3 hari kemudian
Sudah 3 hari Alana tidak bertemu lagi pria yang hampir berhubungan intim dengannya. Ia menarik napas lega dan malu sendiri dengan kelakuannya. Bagaimana mungkin ia akan melakukan hubungan intim dengan orang yang tidak dikenalnya bahkan asal usulnya saja ia tidak mengetahuinya.
Akan tetapi, mengingat pria itu tahu tentang status narapidananya membuat Alana berpikir kalau pria tersebut tahu siapa dia dan apa mungkin pria itu keluarga Adiwangsa? Mengingat kejadian kecelakaan tersebut membuatnya merasa sangat bersalah pada Budi, papanya.
Semenjak Budi meninggal tidak pernah ia bisa tempat peristirahatan terakhir papanya. D
Alana tak percaya mendengar perkataan Reynar. Bagaimana mungkin pria tersebut mengatakan kalau menyukainya. Masa baru mengenal hampir 2 minggu malah mengatakan menyukainya? Apakah laki - laki ini waras?“Kenapa wajahmu seperti itu? Ga usah bingung dengan perkataanku."Alana mengerjapkan matanya. “Tentu saja aku bingung, apa kamu menculikku karena menyukaiku? Apa kamu waras? Atau belum minum obat gitu?”"Tentu saja aku waras tanpa perlu obat.” 
Cahaya kemerah-merahan di langit menjelang fajar menyingsing. Sinar mentari masuk di sela-sela tirai jendela kamar Alana. Secara perlahan ia membuka matanya mencari seseorang yang semalam bersamanya.Namun, ia kecewa. Lelaki yang diharapkannya sudah tidak ada lagi di sampingnya. Ia tersenyum teringat tadi malam kalau Reynar mengatakan kalau menyukainya. Mereka tidur di atas tempat tidur dengan saling berpelukan. Rasanya indah sekali mengingat kejadian tadi malam.“Kenapa kamu pergi sih? Kalau kamu ada sama aku kan jadi beda,” ucapnya dengan suara kecewa.Alana menghela napasnya. Ia tidak seharusnya memiliki harapan t
Tangan Reynar masih terus menyentuh kedua gunung kembar Alana dengan lembut, mengecup lembut curuk lehernya membuat ia bergidik geli. Entah keberanian dari mana saat tangan Reynar turun bagian bawahnya, ia memegang tangan pria itu agar tidak menyentuh bagian sensitifnya."Tolong jangan lakukan ini," tolak Alana.Reynar hanya diam, ia menaikkan tangannya dan memeluk pinggang Alana."Tidurlah," uca
Reynar masih mendekat Alana dalam pelukannya. Mencium bibir Alana sampai menjelajahi rongga-rongga mulutnya. Membelai dan melumatnya dengan sangat mesra. Alana membalas setiap lumatan demi lumatan diberikan oleh bibir Reynar.Tanpa sadar tangan Alana menggantung di leher Reynar. Menutup matanya dan sedikit menjijitkan kakinya berusaha menyamai tinggi badan Reynar yang menjulang tinggi melebihi dirinya. Reynar mengerti kalau Alana pasti kesulitan untuk berciuman secara berdiri. Ia pun mengangkat kaki kanan Alana secara reflek Alana menggantungkan kedua kakinya di pinggul Reynar.Reynar membawa Alana dalam gendongannya sambil bibir mereka tetap saling berciuman. Tanpa ia sadari kalau secara perlahan handuk yang membalut pingguln
Wildan membelalakan matanya. Ia sangat terkejut melihat yang seharusnya tidak dilihatnya di dalam kamar tersebut. Dengan cepat ia langsung menutup mata dan membalikkan badannya.Begitu juga dengan Reynar. Ia langsung memeluk tubuh Alana agar tidak terlihat oleh Wildan, tak rela jika tubuh wanitanya dilihat oleh pria lain. Ia menjadi sangat kesal dan marah Wildan langsung saja masuk dan melihat kegiatannya yang sedang berburu gairah. Makin bertambah emosinya malah ia akan menuju puncaknya malah Wildan masuk dan berujung gagal."Keluaaaar!" bentak Reynar
Reynar bergegas ke bandara bersama Wildan. Ia sudah ada janji untuk bertemu dengan Elton yang merupakan CEO PT. Karya Perkasa yang akan bekerjasama dengan Adiwangsa Grup. PT. Karya Perkasa merupakan kontraktor untuk perumahan mewah, apartemen, kondominium, hotel serta mall yang akan dibangunnya di Bali.“Selamat siang, Pak Adiwangsa. Senang bertemu dengan Anda,” ucap Elton mengulurkan tangannya.“Selamat siang, Pak Turambi. Saya juga senang bertemu dengan Anda.” Reynar membalas uluran tangan Elton.Reynar dan Elton membicarakan tentang proyek kerjasama mereka di Bali. Reynat berniat mena
Dengan penuh keraguan Hary memutuskan untuk tidak memberitahukan kedatangan Yudi ke Villa Rose. Ia harus mencari aman untuk dirinya sendiri daripada nanti malah jadi masalah. Namun, kelegaannya hanya bersifat sementara. Tiba-tiba saja telepon genggamnya berdering. Wajah menjadi pucat saat di layar ponsel tertera nama Pak Wildan. Dengan gugup Hary menjawab telepon dari Wildan."Selamat siang Pak," sapa Hary."Bagaimana keadaan Alana? Hair stylist sudah datang?" tanya Wildan."Keadaan Nona Alana baik-baik saja Pak tidak ada masalah apapun dan ha
Dengan melawan rasa takutnya, Alana nekat pergi bersama Yudi. Namun, ia lupa kalau Anita, mamanya berada di Semarang. Bukan tempat yang dekat jika harus ke sana dan membutuhkan waktu beberapa jam sampai di sana.“Jangan khawatir aku yang mengurusi semuanya,” ucap Yudi mencoba menyakinkan Alana.“Tapi ga dekat Yudi Puncak ke Semarang,” ujar Alana ragu-ragu.“Kalau kita berangkat sore ini sampai Semarang paling jam 1 dini hari. Masih ada kesempatan untuk kamu bertemu Mamamu.”“Tapi, a