Share

Bab 7 (Kejujuran Ayana)

Penulis: Rara MR
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-04 16:36:39

"Berapa banyak rahasia yang Mami sembunyikan dari Hanan?" tanya Hanan kecewa.

Ayana memeluk tubuh Hanan, "Jangan salah paham dulu, sayang. Kamu mau dengerin Mami ngomong dulu kan?"

Hanan mengangguk, toh tidak mungkin menggeleng.

"Mami sudah mengenalmu sejak lama, makanya Mami keukeh menjodohkan kamu dengan Naufal. Firasat seorang ibu gak pernah salah, dalam hati Mami, kamu yang pantas menjadi isteri Naufal. Mampu sama-sama berjuang dan membimbing putera Mami," terang Ayana.

"Maksud Mami?" Hanan benar-benar tidak paham.

Enam bulan yang lalu di sebuah Choffee shop bernama "Choffee Corral".

Hanan bekerja sebagai seorang waiters di Choffe Corral, ia sedang berjalan santai membawa nampan usai mengantarkan pesanan ke meja nomor lima belas. Namun, langkahnya terhenti ketika mendengar suara rintihan wanita dari meja nomor tiga belas.

"Ibu kenapa?" tanya Hanan panik. Melihat wanita paruh baya yang sedang memegang dadanya, napasnya sedikit tersengal dan meringis menahan sakit.

Dengan tangan gemetar Hanan merogoh saku celana, meraih ponsel untuk memesan taksi. Beruntung cepat datang, dibantu sopir taksi membawa wanita paruh baya tersebut ke dalam mobil menuju rumah sakit.

Ya, wanita tersebut adalah Ayana, ia memang secara tiba-tiba ingin sekedar nongkrong di Choffee Corral, suasana dan tempat yang strategis. Ia tergoda dengan menu capuccino panas, saat hendak menghabiskan tiba-tiba saja ulu hatinya terasa sakit. Ayana lupa, memiliki riwayat asam lambung yang cukup parah.

Kini ia terbaring lemah, disampingnya terlihat Hanan yang masih setia menunggu. Bahkan bersedia menyuapinya bubur yang sengaja dibeli repot-repot dari luar.

"Siapa namamu, Nak?" tanya Ayana ramah.

"Hanan, Ibu," jawab Hanan.

"Anak baik, semoga bahagia selalu menyertaimu ya?"

Hanan mengangguk. "Apa ada nomor keluarga Ibu yang bisa dihubungi?"

"Sudah Ibu hubungi, sekarang kamu kembali ke tempat kerja saja. Terima kasih banyak ya?" ucap Ayana.

Hanan mengangguk, mencium punggung tangan kanan Ayana. Ia memang tadi pergi tanpa meminta izin terlebih dahulu. Dengan terburu-buru bergegas mencari angkutan umum agar segera sampai di Choffee Corral.

Ya, pertemuan yang sangat singkat. Namun, sangat membekas di hati Ayana. Gadis santun dan baik hati. Ia bahkan rela sering berkunjung ke Choffee Corral, memesan segelas kopi meskipun tak dicicipi, hanya untuk melihat dan memantau Hanan diam-diam.

"Ternyata dia putri satu-satunya Syahreza dan Manda. Hm, keberuntungan berpihak padaku. Gadis sebaik itu tak boleh aku lepaskan, dia sangat cocok jadi menantuku," gumam Ayana.

Manda, Mama kandung Hanan, kebetulan teman satu arisan Ayana. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Manda yang selalu silau dengan materi ketika diajak menjadi besan oleh Ayana tentu saja langsung setuju. Sebuah keberuntungan bukan? Menjadi besan orang terpandang seperti keluarga Ayana. Apalagi terkenal dermawan. Meskipun kehidupan Manda juga sudah berkecukupan bahkan berlebih.

"Jika menolak bagaimana?" tanya Ayana saat itu sempat ragu. Dilihat dari keseharian Hanan dalam bekerja, sangat telaten dan pekerja keras. Pastinya gadis keras kepala dan teguh pendirian.

"Tenang saja, Hanan bukan gadis pembangkang. Meskipun sifatnya keras kepala, sebenarnya ia anak yang sangat patuh pada orang tua. Hanya saja, Aku gak bisa terus bersama dengan papanya," jawab Manda mantap.

"Memangnya putrimu gak punya pacar?" Selidik Ayana.

"Pacar? Hahaha," Manda tertawa terbahak-bahak.

Ayana heran, memangnya ada yang lucu?

"Puteriku gak seperti gadis seusianya. Ia hanya sibuk dengan dunianya sendiri. Lebih memilih tidur dan membaca novel, ketimbang nongkrong dengan teman-temannya atau pergi bersama pacar. Setelah bekerja dia akan tidur di dalam kamar. Teman dekatnya hanya satu orang. Aku memang gak ingin Hanan salah pergaulan. Hanya dia yang kumiliki. Namun, sayang sekali, semenjak perceraian kedua orang tuanya, Hanan tak lagi seceria dulu ketika di rumah. Ia semakin gila bekerja. Bicara hanya seperlunya saja. Aku juga tau, dia gak pernah akur sama ibu tirinya."

"Puterimu benar-benar gadis yang unik dan menarik. Sangat jarang seperti itu. Ayo kita tentukan pertemuan dua keluarga untuk menentukan hari bahagia anak kita." Ajak Ayana bersemangat.

Manda mengangguk setuju, sudah membayangkan jika Hanan bersanding dengan Naufal.

"Lalu bagaimana dengan puteramu?" tanya Manda.

"Sebenarnya puteraku sudah bertunangan dengan seorang gadis. Namun, Aku kurang suka dengan sifat gadis itu. Kurang sopan santun dan terkesan liar untuk gadis seusianya. Selalu bermuka dua, seolah-olah paling baik jika ada Naufal. Untuk masalah puteraku, kamu tenang saja. Lambat laun kedok tunangan puteraku pasti akan terbuka."

Itu pula menjadi alasan Manda saat itu begitu keukeh agar Hanan menerima perjodohan tersebut. Manda sama sekali tak menerima penolakan dari Hanan.

Kembali ke saat ini...

"Ja-jadi Mami seorang ibu yang waktu itu Hanan tolong?" tanya Hanan terkejut. Ia memang tak begitu ingat dengan wajah Ayana saat itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • I Love You, Gadis Tengil!   Bab 49 (Diintrogasi Mertua)

    Hanan kikuk, terdiam seribu bahasa hingga memakan waktu satu jam. Ia hanya mampu menundukkan kepalanya. Bingung harus menjawab apa, padahal belum ada satu kalimat pun yang dilontarkan Ayana. Hanan benar-benar seperti tersangka, yang akan diintrogasi habis-habisan oleh penegak hukum. Wajahnya juga sudah pias, menahan rasa takut.Hanan dan Ayana hanya saling sikut sejak tadi. Ayana juga sepertinya sedang menguji kejujuran dari Hanan. Tidak ada niat untuk membuka percakapan lebih dulu. Apalagi Hanan, usai memberikan segelas jus jeruk dan menyajikan beberapa cemilan, Ia langsung terdiam dan duduk di samping Ayana. Hanan benar-benar meruntuki kebodohannya, sangat ceroboh. "Minuman nya gak bakalan abis sendiri, kalau cuman diliatin doang, Mi." Hanan takut-takut saat berusaha mengajak Ayana berbicara.Ya, saat mendengar Hanan marah-marah dan memaki Naufal, lalu ternyata yang menelepon adalah Ayana. Tidak perlu menunggu waktu lama, Ayana sudah berada di ambang pintu rumah. Lalu ke mana Naufa

  • I Love You, Gadis Tengil!   Bab 48 (Sama-sama egois)

    Kejam, jahat, tega? Julukan apalagi yang akan disematkan untuk Hanan tadi malam? Hm, Hanan rasa ia tak peduli, tidak ambil pusing. Baginya itu masih wajar saja, jika dibandingkan dengan kejamnya mulut Naufal. Rela memakai dan memfitnah istri sendiri, tanpa mau bertanya lebih dulu. Seolah-olah Hanan tersangka yang tidak patut didengar suaranya.Ya, tadi malam Hanan memang sengaja dan tidak akan peduli lagi pada Naufal. Ia mengunci pintu kamar, agar Naufal tidak bisa masuk ke dalam. Hanan juga tidak memberikan selimut pada Naufal. Membiarkan suami yang hanya menyandang status saja itu meringkuk kedinginan. Ia juga berusaha menulikan pendengaran saat Naufal tadi malam memangil namanya."Hari bermalas-malasan!" gumam Hanan.Ya, Hanan memang mengambil cuti kerja untuk hari ini. Setelah menikah ia memang sangat gila kerja. Tidak pernah libur, lebih senang menghabiskan waktu di tempat kerja.Hanan sudah bangun sejak satu jam yang lalu. Namun, ia hanya berguling-guling di atas tempat tidur. P

  • I Love You, Gadis Tengil!   Bab 47 (Ancaman Dari Hanan Untuk Naufal)

    Hanan tidak takut sama sekali dengan ancaman Naufal. Kalau perlu diingatkan lagi, Hanan tidak pernah lagi hidup damai dan tentram sejak perceraian kedua orang tuanya. Nenek lampir itu merusak kebahagiannya, Syahreza yang lebih percaya dan tidak mau mendengar sedikit saja kejujuran sang putri. Lalu Manda yang selalu egois, semua keinginannya harus dipenuhi.Ingat baik-baik dan camkan! Jadi, ancaman seperti itu sangat tidak berlaku untu Hanan. Ia menghentikan langkahnya bukan karena mengurungkan niat untuk pergi. Hanan sangat membenci, ketika memiliki masalah dengan orang lain, lalu disangkut pautkan pada Syahreza. Ia cukup mandiri sejak sini, mampu menyelesaikan masalah seorang diri."Kamu kira aku takut? Ancamanmu sama sekali gak berlaku buat aku, suami sampah!" cibir Hanan."Apakah kamu terlahir sebagai pembangkang?" tanya Naufal.Hanan mengepalkan tangan, padahal sejak tadi berusaha untuk tidak bertingkah brutal dan mengendalikan emosi. Naufal sepertinya memang sedang benar-benar me

  • I Love You, Gadis Tengil!   Bab 46 (Pertengkaran)

    "SUDAH KUBILANG, NANTI DULU JIKA MAU BICARA. BIARKAN AKU MANDI SEBENTAR!" teriak Hanan. Hanan sudah bisa membaca suasana, pasti ada yang tidak beres. Akan ada pertengkaran antara dirinya dengan Naufal. Hati Hanan juga teramat sakit, saat mendengar kalimat sindiran yang diucapkan Naufal. Bukan berarti Hanan sedang berusaha mengelak, Ia juga penasaran. Namun, tubuhnya juga lelah, Ia harus membersihkan diri terlebih dahulu.Setelah dibentak oleh Hanan, Naufal langsung terdiam. Duduk menunggu di ruang keluarga, bersantai di atas sofa. Meskipun Hanan tahu, tatapan Naufal tak lepas dari gerak-gerik nya. Berusaha tenang dan mengontrol emosi, Hanan mandi juga terkesan buru-buru. Ia bahkan membiarkan kepalanya masih dibungkus handuk."Ada apa? Aku sudah siap untuk adu jotos denganmu!" ketus Hanan. Ia berdiri tak jauh dari Hanan duduk."Begitu sikapmu pada suami?" sindir Naufal.Hanan menatap sinis pada Naufal. "Berharap dianggap suami?""Jangan buat kesabaranku habis, Hanania Onella!" bentak

  • I Love You, Gadis Tengil!   Bab 45 (Kemarahan Naufal)

    "Kerja saja dulu, gajian 'kan nanti sore kalau mau pulang." Hanan berlalu keluar dari ruangan. Jam kerja sudah dimulai. Efek kalimat dari Lyra ternyata memberikan pengaruh besar juga. Hanan terlihat lebih bersemangat sekali. Bahkan jam kerja yang biasanya terasa cepat sekali usai, kini berubah. Terasa begitu lambat, sesekali Hanan melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, disela-sela kesibukan melayani pengunjung."Kenapa gajian bisa bikin kita bahagia?" tanya Lyra."Karena bakalan dapat duit.""Pinter kamu, Hanan." "Gitu doang masa gak tau, terlalu bego namanya."Saat yang ditunggu akhirnya tiba juga. Dengan wajah sumringah Hanan dan Lyra keluar dari ruangan bos besar. Masing-masing menerima amplop hasil jerih payah selama satu bulan. Jam kerja telah usai. Hanan dan Lyra tentu saja berniat menyenangkan diri terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah."Kita makan bakso dulu, yuk!" ajak Lyra."Aku gak lapar, pulangnya aja gimana?" Lyra mengangguk tanda menyetujui

  • I Love You, Gadis Tengil!   Bab 44 (Sisi Keras Kepala Hanan)

    Ah, benar, hanya mimpi belaka. Bunga tidur yang biasa menemani saat sedang terlelap. Naufal sadar, kini ia bahkan sedang berusaha memeluk tubuh Hanan. Yang tentu saja keheranan dengan sikapnya. Pengaruh mimpi untuknya ternyata cukup besar. Hingga kini ia merasa begitu ketakutan akan kehilangan."Aku gak bisa napas, Naufal! Kamu mau bunuh aku, ha?!" Hanan akhirnya mengigit tangan Naufal yang memeluk erat tubuhnya."Aduh, Kamu ini nyeremin banget. Main gigit-gigit begitu," keluh Naufal. Mengelus tangan kanannya, ada bekas gigi Hanan."Bodo amat, lepasin gak?"Naufal memutuskan melepaskan pelukan, takut juga jika digigit kembali. Ternyata selain galak dan jutek, Hanan juga hobi mengigit.Hanan menendang tubuh Naufal agar menjauh. "Jangan modus, Gak mempan sama aku!""Iya deh, Iya. Makasih udah mau mengkhawatirkan aku."Hanan memilih abai, semenjak bangun tidur, Naufal sepertinya semakin aneh. Ia juga sebenarnya penasaran, mengapa bisa sampai Naufal mengigau menyebut namanya.'Manusia sat

  • I Love You, Gadis Tengil!   Bab 43 (Mimpi Naufal)

    Hanan merapikan penampilan saat hendak berangkat kerja, Ia kini sangat rajin memasak. Usai adzan subuh berkumandang, Hanan sudah selesai bersih-bersih rumah. Lalu memasak untuk sarapan. Setiap hari menu sarapan selalu berbeda-beda. Ia benar-benar melakoni tugas sebagai Ibu rumah tangga. Namun, tetap ada yang berbeda. Hanan yang biasanya marah-marah, bahkan selalu bersikap ketus pada Naufal, kini berubah total. Ya, bukan berarti berubah menerima Naufal sebagai seorang suami. Melainkan dianggap patung oleh Hanan. Tidak ada obrolan atau perdebatan lagi yang menemani hari-hari mereka."Hanan, kenapa kamu selalu menyibukkan diri dengan bekerja?" tanya Naufal. Sepertinya ia memang sengaja membuka obrolan saat sarapan."Tidak perlu bertanya jika sudah tau jawabannya, " jawab Hanan. Ia beranjak dari duduknya, menuju wastafel untuk mencuci piring bekas sarapan.Nyeri, ada yang menyayat hati Naufal. Tapi tidak berbekas. Biasanya jika membahas soal pekerjaan, Hanan akan bicara ketus dengan ciri

  • I Love You, Gadis Tengil!   Bab 42 (Teka-teki)

    "Gak usah aneh-aneh, ya!" ancam Naufal."Lah, terserah aku dong! Udah deh, mending aku buang aja ini mie." Hanan benar-benar memiringkan kembali mangkuk yang ia pegang. Kasihan, mie yang tidak bersalah itu menjadi korban keegoisan antara Hanan dan Naufal. Padahal sudah terlihat menggendut, akibat terlalu lama diabaikan."Gak boleh buang-buang makanan, Hanan. Nyari uang itu susah, jadi hargailah hasil jerih payah biar bisa beli mie itu."Hati Hanan seperti tersayat sembilu, mengartikan ucapan Naufal seolah-olah tidak ikhlas bekerja demi memenuhi kebutuhan sehari-hari."Heh! Asal kamu tau, Aku juga kerja. Jadi gak usah dikasih tau hal kayak gitu. Hello! Kamu nyadar gak sih? Udah ada ngasih aku uang belanja? Udah pernah ngasih nafkah? Biar kamu inget ya, ini isi kulkas semua belinya pakai uang pribadi aku. Gak ada campur tangan dari hasil keringat kamu! Jadi terserah aku dong, suka-suka aku!" kecam Hanan.Entah mengapa, akhir-akhir ini emosi Hanan memang tidak terkontrol lagi. Ia jadi mu

  • I Love You, Gadis Tengil!   41 (Sedikit Licik, Bolehlah!)

    Hanan mengendarai motor sport kesayangannya dengan laju yang cukup lambat. Ia melamun di atas motor, pikirannya bercabang ke mana-mana. Hanan masih tidak menyangka, doa yang ia ucapkan dalam hati dikabulkan seketika. Jujur saja, tadi Hanan sempat berharap ada Naufal yang tiba-tiba datang menjemput. Sebab ia juga merasa takut harus kembali ke rumah seorang diri. Apalagi belum cukup hapal dengan seluk beluk jalan menuju rumah baru Naufal.Hingga tak disadari, motor yang dikendarai oleh Hanan melewati rumah mereka. Dari belakang, Naufal membunyikan klakson panjang. Memberi kode pada Hanan. Sayang sekali, Hanan mengira Naufal hanya iseng belaka. Hingga tiba di depan supermarket. Ia menyadari, jika jalan menuju rumah sudah terlewati. "Ya ampun! kok bisa sih, Aku sampai melamun begini?" gerutu Hanan. Bergegas memutar haluan, berbalik lagi. Beruntung jalanan masih ramai.Tiba di rumah, raut wajah Hanan sangat tidak enak dipandang. Ia mulai misuh-misuh saat melihat Naufal yang sedang duduk s

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status