Home / Romansa / I'am Not Cinderella / Pembelaan Pak CEO

Share

Pembelaan Pak CEO

last update Last Updated: 2022-07-11 21:28:07

Julea masih mengerjapkan matanya untuk kembali fokus dengan apa yang dia dengar barusan. Perempuan tadi mengatakan bahwa dia telah merebut Andrew, sedangkan kabar yang santer terdengar dari pria itu adalah dia merupakan pria lajang. 

"Saya tidak tahu apa yang anda katakan, tapi yang jelas saya tidak bersalah jadi berhenti memanggil saya dengan sebutan perempuan murahan!" Julea memandang perempuan itu sama sengitnya. 

Julea membenarkan posisi jas kerja yang dia kenakan dan mengalihkan berkas proposal yang di bawa dari tangan kiri ke tangan kanannya. 

"Hah! Perempuan seperti kamu memang pantas di sebut seperti itu. Memangnya sebutan apa lagui yang pantas untuk perempuan perusak hubungan orang?" Perempuan itu menunjuk wajah Julea dengan jarinya yang lentik lengkap dengan kukunya yang berkuteks.

Dari penilaian Julea dia bisa tahu kalau lawan bicaranya bukan orang sembarangan. Perempuan itu bukanlah karyawan biasa seperti dirinya, dilihat dari cara berpakaiannya dan juga barang-barang yang dia pakai, semuanya adalah barang branded. 

Akibat sikap arogan dari perempuan itu juga banyak karyawan lain yang tengah berada di lobi perusahan memperhatikan mereka. Julea merasa malu karena itu, seumur hidupnya dia tidak pernah beraa di posisi sekarang. Berada di keramaian, ditampar dan juga dituduh sebagai perusak hubungan orang adalah hal yang memalukan baginya. 

"Lancang sekali kau–" 

Ucapan Julea menggantung di udara, juga tangannya yang akan melayangkan tamparan pada perempuan tadi untuk membalas perbuatannya. 

Punggung lebar dan juga bau parfum maskulin langsung menyapa Indra penciumannya. 

"Pak Andrew?" Julea bergumam lirih saat tangannya dicekal oleh Andrew yang entah datang dari mana. 

Tatapan pria itu tajam dan juga dingin seperti biasanya, tentu itu membuat nyali Julea menciut. 

"Jangan kotori tanganmu hanya untuk orang seperti dia," ucap Andrew sambil melirik ke arah perempuan tadi. 

Juela mengangguk paham dengan apa yang diucapkan Andrew. Lalu tanpa melepaskan genggaman tangannya di pergelangan Juela, Andrew berbalik dan menatap perempuan tadi nyalang. 

"Apa yang kamu lakukan di sini Nona Pricilla?" Tanya Andrew dingin. 

Perempuan bernama Pricilla itu mendecik, dia lalu bersidekap. "Kamu malah bertanya apa yang aku lakukan, tentu saja untuk memberi pelajaran pada perempuan murahan itu!" 

Lagi-lagi Julea yang tidak tahu apa-apa dijadikan sasaran. Ingin sekali Julea mencakar wajah Pricilia saat itu juga. 

Akan tetapi tangan Andrew dengan kuat menahan pergerakannya. 

"Siapa yang kamu sebut perempuan murahan? Apa kamu sudah lupa kalau diantara kita tidak ada hubungan apapun lagi?" Andrew berkata dingin. 

Pricilla membulatkan matanya sempurna mendengar ucapan Andrew itu. Dia merasa sangat tertohok dan juga dipermalukan di tempat umum. 

"Kita masih punya hubungan Andrew! Dan ya, sekarang aku tahu apa alasanmu mengabaikan aku. Jadi karena perempuan itu hah!" Pricilia naik pitam. 

"Berhenti menyebutnya perempuan murahan, ingat lah satu hal Pricilia kalau hubungan kita sudah lama berakhir, dan itu tidak ada hubungannya dengan Julea." Andrew berusaha menahan emosi, dia tidak bisa bersikap bar-bar di tempat ini. 

Ada banyak karyawan yang menonton kejadian itu. Sudah bisa ditebak pula apa yang akan terjadi setelah ini. Gosip-gosip jahat pasti akan bertebaran di lingkungan kantor dan disebarkan oleh para karyawan yang mengurusi hidup orang. 

Julea merasa dibela oleh Andrew, dia tahu kalau pria ini juga manusia yang bertanggung jawab. Andrew tidak mungkin membuat namanya tercemar begitu saja hanya karena mantan pacarnya datang dan membuat onar. 

"Oh jadi perempuan itu bernama Julea, apa sih istimewanya dia sehingga kamu terus berada di pihaknya?" Pricilia menendang Julea dari atas sampai bawah dengan tatapan menilai. 

Julea yang ditatap begitu merasa tersinggung, bisa-bisanya dia diperlakukan seperti ini. "Hei jaga bicaramu!" Julea meninggikan suaranya satu oktaf dari sebelumnya. 

"Diamlah Julea! biar aku yang menyelesaikan masalah ini," bisik Andrew tepat di telinga Julea. 

Diperlakukan seperti itu tentu membuat Julea mati kutu, dia tidak bisa mengontrol degup jantungnya yang seperti sedang berdisko. Julea hanya mengangguk kecil, dan diam ditempatnya.

"Dia sangat istimewa, dan pastinya dia jauh lebih baik dari pada kau. Jadi sekarang pergilah Pricilla, kau sudah mendapat jawabannya bukan?" Andrew menyunggingkan senyum miring. 

Pricilla merasa tertampar mendengar jawaban itu, dia makin hina saja berada di kantor milik keluarga Andrew. 

"Awas saja nanti, akan aku pastikan kamu kembali padaku Andrew!" Pricilia berbalik setelah dia mengatakan hal itu. 

Dia berjalan dengan langkah yang terburu-buru, Pricilia juga menyibakkan kerumunan para karyawan yang menghalangi jalannya. 

Sementara Julea dan Andrew masih saja bertahan di posisi mereka sampai Pricilia benar-benar pergi. Setelah merasa 'bahaya' sudah pergi. Andrew melepaskan tangannya dari Julea dan membenarkan jasnya. 

"Saya hanya menolong kamu dari amukan Pricilia tadi, jadi jangan besar kepala dan merasa istimewa." Andrew berbisik ketika mengatakannya seiring dengan matanya yang memperhatikan para karyawan yang masih berkerumun. 

Andrew menatap para karyawannya tajam, dan karena itu lah kerumunan tadi mulai terurai. 

"Iya Pak saya tahu," jawab Julea yang mendengar ucapan tidak mengenakkan dari Andrew. 

"Hmm baguslah, dan jangan lupakan kalau kamu harus ikut saya nanti. Ingat itu Julea!" Andrew mengatakannya santai, tapi terdengar seperti ancaman bagi Julea. 

Gadis itu hanya menghela nafas berat sebelum akhirnya dia mengangguk. "iya Pak." 

Andrew tersenyum sekilas lalu dia menekan tombol lift dan masuk ke dalamnya. Julea hanya memperhatikan dari luar saja, dia tidak berniat satu frame lagi dengannya. 

Saat pintu lift akan tertutup dan siap naik, Andrew menatap Julea intens. 

"Jam setengah empat sore bersiaplah Julea," ucapanya. 

Setelah itu pintu lift benar-benar tertutup dan saat yang bersamaan Julea baru bisa bernafas lega sejenak. 

"Ya Tuhan masalah apa lagi ini?" Tanyanya pada diri sendiri, dia menutup wajahnya dengan berkas proposal yang sejak tadi dia bawa. 

Julea tidak mau membuang waktu, dia menoleh pada jam tangan silver yang melingkar di pergelangan tangannya. Masih ada sekitar dua jam lagi sebelum setengah empat, dia bisa menggunakannya untuk mengerjakan pekerjaannya. 

Di dalam kubikelnya Julea tidak bisa benar-benar fokus pada apa yang akan dia kerjakan. Laptopnya menyala, juga dengan berkas-berkas yang berserakan di atas meja kerja. Akan tetapi Julea justru menelungkupkan kepalanya di atas meja. 

Hal itu memancing rasa penasaran dari Marsha, apalagi tadi Julea dan juga Andrew sudah terang-terangan akan pergi bersama. 

"Julea, kamu kenapa sih?" Tanya Marsha yang mendekati Julea dengan menarik kursi yang dia duduki. 

"Aku baik-baik saja," jawab Julea yang masih bertahan pada posisinya. 

Marsha tidak merasa puas dengan jawaban Julea mulai menjahilinya agar gadis itu duduk dengan benar dan menceritakan semuanya tentang detail kejadian tadi. 

"Masa sih kamu tidak apa-apa padahal baru saja keluar dengan Pak CEO, lebih-lebih lagi kamu dibela langsung sama beliau di depan mantan pacarnya, Hmm ini sih mustahil!" Marsha memukul cukup keras lengan Julea. 

Akhirnya Julea bangun juga dari aksinya menelungkupkan kepalanya, dia menatap nyalang wajah Marsha yang asik menggodanya dengan menaikturunkan sebelah alisnya. 

"Apaan sih, memang benar kok tidak apa-apa. Pak Andrew hanya membelikan aku sepatu baru karena dia tidak mau melihat aku melanggar peraturan lagi." Julea menjawabnya malas. 

Moodnya langsung turun drastis mengingat bagaimana hari tenangnya bisa porak-poranda karena berurusan dengan Andrew Nugraha su Dewa Kerja itu. 

"Kalau tidak ada apa-apa mana mungkin Nona Pricilla tiba-tiba datang dan mengamuk di lobi tadi? Pasti ada sesuatu di antara kamu sama Pak CEO benar kan?" Marsha masih berusaha keras mengorek informasi, dia yang kalau mendengar gosip langsung tertarik tentu tidak bisa mengabaikan fakta menarik itu. 

Julea mengeja nafasnya panjang dan membenarkan posisi duduknya agar lebih nyaman dan berhadapan dengan Marsha. 

"Memangnya harus terjadi apa-apa dulu baru bisa menjadi korban asal tuduh dari perempuan gila itu?" 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • I'am Not Cinderella    When you were gone, I died Julea

    Lagi-lagi dia menatap tak percaya. Dengan tatapannya yang bergerak-gerak gelisah dan bibir yang mengatup rapat menahan tangis. Dipandanginya lagi wajah itu dengan seksama. Tak ada lagi senyum manis atau seringainya yang dulu dia benci, muram dan tak lagi bercahaya seperti biasanya. Sungguh! Biar pun kali ini dia harus melihat hal-hal yang tidak dia sukai dari sosok didepannya. Akan dia terima dengan senang hati, asalkan sosok itu kembali. Lama bertarung pada pikirannya sendiri, dia sentuh wajah itu dengan tangan yang gemetaran. Berulang kali tak sempat jarinya menyentuh kulit yang telah memucat itu. Dia tak sanggup! Atau bahkan masih tak percaya. Dia tak percaya pada suratan takdir, tapi inilah kenyataannya. Dengan perasaan terguncang, dia coba lagi memegang wajah manis yang pernah memerintahkannya pergi. Dan kali ini tangisnya benar-benar pecah. Tangisnya meraung-raung disamping tubuh yang telah terbujur kaku itu. Dia peluk erat-erat tubuh itu, dia usap lagi pundak kecil yang

  • I'am Not Cinderella    Julea, why are you leaving?

    Julea masih tetap merengek, dia menampilkan ekspresi paling memelas untuk menyakinkan Andrew. "Ayolah Andrew aku mohon, sebentar saja." Julea berkata lirih, dia masih berusaha membujuk Andrew. Sedangkan Andrew hanya melihat datar ke arah Julea, entah kenapa hari ini Julea sangat menguji kesabarannya. padahal sebelumnya perempuan itu tak akan melawan jika Andrew berkata tidak. "Jule, kau bisa ke taman dan melihat bintang kapan saja. Karena masih ada banyak waktu lain, untuk malam ini kau tidur saja ya. Besok kau haris operasi," ucap Andrew berusaha memberikan pengertian. Tapi Julea adalah Julea, dia tidak akan berhenti begitu saja hanya karena ucapan Andrew. Perempuan itu malah mendecik sebal, dia menyilangkan kedua tangannya didepan dada. Andrew yang melihat itu hanya bisa menghela nafas kasar, menghadapi Julea yang tengah marah memang membutuhkan kesabaran yang lebih. "Julea, ku mohon dengarkan aku ya... ini semua juga demi kebaikan mu," Ucapnya lagi. kali ini dengan mengusap l

  • I'am Not Cinderella    What should I do?

    Herfiza mengusap punggung putranya dengan lembut, dia merangkulnya penuh kasih sayang dan kehangatan. "Nak, apa yang terjadi di dunia ini tidak bisa selalu sama seperti apa yang kita inginkan. Tuhan selalu punya rencana yang indah dibalik ujian ini, yakinlah." Herfiza mengatakannya dengan tenang, meskipun dia masih khawatir dan kalut akan kesehatan Julea. Andrew menoleh, dia mengerutkan keningnya. "Tapi apa ini ujian yang baik untuk ku? Aku terlalu banyak menimbulkan masalah di hidup Julea sehingga berimbas pada kesehatannya. ini bukan sekedar takdir Tuhan mam, ini salahku." Herfiza menarik diri, dia menggenggam tangan Andrew erat-erat. "Sekali lagi berhenti menyalahkan dirimu sendiri, jika pun kau merasa bersalah seharusnya tidak seperti ini caranya!""Lalu apa yang bisa aku lakukan?" tanya Andrew dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya. Herfiza menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. "Bangkit, berikan kekuatan pada Julea agar dia bisa segera sembuh. K

  • I'am Not Cinderella    Lolos Dari Maut

    Hampir satu jam lamanya Jukea berada di dalam UGD, sedangkan keluarganya sduah harap-harap cemas menunggu kabar baik dari dokter yang menanganinya. Andreas sendiri yang masih tercengang dengan fakta penyakit sang kakak ipar masih terdiam menenangkan diri. Sedangkan Andrew sudah hilir mudik di depan pintu UGD. "Apa tadi semuanya lancar Andreas?" Tanya Marsha dengan lirih, dia juga menepuk pundak Andreas perlahan. Pria itu menoleh, dia mengangguk samar. Mereka berbincang dengan nada yang rendah, tak ingin menganggu anggota keluarga yang lain. Marsha juga tidak mau dianggap tak tahu situasi dan kondisi di saat yang genting seperti ini malah membicarakan hal yang lain. "Semuanya berjalan lancar, Pricilla juga sudah diamankan polisi tadi. Semua orang tak ada yang menentang pembelaan dari kami, bahkan Tuan Gardian yang ayah Pricilla juga diam. Dia tertunduk malu atas sikap putrinya itu," jelas Andreas sembari menunduk. Marsha manggut-manggut paham, dia lega setidaknya usaha Julea untuk

  • I'am Not Cinderella    Kambuh

    Setelah melihat Pricilla yang digandeng polisi untuk diamankan, Julea merasakan sakit kepala yang luar biasa. sebenarnya dia telah merasa kepalanya berat sejak dua jam lalu, tapi dengan sekuat tenaga dua bertahan. "Aka, apa kau baik-baik saja?" tanya Andreas yang melihat Julea meringis menahan sakit. Julea menoleh dan menggeleng, dia hanya memegangi kepalanya dan mulai berjalan menjauh dari tempat pesta. "Tidak Andreas, aku baik-baik saja. Jadi ayo pulang," ajaknya. tak mau membuat Julea kesakitan, Andreas mulai berjalan cepat. Dia lekas mengeluarkan mobilnya dan membawa Julea pergi dari mansion mewah keluarga Pricilla. Ditengah jalan tiba-tiba Julea menyemburkan isi perutnya dengan tidak sengaja. 'Hoek!'Sontak itu membuat Andreas panik, apalagi saat melihat wajah Julea yang pucat. "kak kau kenapa, apa tadi kau sempat minum? apa kau mabuk kak?" cecarnya yang khawatir. "Engh! Tidak, aku tidak ingat." Julea menjawabnya lemas, dia sebenarnya tak minum alkohol. Tapi entah bagaiman

  • I'am Not Cinderella    Pembelaan Perdananya

    Mata semua orang terbelalak tak percaya, tak sedikit dari mereka bahkan menutup mulutnya dengan tangan. Apa yang disampaikan Andreas malam ini adalah kejutan yang tak pernah mereka duga sebelumnya. Pengakuan Andreas itu juga membuat Pricilla kaget bukan main. Pasalnya, dia telah menggoda pria yang salah. "Pantas saja respon yang diberikannya berbeda, ternyata dia bukan Andrew." Pricilla membatin, dia tertunduk malu. Gardian memalingkan wajahnya, malu atas apa yang dilakukan sang putri. Lalu dengan cepat dia menarik tangan Pricilla dan mendorongnya hingga jatuh terjerembab di taman yang berumput. "Argh! Papa sakit," cicit Pricilla dengan mata yang berkaca-kaca. "Kau memang pantas mendapatkannya Pricilla, bahkan seharusnya kau mendapatkan hukuman yang jauh lebih besar daripada ini! Aku malu telah menjadi ayahmu!" Gardian berkata marah, deru nafasnya memburu seiring dengan darahnya yang mendidih. Di saat yang bersamaan, ada sorotan proyektor yang menampilkan apa saja yang sudah dila

  • I'am Not Cinderella    Mempermalukan Putri Sang Kolega

    Temaram lampu taman menyinari tubuh Pricilla yang terpantul di air kolam renang yang jernih. Perempuan berambut panjang itu menoleh saat mendengar langkah kaki Andreas yang mendekat ke arahnya. Senyuman tipis terbit diwajahnya yang terpoles apik dengan make up bold. "Akhirnya kau datang juga Andrew," ucapnya senang. Andreas tak menanggapi, dia hanya tersenyum sekilas saat mendengar Pricilla menyebut nama sang kakak. Beruntung jika perempuan yang menjadi rivalnya malam ini tak mengenali dirinya. "Si jalang itu tertipu juga, sama seperti sang ayah!" Andreas membatin, dia merasa satu langkah lebih dekat menuju kemenangan. Pricilla melangkahkan kakinya mendekat saat Andreas memilih untuk berhenti. Dia lekas mengalungkan tangannya ke leher Andreas dengan tanpa malu. "Aku senang kau mau datang ke sini dan mengabaikan Julea," ucap Pricilla dan menyandarkan tubuhnya pada dada bidang Andreas. Pria itu merasa jijik atas sikap agresif dari perempuan yang nyaris menjadi kakak iparnya. Tapi A

  • I'am Not Cinderella    Memberinya Pelajaran Part 2

    Andreas sempat menoleh pada Julea sebelum mereka turun dari mobil. Andreas cemas, karena mau bagaimana pun kalau dia gagal malam ini maka masalahnya akan bertambah besar. "Kak," cicitnya. Julea menoleh dan mengangguk serta mengepalkan tangannya, bermaksud memberinya kekuatan. "Kau pasti bisa Andreas, yakin lah!" Perintahnya. Lalu Andreas menghela nafas kasar beberapa kali, setelahnya dia turun dari mobil terlebih dahulu. Pintu mobil dibukakan oleh Andreas untuk membantu Julea, tangan kanannya juga dengan sigap terulur untuk memberikan kesan yang kuat kalau dia adalah Andrew. Di halaman mansion mewah milik keluarga Pricilla, ada banyak orang yang sudah datang dan menjadi tamu di sana. Hari ini adalah hari ulang tahun Pricilla, dan keluarga Nugraha memang mendapatkan undangan, khususnya Andrew. Pria itu memang diundang secara personal oleh Pricilla. Ah tidak-tidak! Lebih tepatnya Andrew diancam. Jika dia tidak datang malam ini, maka Pricilla akan melakukan hal yang lebih gila lagi

  • I'am Not Cinderella    Memperagakan Saudara mu

    Andrew rupanya menemui sang adik, Andreas secara diam-diam. Tidak ada yang tahu kalau keduanya tengah bertemu sekarang. Keduanya kini berada di salah satu restoran Chinese yang cukup jauh dari pusat kota. "Jadi, apa yang kau rencanakan sebenarnya Andreas? Kali ini apa yang kau inginkan dariku?" Cecar Andrew dengan tatapan yang nyalang pada sang adik yang duduk di depannya. Terhalang oleh meja berbentuk persegi panjang, Andrew dan Andreas saling perang dingin dengan memberikan tatapan tajam ke arah masing-masing. Mendapatkan pertanyaan seperti itu, Andreas menghela nafasnya kasar, dia kemudian bersidekap dengan tenang. "Aku tidak menginginkan apapun, toh apa yang bisa kau berikan padaku?" Andreas malah memberikan jawaban yang terkesan meremehkan. Padahal sebenarnya tidak demikian. "Hah! Rupanya kau masih sama saja, sama-sama sombong seperti biasanya!" Andrew mendecik, dia menyeringai. "Sama seperti dengan mu juga, kita sama-sama sombong. Bedanya, aku menyadari dan mengakuinya seda

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status