Home / Rumah Tangga / I Love You, Gadis Tengil! / Bab 6 (Sebenarnya Ada Apa?)

Share

Bab 6 (Sebenarnya Ada Apa?)

Author: Rara MR
last update Last Updated: 2023-06-03 22:06:40

"Assalamualaikum," ucap Hanan. Sengaja ia sedikit menghentakkan kakinya, agar tak dicurigai sudah menguping pembicaraan orang lain.

"Wa-waalaikumussalam." Terdengar jawaban dari dalam rumah disertai suara handle pintu yang diputar. "Hanan? Ayo masuk sini!"

Hanan melangkah masuk, menatap Ayana, sang mami mertua, terlihat sedang bersama seorang gadis remaja. Tanpa menunggu disuruh, Hanan menjatuhkan bobot di atas sofa.

"Hanan mau minum apa?" tanya Ayana ramah.

"Emz, gak usah repot-repot, Mi," tolak Hanan.

Ayana menyentuh bahu Hanan, "Jangan sungkan, anggap saja rumah sendiri."

Hanan mengangguk, mengalihkan perhatiannya pada gadis remaja yang duduk di samping Ayana, sedari tadi hanya diam saja.

"Hai?" Sapa Hanan canggung. Hendak bertanya siapakah gadis remaja itu pada Ayana, namun, ia urungkan.

"Ya ampun, Hanan sayang! Maafkan Mami, sampai lupa. Kenalkan ini Mawaz Hazzafa, adik satu-satunya Naufal. Panggil saja Afa, kemarin waktu kalian menikah, Afa masih ujian akhir sekolah. Jadi gak bisa ikut hadir, kebetulan sekolahnya di luar kota. Ayo Afa, salim sama kakakmu." Entah merasa takut tadi pembicaraannya didengar oleh sang menantu, Ayana berusaha mencairkan suasana.

Afa, gadis remaja yang berusia tujuh belas tahun itu mencium punggung tangan kanan Hanan. Terlihat binar bahagia dari kedua matanya, tak seperti tadi saat pertama kali Hanan masuk ke dalam rumah, terlihat terkejut dan seperti menyembunyikan sesuatu.

"Kelas berapa?" tanya Hanan pada Afa.

"Kelas dua belas, Kak," jawab Afa.

"Wah, sebentar lagi lulus. Gimana kalau kuliahnya di kampus yang dekat sama rumah mamanya Kakak? Kamu boleh tinggal serumah juga, gak usah nge-kos. Kalau pulang-pergi kan capek, hampir memakan waktu satu jam." Hanan memberikan tawaran.

Ayana terkejut mendengar ucapan Hanan. Apa-apaan ini? Bisa-bisa Afa yang masih polos itu membocorkan rahasianya, yang akan berakhir dengan perseteruan.

"Tidak, tidak! Mami gak setuju!"

Hanan tersenyum sinis, mencoba menduga-duga. Ada apa sebenarnya?

"Lah, kenapa, Mi?" tanya Afa polos.

"Kamu mbok mikir, Afa. Kakakmu itu pengantin baru, masa mau diganggu. Lagian gak enak sama mamanya Kak Hanan. Oh iya, Bang Naufal kan masih bangun rumah. Bulan depan juga udah selesai, siap ditempati. Barulah kalau mau main sesekali boleh." Ayana berusaha memberikan alasan yang masuk akal.

"Haish, Mami," ucap Afa dengan muka ditekuk.

Ya, jarang rumah mamanya Hanan ke rumah orang tua Naufal lumayan jauh. Memakan waktu hampir satu jam. Kebetulan pula Naufal memang sedang membangun rumah, saat itu dipersiapkan untuk rumah masa depan bersama Yeza. Sayang sekali, kini akan ditempati bersama Hanan.

Siapa sih yang tidak kenal dengan keluarga Ayana dan Adya? Mereka terkenal keluarga yang gigih bekerja, merintis semuanya dari nol saat awal menikah hingga kini sukses. Ayana yang selalu mensupport dan membantu pekerjaan Adya. Begitu pula Naufal, meskipun terlahir dari keluarga yang sudah mapan, ia tak pernah bermalas-malasan. Begitu pula dengan si bungsu, Afa, ia tak serta merta berpangku tangan dari pemberian kedua orang tuanya. Menjalankan bisnis online yang dirintis sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama.

"Ya sudah, Afa boleh tinggal sama Bang Naufal kalau rumahnya udah selesai. Kita bisa masak bareng, Kakak suka kesepian gak ada temen, maklum cuma anak tunggal. Rumah yang dibangun sama Abang kan lumayan dekat kota, jadi mau jalan-jalan juga enak. Kita bisa melakukan banyak hal bersama, sepertinya asyik bukan?" Pancing Hanan.

"Jangan, Mami nanti kesepian." Larang Ayana lagi.

"Kenapa, Mi?"

"Ya, masa Mami cuma berdua doang sama Papi, sih?"

"Lah, selama Afa sekolah juga Mami kan di rumah berdua sama Papi," sanggah Afa.

"Oh iya, tumben datang ke sini sendirian. Mana Naufal?" Ayana mengalihkan topik pembicaraan.

Hanan lupa, ya, memang awalnya hendak melupakan tujuan utama datang ke rumah mertuanya. Namun, malah benar-benar lupa. Sudah terlanjur kesal saat tak sengaja mendengar pembicaraan Ayana dan Afa. Awalnya ingin mengadukan kejadian tadi di rumah sang mama kepada Mami mertuanya itu. Namun, sepertinya situasi dan kondisi tidak memungkinkan.

"Hanan?" Panggil Ayana.

"Eh, maaf, Mi. Mami tadi nanya apa?" tanya Hanan. Dasar Hanan, ditanya malah melamun!

"Kenapa melamun? Apa kamu ada masalah? Mami rasa gak mungkin deh, kalian pengantin baru. Masih anget-angetnya, apalagi baru kemarin. Ya, meskipun Mami sangat paham, jika kalian menikah tak didasari oleh rasa cinta. Tapi percayalah Hanan, buah kesabaran akan indah pada waktunya." Ayana meraih tangan Hanan, seolah-olah memberikan kekuatan.

'Apa, kesabaran? Jadi mertuaku ini secara tidak langsung menyuruh ku agar bersabar hingga mendapatkan cinta dari puteranya itu? Cih, egois sekali engkau wahai Mami. Aku bahkan sama sekali tak pernah bermimpi untuk menikah dengan puteramu itu, laki-laki yang belum selesai dengan masa lalunya.' batin Hanan.

"Apa ada seseorang yang mengusikmu, Hanan?" tanya Ayana.

"Tidak, Mi," jawab Hanan bohong. Tentu saja ia lebih memilih berbohong untuk saat ini, jika situasi seperti ini.

"Katakan apa pun yang menjadi beban pikiranmu, Nak, kamu juga puteri kami."

"Aku baik-baik saja, Mami. Hanya belum bisa menyesuaikan status baru saja," elak Hanan.

Hening, tak ada lagi yang bicara. Tenggelam dalam isi pikiran masing-masing. Hanya terdengar sesekali Ayana berdecak. Entah itu menahan kesal, atau bingung harus bicara apa lagi. Afa, gadis remaja itu masih belum berani untuk mengutarakan pendapatnya. Sedangkan Hanan, kepalanya dipenuhi tanda tanya.

"Apa kamu ingin tahu satu hal, Hanan?" tanya Ayana.

Hanan mengerutkan dahinya, ada rahasia apa lagi? Apakah keluarga Naufal memang penuh misteri? Selalu saja ada rahasia?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • I Love You, Gadis Tengil!   Bab 49 (Diintrogasi Mertua)

    Hanan kikuk, terdiam seribu bahasa hingga memakan waktu satu jam. Ia hanya mampu menundukkan kepalanya. Bingung harus menjawab apa, padahal belum ada satu kalimat pun yang dilontarkan Ayana. Hanan benar-benar seperti tersangka, yang akan diintrogasi habis-habisan oleh penegak hukum. Wajahnya juga sudah pias, menahan rasa takut.Hanan dan Ayana hanya saling sikut sejak tadi. Ayana juga sepertinya sedang menguji kejujuran dari Hanan. Tidak ada niat untuk membuka percakapan lebih dulu. Apalagi Hanan, usai memberikan segelas jus jeruk dan menyajikan beberapa cemilan, Ia langsung terdiam dan duduk di samping Ayana. Hanan benar-benar meruntuki kebodohannya, sangat ceroboh. "Minuman nya gak bakalan abis sendiri, kalau cuman diliatin doang, Mi." Hanan takut-takut saat berusaha mengajak Ayana berbicara.Ya, saat mendengar Hanan marah-marah dan memaki Naufal, lalu ternyata yang menelepon adalah Ayana. Tidak perlu menunggu waktu lama, Ayana sudah berada di ambang pintu rumah. Lalu ke mana Naufa

  • I Love You, Gadis Tengil!   Bab 48 (Sama-sama egois)

    Kejam, jahat, tega? Julukan apalagi yang akan disematkan untuk Hanan tadi malam? Hm, Hanan rasa ia tak peduli, tidak ambil pusing. Baginya itu masih wajar saja, jika dibandingkan dengan kejamnya mulut Naufal. Rela memakai dan memfitnah istri sendiri, tanpa mau bertanya lebih dulu. Seolah-olah Hanan tersangka yang tidak patut didengar suaranya.Ya, tadi malam Hanan memang sengaja dan tidak akan peduli lagi pada Naufal. Ia mengunci pintu kamar, agar Naufal tidak bisa masuk ke dalam. Hanan juga tidak memberikan selimut pada Naufal. Membiarkan suami yang hanya menyandang status saja itu meringkuk kedinginan. Ia juga berusaha menulikan pendengaran saat Naufal tadi malam memangil namanya."Hari bermalas-malasan!" gumam Hanan.Ya, Hanan memang mengambil cuti kerja untuk hari ini. Setelah menikah ia memang sangat gila kerja. Tidak pernah libur, lebih senang menghabiskan waktu di tempat kerja.Hanan sudah bangun sejak satu jam yang lalu. Namun, ia hanya berguling-guling di atas tempat tidur. P

  • I Love You, Gadis Tengil!   Bab 47 (Ancaman Dari Hanan Untuk Naufal)

    Hanan tidak takut sama sekali dengan ancaman Naufal. Kalau perlu diingatkan lagi, Hanan tidak pernah lagi hidup damai dan tentram sejak perceraian kedua orang tuanya. Nenek lampir itu merusak kebahagiannya, Syahreza yang lebih percaya dan tidak mau mendengar sedikit saja kejujuran sang putri. Lalu Manda yang selalu egois, semua keinginannya harus dipenuhi.Ingat baik-baik dan camkan! Jadi, ancaman seperti itu sangat tidak berlaku untu Hanan. Ia menghentikan langkahnya bukan karena mengurungkan niat untuk pergi. Hanan sangat membenci, ketika memiliki masalah dengan orang lain, lalu disangkut pautkan pada Syahreza. Ia cukup mandiri sejak sini, mampu menyelesaikan masalah seorang diri."Kamu kira aku takut? Ancamanmu sama sekali gak berlaku buat aku, suami sampah!" cibir Hanan."Apakah kamu terlahir sebagai pembangkang?" tanya Naufal.Hanan mengepalkan tangan, padahal sejak tadi berusaha untuk tidak bertingkah brutal dan mengendalikan emosi. Naufal sepertinya memang sedang benar-benar me

  • I Love You, Gadis Tengil!   Bab 46 (Pertengkaran)

    "SUDAH KUBILANG, NANTI DULU JIKA MAU BICARA. BIARKAN AKU MANDI SEBENTAR!" teriak Hanan. Hanan sudah bisa membaca suasana, pasti ada yang tidak beres. Akan ada pertengkaran antara dirinya dengan Naufal. Hati Hanan juga teramat sakit, saat mendengar kalimat sindiran yang diucapkan Naufal. Bukan berarti Hanan sedang berusaha mengelak, Ia juga penasaran. Namun, tubuhnya juga lelah, Ia harus membersihkan diri terlebih dahulu.Setelah dibentak oleh Hanan, Naufal langsung terdiam. Duduk menunggu di ruang keluarga, bersantai di atas sofa. Meskipun Hanan tahu, tatapan Naufal tak lepas dari gerak-gerik nya. Berusaha tenang dan mengontrol emosi, Hanan mandi juga terkesan buru-buru. Ia bahkan membiarkan kepalanya masih dibungkus handuk."Ada apa? Aku sudah siap untuk adu jotos denganmu!" ketus Hanan. Ia berdiri tak jauh dari Hanan duduk."Begitu sikapmu pada suami?" sindir Naufal.Hanan menatap sinis pada Naufal. "Berharap dianggap suami?""Jangan buat kesabaranku habis, Hanania Onella!" bentak

  • I Love You, Gadis Tengil!   Bab 45 (Kemarahan Naufal)

    "Kerja saja dulu, gajian 'kan nanti sore kalau mau pulang." Hanan berlalu keluar dari ruangan. Jam kerja sudah dimulai. Efek kalimat dari Lyra ternyata memberikan pengaruh besar juga. Hanan terlihat lebih bersemangat sekali. Bahkan jam kerja yang biasanya terasa cepat sekali usai, kini berubah. Terasa begitu lambat, sesekali Hanan melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, disela-sela kesibukan melayani pengunjung."Kenapa gajian bisa bikin kita bahagia?" tanya Lyra."Karena bakalan dapat duit.""Pinter kamu, Hanan." "Gitu doang masa gak tau, terlalu bego namanya."Saat yang ditunggu akhirnya tiba juga. Dengan wajah sumringah Hanan dan Lyra keluar dari ruangan bos besar. Masing-masing menerima amplop hasil jerih payah selama satu bulan. Jam kerja telah usai. Hanan dan Lyra tentu saja berniat menyenangkan diri terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah."Kita makan bakso dulu, yuk!" ajak Lyra."Aku gak lapar, pulangnya aja gimana?" Lyra mengangguk tanda menyetujui

  • I Love You, Gadis Tengil!   Bab 44 (Sisi Keras Kepala Hanan)

    Ah, benar, hanya mimpi belaka. Bunga tidur yang biasa menemani saat sedang terlelap. Naufal sadar, kini ia bahkan sedang berusaha memeluk tubuh Hanan. Yang tentu saja keheranan dengan sikapnya. Pengaruh mimpi untuknya ternyata cukup besar. Hingga kini ia merasa begitu ketakutan akan kehilangan."Aku gak bisa napas, Naufal! Kamu mau bunuh aku, ha?!" Hanan akhirnya mengigit tangan Naufal yang memeluk erat tubuhnya."Aduh, Kamu ini nyeremin banget. Main gigit-gigit begitu," keluh Naufal. Mengelus tangan kanannya, ada bekas gigi Hanan."Bodo amat, lepasin gak?"Naufal memutuskan melepaskan pelukan, takut juga jika digigit kembali. Ternyata selain galak dan jutek, Hanan juga hobi mengigit.Hanan menendang tubuh Naufal agar menjauh. "Jangan modus, Gak mempan sama aku!""Iya deh, Iya. Makasih udah mau mengkhawatirkan aku."Hanan memilih abai, semenjak bangun tidur, Naufal sepertinya semakin aneh. Ia juga sebenarnya penasaran, mengapa bisa sampai Naufal mengigau menyebut namanya.'Manusia sat

  • I Love You, Gadis Tengil!   Bab 43 (Mimpi Naufal)

    Hanan merapikan penampilan saat hendak berangkat kerja, Ia kini sangat rajin memasak. Usai adzan subuh berkumandang, Hanan sudah selesai bersih-bersih rumah. Lalu memasak untuk sarapan. Setiap hari menu sarapan selalu berbeda-beda. Ia benar-benar melakoni tugas sebagai Ibu rumah tangga. Namun, tetap ada yang berbeda. Hanan yang biasanya marah-marah, bahkan selalu bersikap ketus pada Naufal, kini berubah total. Ya, bukan berarti berubah menerima Naufal sebagai seorang suami. Melainkan dianggap patung oleh Hanan. Tidak ada obrolan atau perdebatan lagi yang menemani hari-hari mereka."Hanan, kenapa kamu selalu menyibukkan diri dengan bekerja?" tanya Naufal. Sepertinya ia memang sengaja membuka obrolan saat sarapan."Tidak perlu bertanya jika sudah tau jawabannya, " jawab Hanan. Ia beranjak dari duduknya, menuju wastafel untuk mencuci piring bekas sarapan.Nyeri, ada yang menyayat hati Naufal. Tapi tidak berbekas. Biasanya jika membahas soal pekerjaan, Hanan akan bicara ketus dengan ciri

  • I Love You, Gadis Tengil!   Bab 42 (Teka-teki)

    "Gak usah aneh-aneh, ya!" ancam Naufal."Lah, terserah aku dong! Udah deh, mending aku buang aja ini mie." Hanan benar-benar memiringkan kembali mangkuk yang ia pegang. Kasihan, mie yang tidak bersalah itu menjadi korban keegoisan antara Hanan dan Naufal. Padahal sudah terlihat menggendut, akibat terlalu lama diabaikan."Gak boleh buang-buang makanan, Hanan. Nyari uang itu susah, jadi hargailah hasil jerih payah biar bisa beli mie itu."Hati Hanan seperti tersayat sembilu, mengartikan ucapan Naufal seolah-olah tidak ikhlas bekerja demi memenuhi kebutuhan sehari-hari."Heh! Asal kamu tau, Aku juga kerja. Jadi gak usah dikasih tau hal kayak gitu. Hello! Kamu nyadar gak sih? Udah ada ngasih aku uang belanja? Udah pernah ngasih nafkah? Biar kamu inget ya, ini isi kulkas semua belinya pakai uang pribadi aku. Gak ada campur tangan dari hasil keringat kamu! Jadi terserah aku dong, suka-suka aku!" kecam Hanan.Entah mengapa, akhir-akhir ini emosi Hanan memang tidak terkontrol lagi. Ia jadi mu

  • I Love You, Gadis Tengil!   41 (Sedikit Licik, Bolehlah!)

    Hanan mengendarai motor sport kesayangannya dengan laju yang cukup lambat. Ia melamun di atas motor, pikirannya bercabang ke mana-mana. Hanan masih tidak menyangka, doa yang ia ucapkan dalam hati dikabulkan seketika. Jujur saja, tadi Hanan sempat berharap ada Naufal yang tiba-tiba datang menjemput. Sebab ia juga merasa takut harus kembali ke rumah seorang diri. Apalagi belum cukup hapal dengan seluk beluk jalan menuju rumah baru Naufal.Hingga tak disadari, motor yang dikendarai oleh Hanan melewati rumah mereka. Dari belakang, Naufal membunyikan klakson panjang. Memberi kode pada Hanan. Sayang sekali, Hanan mengira Naufal hanya iseng belaka. Hingga tiba di depan supermarket. Ia menyadari, jika jalan menuju rumah sudah terlewati. "Ya ampun! kok bisa sih, Aku sampai melamun begini?" gerutu Hanan. Bergegas memutar haluan, berbalik lagi. Beruntung jalanan masih ramai.Tiba di rumah, raut wajah Hanan sangat tidak enak dipandang. Ia mulai misuh-misuh saat melihat Naufal yang sedang duduk s

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status