"Apa? Tidak kok!" Julea gelagapan sendiri dibuatnya. Ucapan dari Marsha ini membuat jantung Julea berdetak kencang. Bisa-bisanya Julea keceplosan dan membuka aibnya sendiri. Mungkin bagi sebagian orang berkencan dengan Andrew si CEO dingin itu adalah hak terindah sepanjang masa. Akan tetapi tidak bagi Julea yang menganggap itu sebagai aib setelah mendengar pendapat pria itu tadi. Ucapan yang menohok ternyata disimpan rapi oleh pria tampan itu. "Sungguh? Tapi ku lihat mata mu mengatakan hal yang sebaliknya," ucap Marsha sok tahu. Julea mendecikkan bibirnya sebal. Dia bersidekap sejenak dan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Di saat yang sama makanan yang mereka pesan datang. Julea tersenyum ramah begitu juga dengan Marsha, keduanya sangat semangat saat makanan di sajikan. Lalu tanpa perku di aba-aba keduanya sibuk dengan makanan masing-masing. Hingga di sela-sela kegiatan mereka, Marsha menyipitkan matanya. Dia melihat ada pria yang amat sangat familiar di matanya berjalan m
Andrew terus saja memaksa Julea untuk mengikuti langkahnya, akan tetapi bukan Julea namanya jika dia hanya akan menurut seperti kerbau yang di cucuk hidungnya. Gadis itu terus saja memberontak, tidak perduli bagaimana sikap Andrew menangani dirinya. Julea bahkan tidak peduli sedikit pun saat orang-orang memandang aneh ke arah dirinya dan Andrew. Dalam otak Julea ayanya ada satu yaitu bagaimana bisa lepas dari pria arogan itu. "Bapak ini bisa bahasa manusia apa bukan sih?" Tanya Julea sambil terus memberontak. "Enak saja kamu, tentu saja bisa!" Andrew marah, dia meninggikan suaranya satu oktaf dari sebelumnya. Akan tetapi Julea tidak takut. "Kalau bapak paham sama bahasa manusia, seharusnya bapak berhenti menyeret-nyeret tangan saya. Kan sudah saya bilang lepaskan!" Julea balik meninggikan suaranya. Dia juga menepis tangan Andrew dengan kasar, tidak peduli dengan ekspresi tidak suka yang ditampilkan pria maskulin itu. Andrew mengerutkan keningnya cukup dalam, dia memperhatikan ap
Julea menundukkan kepalanya dalam, dia menekuri lantai marmer di bawah kakinya. Pantulan wajahnya yang kusut itu juga ikut terlihat dibawah sana. "Jawab Julea, apa kamu itu tuli?" Sarah mulai geram. Tampak dia juga mengepalkan tangannya kuat-kuat hingga buku-buku jarinya memutih. "A-aku, aku tidak melakukan apa-apa buk. Kau tahu sendiri kalau aku tidak pernah berurusan secara personal dengan pak Andrew, lagi pula rumor bisa saja muncul sembarangan. Iya kan?" Julea masih berusaha membela dirinya.Gadis itu sudah mulai panas dingin, dia sedikit gemetar. Takut juga kalau Sarah tahu tengah apa yang terjadi. Apalagi tingkah Andrew itu terlalu mencolok, jadi mustahil jika tidak ada rumor yang berkembang setelah kejadian hari itu. "Hah! Aku mulai gerah mengurusi ini Julea, kau tahu bukan. Kalau Pak Andrew itu adalah CEO di perusahaan ini, dia juga pewaris tunggal dari Nugraha Group. Jika sampai rumor ini terdengar ke telinga orang tua beliau bagaimana?" Sarah menatapnya tajam. Wanita yan
Jukea menoleh kebelakang, dia sedikit takut. Bahkan dia sempat meneguk ludahnya kasar. "I-iya?" Julea menoleh dan mendapati seorang wanita paruh baya berdiri di jarak dua meter darinya. Wanita itu tampak maish cantik diusianya sekarang, dilengkapi dengan pakaian dan aksesoris bermerk dia semakin terlihat anggun. Wanita itu tidak lain adalah Herfiza, ibu Andrew yang merupakan salah satu jajaran pemilik saham di Nugraha Group. "Ada apa Bu?" Tanya Julea polos. Herfiza menelisik, dia jelas-jelas menatap Julea dengan tatapan menilai. Herfiza melihat Julea dari atas sampai bawah. Di lihat seperti itu, Julea rasanya seperti sedang dikuliti hidup-hidup. "Jadi kau yang bernama Julea Anastasia?" Tanyanya dengan nada yang dingin.Julea tidak mengeluarkan suaranya, dia hanya mengangguk membernarkan. "Kalau begitu ayo ikut dengan saya," sahutnya masih dengan nada yang sama.Sementara itu, Sarah yang berdiri tidak jauh dari wanita itu hanya bisa mengangguk memberi kode pada Julea agar menurut
"Eh?" Julea melongo, dia masih belum connect dengan pertanyaan Herfiza yang isinya jebakan semua. Herfiza sendri langsung bangkit dari duduknya. Dia meninggalkan Julea dan Sarah yang masih mematung ditempatnya masing-masing. Wanita itu segera berjalan menjauhi restoran. Akan tetapi dia juga tidak lepas tangan karena sudah membawa karyawan anaknya ke mari. Herfiza memerintah orang kepercayaannya untuk mengantarkan Julea dan Sarah kembali ke kantor. Dan benar saja, setengah jam kemudian dua wanita itu kembali kantor perikanan Nugraha Group. Dari lobi, Julea memang sudah berniat untuk segera menuju ke ruang kerja Andrew. Dia menekan tombol lift agar menuju Ke lantai tiga. "Mau ke mana kau Julea?" Tanya Sarah dengan nada yang serius, wanita itu juga mengerutkan keningnya tidak mengerti. "Aku akan menemui Pak Andrew lebih dulu, sepertinya ada yang ingin dia bicarakan pada ku." Julea menatap lurus ke depan. Sarah yang mendengar itu mendecik, dia juga memijit pelipisnya perlahan. Pus
"Apa?" Julea berteriak dengan keras, bahkan suaranya itu melebihi nada bicara Herfiza dan Andrew yang tengah bertengkar. Gadis itu sangat terkejut, lagi pula siapa juga yang tidak akan terkejut mendengar perintah seperti itu?Tiba-tiba di perintah menikah hanya karena rumor! "Dia pikir, dia itu siapa bisa seenaknya memerintahkan aku untuk menikah?" Julea membatin. Sementara itu Andrew dan Herfiza spontan menoleh ke arahnya. Tatapan tajam langsung Julea dapatkan dari keduanya. "Ma-maaf, tapi saya refleks sebab kaget dengan ucapan Bu Herfiza," ucap Julea dengan cepat tanpa perlu menunggu keduanya bertanya. Herfiza menyunggingkan senyum miring, kemudian dia melirik ke arah Julea sejenak dan kembali menatap lurus wajah sang putra. "Kau juga mendengar perintahku bukan? Jadi cepatlah menikah dengan gadis itu, dan tutup semua orang yang menyebarkan rumor tidak berasalan padamu!" Herfiza menunjuk wajah Andrew dengan jari telunjuknya. "Tapi aku tidak mau menikah mama! Jaman sekarang men
Andrew yang memang mengejar Julea tampak panik saat melihat gadis yang tengah berlari kecil itu tiba-tiba pingsan. Ya, Julea pingsan tepat di lobi kantor saat hendak mengejar Herfiza. Andrew tidak memperdulikan image atau apapun, dia dengan cepat merengkuh tubuh Julea yang mulai lemas. Dia berusaha menyadarkan gadis itu, akan tetapi usahanya nihil. Julea tidak kunjung membuka matanya, karena panik Andrew segera menggendong gadis itu ala bridal style dan membawanya keluar dari kantor itu agar Julea segera mendapatkan pertolongan."Minggir!" Andrew mengatakannya dengan kasar dan tegas pada orang-orang yang menghalangi jalannya.Andrew memang berniat membawa Julea ke rumah sakit dengan mobilnya sendiri. Akan tetapi, sang ibu sudah menghentikanya lebih dulu. Herfiza menahan tangan Andrew ketika sang anak hendak melewati dirinya. "Bawa dia dengan mobilku!" Perintahnya dengan tegas.Karena tidak mau banyak berdebat, Andrew mengangguk dan meletakkan Julea di mobil mewah milik sang ibu.
Herfiza terdiam, dia tidak menyangka juga akan mendapatkan penolakan didepan mata seperti ini. Dan yang lebih parah lagi adalah sang putra yang terkenal dengan ketampanan dan pesona paripurna itu, ditolak oleh karyawannya sendiri. "Bukan main, karyawan biasa sepertinya malah menolak menikah dengan Andrew? Padahal di luaran sana ada banyak gadis yang mengantri untuk mendapatkan hati anak itu." Herfiza membatin."Saya menolak Pak Andrew bukan karena pribadi beliau, hanya saja saya sadar Bu kalau karyawan biasa seperti saya tidak pantas untuknya. Lagi pula, saya dan Pak Andrew benar-benar tidak memiliki hubungan apapun selain bos dan karyawan." Julea menambahkan keterangannya menolak Andrew. Dia terbilang berani karena menolak Andrew yang tampan dan mapan itu didepan sang ibu. Herfiza yang masuk ke jajaran pemegang saham, serta menjadi salah satu pengusaha yang sukses di Jakarta. Belum lagi dengan nama Nugraha Group yang menjadi perusahaan besar dan diperhitungkan dalam dunia bisnis it