"Cepat kembali ke apartemen mu, aku mau tidur" pinta Naveah.
"Naveah, bagaimana kalau mulai minggu depan kita tinggal bersama" ide Lee Kwon. Naveah benar-benar dibuat terkejut berulang kali oleh Lee Kwon.
"Kenapa tiba-tiba sekali,bagaimana dengan?" Naveah tidak melanjutkan perkataanya tapi Lee Kwon paham betul siapa yang dimaksudkan oleh istrinya itu.
"Soal Nari, tidak perlu khawatir dia akan meninggalkan Korea dalam beberapa hari dan dia akan tinggal di Taiwan selama dua bulan" jelas Lee Kwon.
"Apakah tidak lebih baik tinggal terpisah seperti ini saja, kita juga sama-sama lebih menyaman" Naveah menyampaikan pendapatnya.
"Tidak, kita sudah dua tahun menikah dan kita masih belum bisa mengenal satu sama lain dengan baik" Lee Kwon menggelengkan kepala menolak pendapat Naveah.
"Tapi" ucap Naveah.
"Apa yang masih kamu takutkan?" tanya Lee Kwon.
"Aku hanya belum siap untuk tinggal dengan orang asing di apartemen ku" jelas Naveah.
"Mau sampai kapan kita akan menjadi orang asing, aku sudah bilang kita akan belajar untuk memulai kehidupan rumah tangga kita, jangan khawatirkan sesuatu yang tidak mungkin terjadi" ujar Lee Kwon meyakinkan Naveah.
"Aku merasa tidak enak dengan Nari, biar bagaimana pun kalian saling menicintai" ucap Naveah.
"Naveah kita sudah menikah, Nari dan aku memang saling mencintai dulu, aku pikir pertemuan kami sekarang bukan untuk membuat aku dan dia akan bersama tapi ini adalah suatu kondisi yang akhirnya menyadarkan ku kalau apa yang aku lakukan salah dan membuka mata ku pada mu. Orang yang dengan setia bersama ku tanpa mengeluh dan menuntut sesuatu dari ku yang sebenarnya itu adalah hak mu. Saat bertemu dan mendengar cerita Nari dengan mantan suaminya aku pikir apa yang bergumul dalam hati ku adalah cinta yang pernah aku berikan pada nya. Tapi ternyata aku salah, aku kasihan dengan kondisi nya dan merasa simpati dengan apa yang ia alami karena itulah aku tidak bisa langsung memutus hubungan ku dengan nya. Saat Nari pulang menyelesaikan pekerjaannya aku akan berbicara baik-baik padanya" Lee kwon meyakinkan Naveah.
"Jangan-jangan yang sebenarnya kamu takutkan adalah aku" ucap Lee Kwon.
"Aku kan sudah bilang, aku belum merasa nyaman tinggal satu rumah dengan orang yang belum familiar bagi ku, aku tidak bilang takut pada mu" lirik Naveah.
"Benarkah, kalau begitu aku akan mulai tidur di sini nanti malam" ucap Lee Kwon.
"Kau gila, aku tidak mengizinkan mu" tolak Naveah.
"Berarti kau takut pada ku kan?" tanya Lee Kwon tidak menyerah.
"Terserahlah, di apartemen ini memang ada beberapa kamar tapi belum tentu sudah dibersihkan" Naveah mulai pasrah.
"Kalau masalah itu, tenang saja aku akan tidur di sofa ini untuk malam ini, kau bisa tidur di kamar mu" ide Lee Kwon.
"Kamu benar-benar deh, di sini dingin tahu, aku bisa dimarahi Ibu kalau tahu anak yang disayanginya aku telantarkan"Naveah menolak ide Lee Kwon.
"Aku beri waktu sampai acara tv ini selesai, setelah itu pulanglah ke apartemen mu" Naveah menghadapkan wajahnya pada Lee Kwon yang duduk di atas sofa.
"Benar-benar perempuan yang tidak bisa dipahami dan tidak terkalahkan" Lee Kwon lelah berdebat dengan Naveah.
"Baiklah setelah acara ini aku akan pulang" Lee Kwon menyetujui permintaan Naveah pada nya.
"Bagus, itu nama nya laki-laki sejati" Naveah tersenyum senang.
Saat mereka tengah menikmati acara televisi, hp Naveah berdiring. Panggilan telpon itu berasal dari Dongman. Perempuan itu menggeser layar hp nya dan mengangkat telponnya.
"Kecilkan sedikit volumenya" bisik Naveah pada Lee Kwon.
"Halo, Hyung ada apa malam-malam begini?" tanya Naveah pada Dongman.
"Naveah maaf telat, aku ingin mengucapkan ulang tahun pada mu yang ke-26 tahun. Aku berhadap apa yang ingin kamu raih dapat tercapai dan aku doakan kamu mendapat pacar yang baik" doa Dongman pada Naveah.
Perempuan itu tersenyum mendengar kakak tingkatnya itu masih ingat hari ulang tahunnya bahkan mendoakannya. Lee Kwon yang duduk di sofa mendengar apa yang dikatakan Dongman pada Naveah.
"Terima kasih Hyung atas doa nya dan terima kasih masih ingat dengan hari ulang tahun ku" ucap Naveah.
"Aku ingin membawakan mu kue tapi ini sudah malam, kamu pasti sudah mau tidur" ucap Dongman.
"Ah, Hyung tidak perlu repot-repot" ucap Naveah. Lee Kwon terlihat tidak senang mendengar percakapan antara Dongman dengan Naveah.
"Kalau begitu, apa besok ada waktu?" tanya Dongman.
"Besok, aku belum tahu dengan pasti Hyung, aku perlu menanyakan pada asiten ku besok" Naveah tidak dapat memberi kepastian.
"Baiklah kalau begitu, istirahatlah sekarang. Kalau memang memungkinkan ada waktu kosong jangan lupa untuk hubungi aku ya" pinta Dongman.
"Pasti, Naveah akan memberitahu kalau jadwal Naveah memungkinkan untuk bertemu" kata Naveah.
Mereka berdua pun mengakhiri pembicaraan mereka, di sisi lain Lee Kwon terlihat kesal melihat kedekatan Naveah dan Dongman.
"Aku pikir-pikir kamu selalu dapat bicara baik dengan pria itu tapi saat dengan ku kamu berbicara seolah-olah tidak ingin lama-lama mengobrol dengan ku" ungkit Lee Kwon.
"Makanya jangan menyebalkan" ucap Naveah singkat.
"Aku heran kenapa dia mendoakan mu mendapat pacar, apa dia tidak tahu kalau kamu peremuan yang sudah bersuami?" tanya Lee Kwon.
"Kamu menguping pembicaraan ku dengannya kan?" tanya Naveah balik.
"Aku tidak menguping, dia saja yang suaranya terlalu keras" jelas Lee Kwon.
"Kalau begitu kenapa kamu tidak menutupi telinga mu" ucap Naveah kesal.
Perempuan itu memukul Lee Kwon dengan bantal yang terdapat di sofa.
"Hei, sakit" keluh Lee Kwon.
"Rasakan" Naveah senang melihat Lee Kwon merengek kesakitan.
"Benar-benar deh kalau sama kamu bawaannya pengen marah-marah" canda Lee Kwon. Pria itu mengelus badannya yang mendapat pukulan bantal dari Naveah.
"Naveah duduklah di sini" Lee Kwon menunjuk duduk di dekatnya. Naveah tampak ragu tapi akhirnya mengiyakan permintaan Lee Kwon.
"Ada apa?" tanya Naveah.
"Coba ulurkan tangan jari-jari mu" pinta Lee Kwon. Naveah mengulurkan jari-jari nya pada Lee Kwon.
"Sekarang pejamkan mata mu sebentar" perintah Lee Kwon. Perempuan itu sebenarnya takut tapi tetap mengikuti perintah Lee Kwon.
"Sekarang buka mata mu" perintah Lee Kwon pada Naveah. Perempuan itu tidak menyangka mendapat hadiah ulang tahun lagi dari Lee Kwon.
"Wah, bagus sekali. Terima kasih sudah mengingat ulang tahun ku dan memberi kejutan tidak terduga" ucap Naveah dengan penuh rasa haru dan gembira.
"Kau senang?" tanya Lee Kwon.
"Tentu saja" jawab Naveah singkat.
"Sekarang saatnya aku minta sesuatu dari mu" ucap Lee Kwon tiba-tiba pada Naveah.
"Bukankah uang mu lebih banyak, kamu mau minta apa?" tanya Naveah dengan penuh keraguan.
"Naveah sudah lama kita tidak berbincang seperti ini" ucap Dongman yang tengah berada di ruang tamu di ruang kerja Naveah. "Benarkah?, mungkin karena Hyung terlalu banyak aktivitas di luar" ucap Naveah sembari meminum teh. "Aku ingat betul kita terakhir berbincang santai saat ulang tahun mu, berarti hampir satu bulan lebih kita tidak bertemu ya" Dongman mengingatkan Naveah. "Apakah ini benar-benar hyung yang aku kenal?, aku tidak menyangka hyung bisa mengingat dengan detail kapan terakhir kali kita bertemu" ucap Naveah heran. "Tidak ada hal yang aku lupakan kalau ada hubungannya dengan diri mu Naveah" ucapan Lee Kwon mengagetkan Naveah. "Sejak kapan orang di depan ku ini belajar menggombali aku seperti ini" gurau Naveah. "Aku tidak tahu, mungkin sejak kita sudah lama tidak bertemu" ucap Dongman santai sembari menatap Naveah yang duduk di depannya. "Haha, dasar!" Naveah tidak kuasa menahan tawa nya. "Habis aku liha
"Kau pikir aku akan diam saja, aku tidak membiarkan perempuan mana pun bisa menggantikan posisi ku di hati mu sayang" ucap Nari sembari menatap foto nya dengan Lee Kwon di layar hp nya. Sudah satu bulan setengah Nari meninggalkan Korea dan tinggal di Taiwan untuk menyelesaikan pekerjaannya. Perempuan itu tidak hanya fokus menyelesaikan pekerjaannya tapi juga tengah menyusun rencana untuk bisa memiliki Lee Kwon. "Aku yakin kemunculan berita ini di Korea akan mengangkat nama mu sebagai wartawan" ucap Nari melalui telpon pada teman sekolahnya dulu yang kini berprofesi sebagai seorang wartawan di salah satu stasiun tv ternama di Korea. "Haha, aku tidak percaya dengan siapa aku bicara sekarang, benarkah kamu Nari teman smp ku dulu" ucap Nana disambungan telpon. Nari terlihat memainkan rambut panjangnya dengan senyuman licik mendengar perkataan dari Nana. Perempuan itu tak mempedulikan opini teman lama nya tentang dirinya yang sekarang.
Nari duduk termenung di kursi nya, perempuan itu mulai meneteskan air mata. Memejamkan matanya, dan mengepalkan tangannya di atas meja kerjanya. Dia menatap layar laptop yang ada di depannya, sebuah foto dari pria yang dicintainya."Kau bilang sibuk, lalu apa ini semua!" teriak Nari di ruang kerjanya. Perempuan itu mendapat laporan dari informannya kalau Lee Kwon menemani Naveah di pulau Jeju. Informannya mengirim foto-foto kebersamaan Naveah dan Lee Kwon."Aku tidak percaya kenapa semua laki-laki sama, tidak hanya mantan suami ku tapi kamu juga seperti itu Lee Kwon" Nari terisak menahan rasa sakit di hati nya. Perempuan itu merasa dipermainkan oleh pria yang ia sangka akan mencintainya dengan sepenuh hati.Suara teriakan dan isak tangis Nari tersengar oleh asisten pribadinya. Asisten pribadi nya yang bernama Young Ae terlihat khawatir dan mondar-mandir di depan ruang kerja Nari.Tok-tok, Young Ae memberanikan diri mengetok pintu ruang kerja Nari. Tidak a
"Lee Kwon, kita ke tempat Ibu dan Kakek kapan?" tanya Naveah yang duduk bersender di tempat tidur sembari memainkan ponselnya."Terserah kamu saja" ucap Lee Kwon dengan suara mengantuk."Kalau begitu sekarang saja" ujar Naveah tiba-tiba.Lee Kwon tidak mengiyakan ide Naveah, pria itu malah mengganti posisi tidurnya membelakangi Naveah."Lee Kwon" panggil Naveah yang masih fokus melihat sesuatu di ponselnya.Pria itu tetap tidak menjawab dan melanjutkan tidurnya, "sia-sia aku mengajak orang ini pergi ke sini kalau hanya dihabiskan untuk tidur saja" ujar Naveah menggelengkan kepalanya melihat Lee Kwon masih tertidur.Naveah yang tidak tahu mau melakukan apa di dalam kamar akhirnya malah mengantuk dan kembali tidur di samping Lee Kwon."Perempuan ini, bisa-bisa nya dia tidur tanpa dosa seperti ini" Lee Kwon menatap Naveah yang tertidur dengan pulas di sampingnya.Pria itu membelai kepala Naveah, menyentuh pipi Naveah dan kemudian
"Apa yang kamu katakan sepertinya ada benar nya, kadang aku juga berpikiran seperti itu untuk menenangkan pikiran ku tapi lagi, pikiran itu akan kembali hinggap di kepala ku di saat-saat tidak terduga, contohnya saat ini. Kenapa aku jadi emosional begini? maaf aku malah curhat dan membuat mu tidak bisa tidur" Naveah mengusap air matanya.Lee Kwon ikut menitihkan air mata mendengar cerita Naveah, pria itu tidak menyangka dibalik ketangguhan yang selalu diperlihatkan oleh Naveah di depan nya, ternyata ada bagian di mana istrinya begitu rapuh dan terluka. Hati Lee Kwon ikut sakit mendengar kehidupan masa lalu Naveah. Pria itu mengusap air mata di pelupuk mata nya tanpa Naveah tahu. Lee Kwon beruntung lampu di kamar sudah dimatikan kalau tidak dia akan malu."Ngomong-ngomong aku baru kali ini melihat mu menangis seperti ini, dan pertama kali juga mendengar kisah hidup mu yang tidak mudah. Lain kali ungkap kan dan ceritakan apa yang kamu alami pada ku. Aku akan setia
"Dia yang selama ini kamu cari?" tanya pak Park pada Hyungshik sembari menyentuh pundak anak laki-laki nya itu. "Iya ayah" jawab Hyungshik sembari melihat Naveah yang ke luar dari ruangan. "Dia sudah menikah, ayah harap perasaan mu pada nya hanya sekedar rasa terima kasih dan tidak lebih dari itu" nasehat pak Park pada anak nya. "Iya aku tahu" ucap Hyungshik dengan nada tidak bersemangat. "Tenanglah, ayah akan mencarikan perempuan yang tidak kalah menarik dari dia untuk mu" pak Park menyemangati Hyungshik. "Tapi ayah, apakah hubungan dia dengan suaminya baik-baik saja" tanya Hyungshik penasaran. "Ayah tidak tahu pasti, dari informasi yang ayah dapatkan suaminya masih menjalin hubungan dengan mantan pacar nya" ucap pak Park. "Sayang sekali" Hyungshik menggelengkan kepala nya. "Dia anak muda yang luar biasa, ayah sangat suka dengan cara berpikir Naveah itulah kenapa ayah mau bekerjasama dengan TF Group" puji pak Park.