bagaimana bisa ayahnya ditipu oleh seorang jalang.Dewi merangkul lengan Dion. Dia bahkan bermanja dengan kekasih gelapnya itu. "Sekarang kalian sudah jatuh miskin. Aku dan Dion akan hidup bersama. Kami berdua saling mencintai.""Cuih!" Renita meludah kepada pasangan beda usia ini. "Menjijikan ... ambil saja harta itu. Tapi ingat satu hal, kalian akan mendapatkan balasan yang setimpal."Renita pergi meninggalkan pasangan baru itu. Dion ingin mengejar mantan kekasihnya tetapi Dewi menghalangi."Dion ... lupakan saja dia. Sekarang hanya tinggal kita berdua. Kita akan hidup bersama dan kaya raya dengan harta orang tuanya," tutur Dewi."A-aku ... merasa bersalah telah mengkhianati Renita. Dia adalah wanita yang kucinta," ujar Dion."Sudahlah ... lupakan dia. Lebih baik kita lanjutkan saja permainan yang belum selesai tadi," ucap Dewi.Dion dan Dewi lalu masuk kembali ke dalam kamar hotel. Mereka melanjutkan kegiatan yang tadi sempat tertunda.Sementara Renita yang sakit hati, terus mengendarai mobilnya tanpa arah. Kelakuan Dion sungguh tidak bisa dimaafkan. Apa wanita lain tidak ada sampai ibu tiri pun diembat juga. Dasar berengsek!Mobil berhenti di tepi jalan. Hari sudah mulai gelap dan terdengar suara pria bermain gitar. Renita menoleh pada kerumunan pemuda yang terlihat bersenang-senang. Sekumpulan pengamen.Namun, seorang pria menarik perhatian Renita. Entah apa yang merasuki, ia terlihat tertarik. Suara yang merdu, permainan gitar, semuanya memikat.Rere nekat turun dari mobil, lalu berjalan menghampiri sekumpulan pemuda tanpa peduli apakah mereka ini orang jahat.Para pria yang melihat wanita cantik menghampiri mereka, segera berhenti bernyanyi. "Siapa nih cewek?" tanya Ryan."Mana aku tahu," sahut Aldo.Rere berdiri berhadapan dengan para pria itu. Entah mengapa tidak ada rasa takut di dalam hatinya. Mungkin karena dia memang ingin bersenang-senang."Kamu ...." Tunjuk Rere pada Aldo."Saya?" Tunjuk Aldo pada dirinya sendiri."Kamu ikut bersamaku. Aku akan bayar 5 juta. Aku ingin kamu bernyanyi untukku semalaman," ucap Rere.Aldo melirik ke arah Ryan. Temannya itu malah mengedikan bahu. Seolah memberi jawaban terserah pada Aldo.Aldo berpikir sejenak akan tawaran dari Rere.Kalau dia menerima tawaran dari Rere, maka uangnya bisa dia berikan pada Ryan. Dan Aldo perhatikan, Rere juga sangat cantik."Oke ... aku terima tawaran kamu," ucap Aldo.Aldo meminjam gitar dari Ryan dan mengikuti Rere masuk ke dalam mobilnya. Para temannya yang lain malah bersorak meledek Aldo.Aldo melambaikan tangan kepada temannya, lalu menutup kaca mobil. Rere melajukan mobilnya menuju hotel sederhana. Untung saja dia selalu berhemat meski kaya. Uang di dalam tabungannya masih cukup untuk kehidupannya selama setahun.Rere turun dan Aldo mengikuti dirinya. Rere memesan kamar untuk mereka. Kemudian masuk ke dalam lift bersama. Tidak ada pembicaraan di antara mereka berdua.Rere membuka pintu kamar yang dia pesan. Dia lalu mempersilakan Aldo untuk masuk dulu, kemudian Rere menutup pintu tidak lupa menguncinya."Kamu ... duduk dulu di sofa. Aku akan membersihkan diri," ucap Rere.Rere masuk ke dalam kamar mandi dengan membawa baju handuk di tangannya. Aldo duduk di sofa sembari memainkan gitar di tangannya. Setelah beberapa saat, Rere keluar dari kamar mandi.Rere meraih gagang telepon untuk memesan minuman juga cemilan. Dia yang masih mengenakan baju handuk, duduk di samping Aldo."Mulailah bernyanyi ... aku request lagu putus cinta dan pengkhianatan."Aldo mengerti, ternyata wanita yang duduk di sampingnya ini lagi putus cinta. Aldo mulai bernyanyi dengan diiringi petikan gitar.Wanita ini terlihat beberapa kali mengusap air matanya. Aldo diam saja dan terus bernyanyi. Namun, ia seperti tidak fokus. Wanita yang belum memberitahu namanya ini malah sesenggukkan."Tenanglah." Aldo menghentikan permainan gitarnya. Putus cinta saja sampai seperti ini. Padahal di dunia ini lelaki itu banyak."Teruskan saja nyanyianmu. Kau kubayar untuk bernyanyi."Kesal juga mendengar perintah dari gadis ini. Tapi, apa yang wanita ini katakan benar adanya. Aldo kembali bernyanyi lagu galau."Kenapa dia berbuat seperti itu padaku? Kenapa?" Rere masih mengingat pengkhianatan Dion. Sakit sekali. Jika wanita lain, mungkin tidak seperih ini. Namun ini, malah berselingkuh dengan ibu tiri yang sudah menjadi kerabatAldo diam saja dan terus bernyanyi. Bisa gila ia berlama-lama bersama wanita ini. Tapi, diperhatikan sekali lagi, benar-benar cantik. Menjadi penghibur untuk satu malam saja, Aldo bersedia."Pinggangku," rintihnya. Kenan meraih handycam yang tadi ia letakkan di kursi rotan di dalam kamar. Ia memutar isi dalam rekaman itu. Kenan bernapas lega karena Liora tidak sempat dilecehkan oleh keempat pria jahat itu. Kenan keluar dari dalam kamar kapal. Masih ada beberapa anak buah Aldo yang menunggu majikannya keluar. "Kalian siapkan mobil. Aku mau pulang," kata Kenan. "Siap, Tuan," ucap salah satu pria yang bertubuh kekar dan alisnya tebal. Pintu kamar diketuk oleh pengawal tadi. Kenan beranjak membuka pintu. "Sudah siap mobilnya?""Sudah, Tuan." "Tolong bawa istriku ke mobil," pinta Kenan dengan mempersilakan pria itu masuk ke dalam kamar. "Baik, Tuan." Pria itu masuk dan sedikit heran dengan kondisi Liora. Pria itu ingin tertawa namun ia menahannya. "Cepat bawa," kata Kenan kesal karena pengawal itu memperhatikan istrinya. "B-baik, Tuan." Mata tajam Kenan tidak lepas dari pengawal yang membawa istrinya. Takutnya pria itu mencuri kesempatan yang ada. Pintu mobil sudah
"Jangan mendekat," lirih Liora dengan memegang pecahan kaca di tangannya. Ia harus tetap sadar. Liora harus mempertahankan segala kehormatannya. "Cepat lakukan sebelum wanita ini ditemukan," perintah Angel. Dua pria lain sudah membuka celana yang mereka kenakan. Keduanya menunggu giliran. Liora bergeser untuk menjauh dari dua pria itu. Namun dua pria itu semakin mendekat. "Ayo, Sayang. Kita bermain-main," ucap keduanya. Pria yang mempunyai gambar bintang di lehernya mendekat. Ia hendak meraih rambut Liora namun dengan cepat Liora melayangkan pecahan kaca ke tangan pria itu. "Ish ... kurang ajar. Berani sekali wanita ini. Sudah terluka masih bisa melukai lengan tanganku," berangnya. Liora mengacungkan pecahan kaca yang ia pegang. "Jangan ada yang mendekat.""Hei ... kenapa kalian lamban sekali," kesal Angel. "Cepat lakukan." Dua pria itu menendang tangan Liora yang mengacungkan pecahan gelas kaca. Pecahan itu terlempar dan keduanya memegang lengan Liora. "Lepaskan." Liora mero
Kenan dan Aldo telah sampai di perusahaan. Keduanya langsung saja masuk ke dalam lift menuju lantai paling teratas gedung perusahaan. Di atas sana Doni dan beberapa anak buah Aldo sudah menunggu. Pintu lift terbuka. Kenan dan Aldo keluar. Keduanya menuju pintu darurat. Kenan bersama Aldo menaiki anak tangga hingga tibalah mereka di atas atap gedung. Angin berhembus kencang meniup rambut para pria yang berada di atap. Itu disebabkan karena baling-baling helikopter tengah berputar. "Semuanya sudah siap?" tanya Aldo. "Sudah, Tuan," jawab Doni. "Kapan bantuan datang?""Bantuan sudah dalam perjalanan.""Kita berangkat sekarang. Aku takut istriku terluka."Kenan, Aldo, serta Doni serta satu anak buah mereka naik ke dalam helikopter yang bermuatan enam orang. Setelah semuanya naik dan bersiap. Helikopter pun lepas landas. *****Angel duduk di pangkuan Ardi. Ia memegang segelas minuman berwarna coklat. Tangannya menjelajahi tubuh bidang Ardi yang polos. "Malam ini aku tidak mau bermain
"Mau kalian bawa ke mana aku?" tanya Liora. "Diam saja. Nanti kamu juga akan tahu," kata pria yang duduk di kursi depan mobil. Liora terdiam namun jantungnya berdegup kencang saat ini. Rasa takut tentu saja ada dalam benaknya. Liora paham maksud dari arti penuturan Kenan tadi. Suaminya itu menyiratkan kata-kata dalam sebuah adegan film action. Meski Kenan mengajak keempat pria tadi berkelahi. Tentu saja Kenan akan kalah dan pasti tubuhnya akan babak belur. Pada akhirnya pun Liora akan tertangkap juga. Kenan memberinya kode agar menyerahkan diri saja. Liora menuruti perintah suaminya dan percaya jika Kenan akan secepatnya menyelamatkan dirinya. Mobil sampai ke sebuah pelabuhan. Keempat pria itu turun begitu juga dengan Liora. Ia digiring menuju kapal. Sepertinya Ardi memang memiliki kapal itu. "Ayo naik," perintah pria yang sudah membuka topeng wajahnya. Liora dapat melihat jika pria itu memiliki lukisan tubuh bintang di lehernya. Liora naik ke kapal bersama keempat pria itu. Se
Kenan membawa tubuh Liora yang kelelahan. Keduanya keluar dari kamar mandi. Telapak jari Liora berkerut karena kedinginan. Kenan seakan tidak ada hari esok untuk mengempur sang istri. Bibir Liora bergetar karena kedinginan. Kenan membungkus tubuh istrinya dengan selimut tebal. Rambut Liora yang basah juga ia bungkus dengan handuk."Kamu mau makan apa? Biar aku pesankan," ucap Kenan. "Terserah!""Kamu masih marah?" tanya Kenan. Bagaimana Liora tidak marah. Kenan tidak membiarkannya istirahat. Pinggangnya saja terasa sakit. Belum lagi air dingin yang menguyur tubuhnya. Perutnya juga terasa sangat lapar. Namun Kenan malah menunda-nunda keinginannya untuk makan. Suaminya itu semakin mengila saja menghujam dirinya. Kenan memeluk Liora yang terbungkus oleh selimut tebal. "Maaf, Sayang. Namanya juga pengantin baru."Liora mendengus. "Biarkan aku istirahat dulu dan makan. Semua tubuhku sakit, perutku lapar dan aku mengantuk ingin tidur."Kenan terkekeh. "Iya, Sayang."*****Ardi mengge
Kenan menoel-noel lengan Liora. Istrinya tengah tertidur pulas. Liora sempat membersihkan dirinya sebelum tidur. Kenan juga meminta kepada pelayan hotel untuk menganti seprai mereka yang sudah kotor."Sayang ... ayo bangun. Kita main lagi," bisik Kenan di telinga sang istri.Liora tidak bergeming. Ia tertidur pulas dengan memeluk guling dalam dekapannya. Kenan kembali menoel-noel pipi Liora. Berharap istri tercintanya itu mau bangun dan melayani hasratnya."Sayang ... ayo," ajak Kenan dengan kata lirih.Kenan mendusel wajahnya di tengkuk belakang Liora. Ia memberi gigitan kecil supaya istrinya itu terbangun. Liora mengeliat karena merasa terganggu."Ayo tidur, Ken. Aku sudah lelah." Liora menarik selimut tebalnya dan meringkuk dengan memeluk bantal guling."Jangan tidur. Aku masih ingin bermain," rengek Kenan bagai anak kecil."Besok masih bisa. Malam ini tidur dulu. Kamu tidak capek apa?" tanya Liora dengan mata terpejam."Sayang ... ayo," rayu Kenan.Liora membalik tubuhnya menghada
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments