Share

Pembelaan Pak CEO

Julea masih mengerjapkan matanya untuk kembali fokus dengan apa yang dia dengar barusan. Perempuan tadi mengatakan bahwa dia telah merebut Andrew, sedangkan kabar yang santer terdengar dari pria itu adalah dia merupakan pria lajang. 

"Saya tidak tahu apa yang anda katakan, tapi yang jelas saya tidak bersalah jadi berhenti memanggil saya dengan sebutan perempuan murahan!" Julea memandang perempuan itu sama sengitnya. 

Julea membenarkan posisi jas kerja yang dia kenakan dan mengalihkan berkas proposal yang di bawa dari tangan kiri ke tangan kanannya. 

"Hah! Perempuan seperti kamu memang pantas di sebut seperti itu. Memangnya sebutan apa lagui yang pantas untuk perempuan perusak hubungan orang?" Perempuan itu menunjuk wajah Julea dengan jarinya yang lentik lengkap dengan kukunya yang berkuteks.

Dari penilaian Julea dia bisa tahu kalau lawan bicaranya bukan orang sembarangan. Perempuan itu bukanlah karyawan biasa seperti dirinya, dilihat dari cara berpakaiannya dan juga barang-barang yang dia pakai, semuanya adalah barang branded. 

Akibat sikap arogan dari perempuan itu juga banyak karyawan lain yang tengah berada di lobi perusahan memperhatikan mereka. Julea merasa malu karena itu, seumur hidupnya dia tidak pernah beraa di posisi sekarang. Berada di keramaian, ditampar dan juga dituduh sebagai perusak hubungan orang adalah hal yang memalukan baginya. 

"Lancang sekali kau–" 

Ucapan Julea menggantung di udara, juga tangannya yang akan melayangkan tamparan pada perempuan tadi untuk membalas perbuatannya. 

Punggung lebar dan juga bau parfum maskulin langsung menyapa Indra penciumannya. 

"Pak Andrew?" Julea bergumam lirih saat tangannya dicekal oleh Andrew yang entah datang dari mana. 

Tatapan pria itu tajam dan juga dingin seperti biasanya, tentu itu membuat nyali Julea menciut. 

"Jangan kotori tanganmu hanya untuk orang seperti dia," ucap Andrew sambil melirik ke arah perempuan tadi. 

Juela mengangguk paham dengan apa yang diucapkan Andrew. Lalu tanpa melepaskan genggaman tangannya di pergelangan Juela, Andrew berbalik dan menatap perempuan tadi nyalang. 

"Apa yang kamu lakukan di sini Nona Pricilla?" Tanya Andrew dingin. 

Perempuan bernama Pricilla itu mendecik, dia lalu bersidekap. "Kamu malah bertanya apa yang aku lakukan, tentu saja untuk memberi pelajaran pada perempuan murahan itu!" 

Lagi-lagi Julea yang tidak tahu apa-apa dijadikan sasaran. Ingin sekali Julea mencakar wajah Pricilia saat itu juga. 

Akan tetapi tangan Andrew dengan kuat menahan pergerakannya. 

"Siapa yang kamu sebut perempuan murahan? Apa kamu sudah lupa kalau diantara kita tidak ada hubungan apapun lagi?" Andrew berkata dingin. 

Pricilla membulatkan matanya sempurna mendengar ucapan Andrew itu. Dia merasa sangat tertohok dan juga dipermalukan di tempat umum. 

"Kita masih punya hubungan Andrew! Dan ya, sekarang aku tahu apa alasanmu mengabaikan aku. Jadi karena perempuan itu hah!" Pricilia naik pitam. 

"Berhenti menyebutnya perempuan murahan, ingat lah satu hal Pricilia kalau hubungan kita sudah lama berakhir, dan itu tidak ada hubungannya dengan Julea." Andrew berusaha menahan emosi, dia tidak bisa bersikap bar-bar di tempat ini. 

Ada banyak karyawan yang menonton kejadian itu. Sudah bisa ditebak pula apa yang akan terjadi setelah ini. Gosip-gosip jahat pasti akan bertebaran di lingkungan kantor dan disebarkan oleh para karyawan yang mengurusi hidup orang. 

Julea merasa dibela oleh Andrew, dia tahu kalau pria ini juga manusia yang bertanggung jawab. Andrew tidak mungkin membuat namanya tercemar begitu saja hanya karena mantan pacarnya datang dan membuat onar. 

"Oh jadi perempuan itu bernama Julea, apa sih istimewanya dia sehingga kamu terus berada di pihaknya?" Pricilia menendang Julea dari atas sampai bawah dengan tatapan menilai. 

Julea yang ditatap begitu merasa tersinggung, bisa-bisanya dia diperlakukan seperti ini. "Hei jaga bicaramu!" Julea meninggikan suaranya satu oktaf dari sebelumnya. 

"Diamlah Julea! biar aku yang menyelesaikan masalah ini," bisik Andrew tepat di telinga Julea. 

Diperlakukan seperti itu tentu membuat Julea mati kutu, dia tidak bisa mengontrol degup jantungnya yang seperti sedang berdisko. Julea hanya mengangguk kecil, dan diam ditempatnya.

"Dia sangat istimewa, dan pastinya dia jauh lebih baik dari pada kau. Jadi sekarang pergilah Pricilla, kau sudah mendapat jawabannya bukan?" Andrew menyunggingkan senyum miring. 

Pricilla merasa tertampar mendengar jawaban itu, dia makin hina saja berada di kantor milik keluarga Andrew. 

"Awas saja nanti, akan aku pastikan kamu kembali padaku Andrew!" Pricilia berbalik setelah dia mengatakan hal itu. 

Dia berjalan dengan langkah yang terburu-buru, Pricilia juga menyibakkan kerumunan para karyawan yang menghalangi jalannya. 

Sementara Julea dan Andrew masih saja bertahan di posisi mereka sampai Pricilia benar-benar pergi. Setelah merasa 'bahaya' sudah pergi. Andrew melepaskan tangannya dari Julea dan membenarkan jasnya. 

"Saya hanya menolong kamu dari amukan Pricilia tadi, jadi jangan besar kepala dan merasa istimewa." Andrew berbisik ketika mengatakannya seiring dengan matanya yang memperhatikan para karyawan yang masih berkerumun. 

Andrew menatap para karyawannya tajam, dan karena itu lah kerumunan tadi mulai terurai. 

"Iya Pak saya tahu," jawab Julea yang mendengar ucapan tidak mengenakkan dari Andrew. 

"Hmm baguslah, dan jangan lupakan kalau kamu harus ikut saya nanti. Ingat itu Julea!" Andrew mengatakannya santai, tapi terdengar seperti ancaman bagi Julea. 

Gadis itu hanya menghela nafas berat sebelum akhirnya dia mengangguk. "iya Pak." 

Andrew tersenyum sekilas lalu dia menekan tombol lift dan masuk ke dalamnya. Julea hanya memperhatikan dari luar saja, dia tidak berniat satu frame lagi dengannya. 

Saat pintu lift akan tertutup dan siap naik, Andrew menatap Julea intens. 

"Jam setengah empat sore bersiaplah Julea," ucapanya. 

Setelah itu pintu lift benar-benar tertutup dan saat yang bersamaan Julea baru bisa bernafas lega sejenak. 

"Ya Tuhan masalah apa lagi ini?" Tanyanya pada diri sendiri, dia menutup wajahnya dengan berkas proposal yang sejak tadi dia bawa. 

Julea tidak mau membuang waktu, dia menoleh pada jam tangan silver yang melingkar di pergelangan tangannya. Masih ada sekitar dua jam lagi sebelum setengah empat, dia bisa menggunakannya untuk mengerjakan pekerjaannya. 

Di dalam kubikelnya Julea tidak bisa benar-benar fokus pada apa yang akan dia kerjakan. Laptopnya menyala, juga dengan berkas-berkas yang berserakan di atas meja kerja. Akan tetapi Julea justru menelungkupkan kepalanya di atas meja. 

Hal itu memancing rasa penasaran dari Marsha, apalagi tadi Julea dan juga Andrew sudah terang-terangan akan pergi bersama. 

"Julea, kamu kenapa sih?" Tanya Marsha yang mendekati Julea dengan menarik kursi yang dia duduki. 

"Aku baik-baik saja," jawab Julea yang masih bertahan pada posisinya. 

Marsha tidak merasa puas dengan jawaban Julea mulai menjahilinya agar gadis itu duduk dengan benar dan menceritakan semuanya tentang detail kejadian tadi. 

"Masa sih kamu tidak apa-apa padahal baru saja keluar dengan Pak CEO, lebih-lebih lagi kamu dibela langsung sama beliau di depan mantan pacarnya, Hmm ini sih mustahil!" Marsha memukul cukup keras lengan Julea. 

Akhirnya Julea bangun juga dari aksinya menelungkupkan kepalanya, dia menatap nyalang wajah Marsha yang asik menggodanya dengan menaikturunkan sebelah alisnya. 

"Apaan sih, memang benar kok tidak apa-apa. Pak Andrew hanya membelikan aku sepatu baru karena dia tidak mau melihat aku melanggar peraturan lagi." Julea menjawabnya malas. 

Moodnya langsung turun drastis mengingat bagaimana hari tenangnya bisa porak-poranda karena berurusan dengan Andrew Nugraha su Dewa Kerja itu. 

"Kalau tidak ada apa-apa mana mungkin Nona Pricilla tiba-tiba datang dan mengamuk di lobi tadi? Pasti ada sesuatu di antara kamu sama Pak CEO benar kan?" Marsha masih berusaha keras mengorek informasi, dia yang kalau mendengar gosip langsung tertarik tentu tidak bisa mengabaikan fakta menarik itu. 

Julea mengeja nafasnya panjang dan membenarkan posisi duduknya agar lebih nyaman dan berhadapan dengan Marsha. 

"Memangnya harus terjadi apa-apa dulu baru bisa menjadi korban asal tuduh dari perempuan gila itu?" 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status