Share

Kelulusan

last update Last Updated: 2021-05-20 01:04:40

Bima tersenyum lebar ketika melihat sosok itu begitu cantik dengan dress batik sambil membawa buket mawar dan sebuah sebuah boneka panda. Hari ini hari bahagianya, akhirnya setelah berjuang dengan segala drama dan tetek-bengek lainnya, ia lulus juga dari kepaniteraan klinik. Lulus UKMPPD one shoot sehingga pada hari ini ia sudah sah menyandang gelar dokter di depan namanya.

Ya ... hari ini adalah hari dimana akhirnya ia diambil sumpah dokternya, sebuah prosesi wajib setelah semua proses pendidikannya selesai. Proses yang men-sahkan dirinya menjadi seorang dokter.

"Congratulation dokter Bima Dirgantara Soebroto, akhirnya sah jadi dokter juga, Sayangku!" teriak sosok itu riang lalu memeluk Bima erat-erat.

Bima balas memeluk sosok itu, mendekap erat tubuh wanita yang sangat ia cintai itu. Rasanya lengkap sudah semuanya hari ini. Ia tersenyum sambil mencium puncak kepala Melinda.

"Terima kasih banyak ya Sayang, terima kasih sudah sangat sabar dan pengertian menemani perjalanan aku selama ini," bisik Bima lirih, matanya berkaca-kaca. Ia sangat bahagia.

"Aku akan selalu setia mendampingi kamu, Sayang. Demi masa depan kita juga." balas sosok itu tersenyum.

Bima meraih tangan Melinda, mengecupnya penuh kasih, "Will you marry me?"

Astaga, Melinda tertegun matanya berkaca-kaca, ia sampai tidak bisa lagi berkata apapun, sangat teramat speechless dengan apa yang barusan ia dengar itu. Akhirnya Bima melamarnya juga! Ini saat yang jujur sangat ia tunggu-tunggu selama ini.

"Ka-kamu serius?" tanya Melinda terbata, air matanya menitik, mulutnya masih mengangga karena syok luar biasa.

"Sangat teramat serius Sayang, gimana? Mau kan? Kita nikah ya? Mau ya? Please?" mohon Bima sambil menggenggam erat tangan Melinda.

"Yes, off course aku mau! Aku mau jadi isterimu!"

Bima tersenyum lebar, ia kemudian mendekap erat sosok yang ada di hadapannya, ia bahagia, kebahagiaannya benar-benar luar biasa hari ini. Rasanya perjuangannya selama ini sudah terbayar lunas. Perjuangan keringat dan darahnya tidak sia-sia.

"Bilang papa, sabtu malam aku kerumah, sama mama-papa buat lamar kamu!"

***

"Sudah benar-benar serius?" tanya Anita ketika malam itu mereka sedang makan malam bersama.

"Tentu sudah dong, Ma. Masa iya sih Bima mau main-main?" Bima mengaduk nasi di piringnya, ia sudah sangat serius dengan Melinda.

"Yaudah kalau begitu, sudah beneran yakin mau nikah sekarang? Habis ini kamu masih harus internship kan?" Andi melirik putra tunggalnya itu, ia juga seorang dokter, tentu paham kewajiban apa lagi yang harus putranya itu lakukan selepas diambil sumpah dokternya.

"Siap Pah, makanya mau Bima lamar dulu sebelum kemudian Bima harus internship."

Andi mengangguk, tampaknya Bima sudah sangat-sangat serius. Ia hanya mengangguk sambil terus melanjutkan aktivitas makannya.

"Jangan lupa nabung buat lanjut spesialis, Bim. Sudah menentukan mau ambil spesialis apa?" Andi kembali melirik Bima ia sendiri memutuskan ambil spesialisasi penyakit dalam dulu, entah dengan putranya ini.

"Pediatric, Pa. Bima mau ambil pediatric." jawab Bima mantab.

Andi kembali mengangguk, ia sependapat dengan putranya itu. Apapun itu, Andi akan mendukung sepenuhnya keputusan putranya itu. Terlebih soal spesialisasi apa yang hendak anaknya ambil, semua keputusan berada penuh di tangan Bima.

"Nggak kepengen jadi ahli bedah?" Anita kini buka suara, ia satu-satunya yang tidak berprofesi dokter di rumah ini, dulu ia petugas administrasi di rumah sakit sebelum kemudian dinikahi oleh sosok Andi.

"Ah, ogah Ma, nanti aja jadi pediatric kalau ada sectio caesarea pasti juga bakal disuruh gabung sama obsgyn-nya kok," guman Bima menolak, ia tidak tertarik dengan bedah.

"Nanti papa bantu cari rekomendasi untuk daftar PPDS mu, Bim."

Sontak Bima tertawa, "Pa, masih lama ih, Bima aja belum dapat wahana internship, kenapa malah bahas PPDS sih? Lagian STR turun nanti Bima mau praktek dulu beberapa tahun, nabung buat biaya PPDS, Pa."

"Soal biaya PPDS, biar papa yang tangung, gajimu untuk menafkahi keluarga mu saja, Bim. Kamu anak papa satu-satunya!" desis Andi sambil tersenyum.

Bima meletakkan sendoknya, menatap sang ayah lekat-lekat, matanya memanas, ia begitu terharu dengan apa yang barusan papanya itu katakan.

"Terima kasih banyak, Pa. Harus dengan apa Bima membalas semua perjuangan dan pengorbanan papa untuk Bima?" tanya Bima dengan mata berkaca-kaca.

"Cukup jadilah dokter yang mementingkan sesamamu, Bim. Jadilah dokter yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan berpegang teguh pada sumpah yang tadi kau lafalkan."

Bima tersenyum, ia mengangguk mantab, sontak ia bangkit dan memeluk erat-erat sang papa, role model-nya untuk meraih gelar dokter selama ini.

"Pasti, Pa! Pasti akan Bima lakukan dan ingat-ingat betul semua pesan papa!"

***

Sementara itu gadis dengan perut membukit itu tengah terisak di dalam dekapan sang mama. Ia bahkan harus rela cuti kuliah karena kehamilannya ini. Hamil tanpa suami, dan parahnya ia sama sekali tidak tahu laki-laki mana yang sudah menanamkan benih di rahimnya ini.

"Maafkan Levina ya, Ma. Harusnya Levina mendengar semua perkataan Mama dulu itu, harusnya Levina tidak pergi," desisnya dengan linangan air mata.

Ani hanya mengangguk sambil ikut terisak, ia sudah berfirasat dulu itu. Ia mati-matian melarang Levina, anak gadis satu-satunya itu pergi berangkat ke acara pesta ulang tahun seorang temannya, namun Levina bersikeras untuk berangkat!

Ia pulang esok paginya, dengan wajah pucat dan bau alkohol. Sebulan kemudian ia muntah-muntah hebat hingga pingsan. Betapa terkejutnya Ani ketika kemudian dokter yang memeriksa putrinya itu mengatakan bahwa putrinya itu positif hamil empat minggu!

Ia hancur sehancur-hancurnya mendengar vonis dokter itu. Sebagai ibu, ia gagal! Ia gagal menjaga peninggalan satu-satunya dari almarhum suaminya itu.

"Siapa yang melakukannya, Vin?" tanya Ani murka.

"Ma, Levina nggak tau, Ma. Levine mabuk berat dan begitu bangun Levina sudah dikamar hotel dan ...," Levina tidak melanjutkan kalimatnya, pikirannya kembali memutar peristiwa beberapa saat yang lalu, ketika ia sadar dan terjaga di sebuah kamar hotel dengan kondisi tanpa busana dan bercak darah itu sprei hotel itu.

Ia tidak tahu siapa laki-laki yang melakukan itu semua, ia sama sekali tidak sadar malam kemarin. Dan perbuatan itu membuahkan janin di rahimnya, janin tanpa ayah, janin yang ia tidak tahu siapa pemilik bibit yang bersarang di rahimnya ini.

"Maafkan Levina, Ma." sia-sia sudah sebenarnya semua permintaan maaf yang keluar dari mulut Levina, semua sudah terjadi bukan? Dan ia sudah tidak bisa menghindari semua ini lagi, janin itu hidup di dalam rahimnya!

Ani hanya mengangguk pelan, mau bagaimana lagi? Semua sudah terjadi dan ia tidak bisa melakukan apa-apa lagi kecuali membesarkan dan merawat cucunya itu bukan?

"Ma, gugurkan saja, Ma!" mohon Levina dengan mata berkaca-kaca.

"Setelah dosa yang sudah kamu lakukan, kamu mau melakukan dosa lagi, Vin?" desis Ani tidak percaya dengan aalpa yang tadi Vina mohon kepadanya.

"Tapi Levina nggak mau anak ini, Vina nggak mau hamil, Ma!" tangis Levina kembali meledak, dadanya terasa begitu sesak.

"Semua sudah terjadi, jadi tolong pertanggung jawabkan semua yang sudah kamu lakukan, Sayang!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Hafidz Nursalam04
iya iya iya
goodnovel comment avatar
nur arifah RA mutiara hati hadir arifah
good job thor
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • I'm Hold You   End Chapter - Pamit

    Vina menitikkan air mata ketika akhirnya dia bisa merasakan bagaimana rasanya IMD. Bagaimana rasanya bayi langsung menyusu kepadanya begitu lahir.Bima terus menerus membantu bayi kecil mereka menyusu sambil terus menerus menitikkan air mata. Semuanya kompak menangis haru, membuat beberapa paramedis sengaja menjauh agar tidak menganggu interaksi keduanya."Udah dong nangisnya!" Ejek Vina yang tidak sadar diri, dia bahkan masih menitikkan air mata."Aku bahagia banget, Sayang! Sungguh!" Bima tersenyum, matanya masih memerah dan basah, membuat Vina terkekeh seraya mengelus lembut kepala bayi yang baru beberapa menit lahir itu."Aku sudah minta lebihan darah untuk kita lakukan pengecekan, Sayang. Kita akan deteksi lebih dini. Dan harapanku ... Tidak ada lagi Anetta yang lain." Bisik Bima lirih."Bagaimana ka--.""Sayang! Stop overthinking, oke?"Vina tertegun menatap mata itu, ia tersenyum getir dengan air m

  • I'm Hold You   New Chapter 9

    Minggu pagi. Vina ingat betul hari ini minggu pagi. Cuaca cerah di luar sana dengan langit biru yang begitu bersih. Tapi kali ini, bukan langit biru yang Vina lihat dengan matanya. Yang ada dj depan mata Vina sekarang adalah langit-langit koridor koridor OK, menantikan gilirannya masuk ke dalam salah satu ruangan.Vina mengelus perut membukitnya, rasanya seperti Dejavu. Ya ... Beberapa tahun yang lalu Vina pernah ada di posisi ini. Terbaring dengan perut besar membukit menantikan tindakan operasi. Bedanya, dulu dia menanti dengan penuh rasa khawatir karena usia kandungan yang belum cukup dan tentu saja dia harus berjuang sendiri di dalam sana.Kali ini ... Semuanya berbeda. Usia kandungan Vina sudah sangat cukup dan sekarang, dia tidak lagi sendirian. Sosok yang sudah siap dengan setelan scrub, nurse cap dan masker itu terus menggenggam tangannya erat-erat. Sama sekali tidak melepaskan tangan Vina, seolah tidak mau berpisah barang sedetikpun dari Vina. 

  • I'm Hold You   New Chapter 8

    "Sayang ...." Bisikan Bima lirih sambil mengguncang bahu sang istri. Vina sama sekali tidak membuka mata, hanya menggumam perlahan tanpa bergerak sedikitpun. Bima tersenyum getir, intinya malam ini dia tidak terima penolakan. Mumpung mereka tidak menginap di rumah sakit! Dan Bima tidak mau mensia-siakan kesempatan ini? "Ayolah, aku kadung janji sama Neta nih!" Rayu Bima tanpa gentar. Kalau pergumulan mereka beberapa hari yang lalu tidak menghasilkan karena ternyata Vina sedang tidak subur, maka kali ini Bima sudah hitung betul-betul masa subur sang istri dan inilah saatnya. "Salah sendiri asal bikin janji. Kan aku udah ngomong dulu kalo sama Neta jangan sembarangan bikin janji!" Vina bergeming, sama sekali tidak menghiraukan segala macam kode dari Bima. Bima menghela napas panjang, intinya dia sudah bertekad bahwa dia harus bisa menghamili Vina untuk kedua kalinya! Atau mungkin nanti jadi ke tiga kali? Empat? Atau berapa?

  • I'm Hold You   New Chapter 7

    “Congratulations, istriku tercinta!” Vina yang masih dalam balutan toga tertegun melihat sang suami menyodorkan buket mawar merah yang cukup besar itu kepadanya. Ini adalah kali pertama Bima memberinya bunga, pertama kalinya yang kebetulan bersamaan dengan acara wisudanya. Vina tersenyum dengan mata berkaca-kaca, menerima bunga itu dan pasrah ketika Bima menarik dan menjatuhkan Vina ke dalam dekapan tubuhnya. Air mata Vina menitik, harusnya Anetta ikut di sini sekarang. Menyaksikan sang mama diwisuda setelah berjuang tiga setengah tahun kuliah sambil merawat Anetta selama ini. Masih tergambar betul dalam ingatan Vina ketika dia harus ujian akhir semester satu dan Anetta habis imunisasi. Bagaimana perjuangan Vina belajar sambil sesekali menyusui Anetta yang rewel dan sedikit demam pasca imunisasi. Sekarang semuanya terbayar lunas sudah! Dia sudah berhasil meraih gelar S.H-nya. Menjadi sarjana hukum dengan predikat cumlaude ketika lulus. “Aku em

  • I'm Hold You   New Chapter 6

    Suara pintu terbuka, Vina sontak menoleh dan mendapati dua nenek rempong itu sudah masuk bersama-sama ke dalam ruangan. Heran, rumah mereka jaraknya cukup lumayan, tapi kenapa bisa barengan begitu sampainya? “Neta tidur?” tanya Ani sambil memencet botol handsanitizer yang menempel di tembok. “Tidur, Ma. Kok bisa barengan?” tanya Vina sambil menatap mereka bergantian. “Bisalah, kan kompak!” jawab Anita seraya mengedipkan sebelah mata. Vina melongo, bisa begitu? Nampak Anita mendekati ranjang, di mana Bima tertidur begitu pulas sambil memeluk Anetta, sebuah pemandangan yang sejak tadi sudah menguras air mata Vina dengan begitu luar biasa. “Bim ... bangun gih! Pulang sana istirahat!” bisik Anita sambil mengguncang lembut bahu anak lelakinya. Sejak dua hari memang Bima belum pulang kerumah. Selain banyak tugas yang diberikan konsulen, Bima sama sekali tidak mau berpisah dengan Anetta. Bima nampak menggeliat, membuka matanya perlahan-lahan

  • I'm Hold You   New Chapter 5

    "Neta nggak bisa makan untuk sementara waktu, Ma." Gumam Bima ketika Ani datang membawa banyak sekali makanan kesukaan Anetta."Kenapa, Bim? Dia baik-baik saja, bukan?" Tampak wajah itu sangat khawatir, membuat Bima tersenyum getir dan mengangguk pelan."Tentu, dia baik-baik saja. Hanya efek dari BMT adalah adanya gangguan pencernaan dan mungkin muncul sariawan di mulut, jadi makanan Anetta sampai beberapa saat ke depan sampai pencernaannya membaik hanya melalui infus." Jelas Bima sabar, ia sudah menjelaskan hal ini pada Vina, untuk Anita tentu Andi sudah menjelaskannya lebih dulu, bukan?"Oh begitu?" Ani nampak murung menatap bungkusan yeng dia bawa, "Vina juga nggak boleh makan?""Kalau Vina boleh, Ma. Dia bebas mau makan apa aja." Tentu Bima paham kalau Ani khawatir dan kecewa karena apa yang dia bawa tidak bisa Anetta nikmati, tapi semua itu demi kebaikan Anetta, bukan?"Sampai kapan Neta harus dirawat, Bim? Kapan dia bo

  • I'm Hold You   New Chapter 4

    "Sakit?" Tanya Bima sambil mengelus puncak kepala sang istri yang kini tergolek di ranjang dengan kateter yang menancap di leher. Vina menggeleng lemah, "Demi Anetta, semua ini sama sekali tidak terasa sakit, Mas." Bima mengangguk, menjatuhkan kecupan mesra yang begitu manis dan mampu membuat dua orang yang ada di ruangan itu auto iri melihatnya. Vina tersenyum, akhirnya kini dia yang berbaring di sini. Bukan karena sakit, tetapi bersakit-sakit ria demi Anetta. Setelah prosedure panjang yang dilakukan, hasil pemeriksaan HLA yang paling cocok merujuk pada dirinya. Bukan Bima atau anggota keluarga yang lain. Jadilah ini Vina kembali berjuang demi Anetta setelah dulu berjuang di OK demi melahirkan Anetta. "Kamu wanita paling hebat dan kuat yang pernah aku kenal, Vin." Bima mengelus lembut dahi Vina, wajah mereka begitu dekat membuat siapapun yang di sana gigit jari melihat kemesraan itu. "Kau tau siapa yang membuatku

  • I'm Hold You   New Chapter 3

    “Mas, ada apa?”Bima mengangkat wajah, mengabaikan sejenak segelas es teh yang dia pesan sambil menantikan Vina datang menemuinya di kantin rumah sakit. Kini, istri cantiknya itu sudah hadir dan berdiri di depannya.“Anetta gimana? Aku mau masuk tapi masih harus ada jaga.” Bima harus ingat betul, tidak boleh sembarangan orang masuk ke dalam kamar Anetta, dia sekalipun harus memastikan bahwa dia bersih dan steril. Jadi agak susah dan ribet kalau dia yang masih jaga ini harus bolak-balik membersihkan diri sebelum masuk ke dalam.“Baik, dia sudah bisa tidur.” Vina duduk di hadapan Bima, nampak Vina hanya mengenakan sweeter dan kaos yang nantinya jika di dalam ruangan akan di ganti dengan setelan scrub yang bersih.“Darahnya masih keluar?” tentu itu yang Bima tanyakan, tiap menit, hal itu yang selalu Bima khawatirkan.“Yang hidung belum mau berhenti, Mas. Untuk telinga sudah mampet sih.”

  • I'm Hold You   New Chapter 2

    “Ayolah, Ma ... semua demi Anetta.” Mohon Vina sambil menggenggam erat kedua tangan Ani.Vina paham, sangat mengerti bahwa sulit bagi Ani untuk berpisah dari Anetta. Vina masih ingat, ketika dia sibuk kuliah, meskipun dibantu oleh baby sitter, Ani-lah yang mengawasi dan merawat Anetta selama ini. Tentu akan sangat sulit bagi Ani menerima bahwa cucunya harus pindah tinggal di rumah besannya.“Berapa banyak sih biaya buat bikin ruangan kaca atau apalah itu? Duit Mama nggak cukup, Vin?” tanya Ani dengan mata memerah.Vina menggelengkan kepala cepat, matanya ikut memerah. Bisa Vina lihat sorot luka penuh kekecewaan itu terpancar di mata Ani. Siapa yang tidak terluka? Selama bertahun-tahun merawat seorang diri Anetta yang tengah hamil lalu merawat bayinya dengan sepenuh hati dan penuh kasih sayang, tiba-tiba harus dipisahkan seperti ini?Tapi semua itu bukan karena keserakahan atau keegoisan semata. Semua demi Anetta! Vina sangat berhar

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status