"Apa kamu berusaha menculik ku? Tanya amera kesal dengan sikap kasar pria itu.
"Ini perintah dari tuan Kenandra nona, saya tidak berani menolaknya."kata Rudy menjelaskan.
"Persetan dengan pria itu, tolong cepat lepaskan aku, Amera terus meronta meminta pria itu untuk memberhentikan mobilnya, dan akhirnya mobil itu berhenti tepat di depan sebuah restoran mewah di kota Y.
Pria itu memaksa amera keluar dan menyeretnya ke sebuah ruangan pribadi dan disana sudah ada dua orang pria yang menunggu dan ku tahu pria satunya lagi adalah pria yang bernama Kenandra.
"Apa-apaan ini kamu memerintah anak buahmu untuk membawa paksa aku seperti ini? Kamu pikir aku hewan piaraan mu sehingga seenaknya sendiri kamu membawa ku, teriak Amera kesal dengan pria bernama Rudy itu. Dan hanya dibalas Rudy dengan sedikit senyuman yang membuat amera semakin kesal.
"Menyebalkan!" Amera mengacak rambutnya kasar dan melemparkan tasnya ke arah Rudy deng
Menyebalkan sekali mereka pikir aku ini barang apa yang bisa diseret kemana saja seenak jidat mereka. Awas ! saja kamu tuan Kenandra, kamu harus membayar mahal atas sikap kasar anak buahmu kepadaku."Hehh ! menyebalkan sekali tanganku harus sakit karena ditarik kasar oleh pria kejam yang sama sekali tidak tahu sopan dan santun seperti dia menunjuk kearah rudy."Tuan Kenan, teriak Mera yang tidak terima dengan perlakuan kasar anak buah Kenan. sehingga Kenandra menoleh ke asal suara yang memanggil nya."Begini kah cara orang-orang mu memperlakukan aku? Liat apa yang mereka lakukan pada tanganku ! Mera menunjukan pergelangan tangan nya yang memerah akibat ditarik paksa oleh anak buahnya."Apakah mereka tidak kau ajari sopan santun sehingga mampu membuat wanita yang lemah seperti ku ini menderita.Atau jangan-jangan anda juga kasar seperti mereka? Kata Amera masih dengan kekesalan nya."Maafkan tindakan kasar mereka nona,"ucap Kenandra dengan membungk
Siska masih menunggu kedatangan sahabatnya, sebelum Amera pergi mereka sudah saling sepakat untuk saling bertemu di kampus. Juna terlihat dari jauh, ia nampak melihat Siska sendirian di kantin sedangkan waktu kuliah sudah hampir habis suasana kampus kembali sepi kecuali di ruang dosen yang masih ada rapat. Juna akhirnya menghampiri Siska."Hay ! kok belum pulang," sapa Juna berbasa-basi. Ia tahu bahwa Siska pasti sudah janjian dengan Mera."Iya, menunggu Mera,"jawab Siska singkat ia tahu Juna yang selalu ingin tahu tidak akan berhenti disitu saja."Mera, sudah ku duga ," kata Juna santai dan mendudukkan pantat nya dibangku sebelah Siska."Ngapain ikut duduk," tanya Siska merasa terganggu."Ikut menemani mu,"Jawab Juna singkat."Katakan padaku ada masalah apa dengan Amera? Tanya Juna dengan tatapan seriusnya."Apa maksudmu? Tanya Siska bingung harus menjawab apa, ia tahu bahwa semua yang terjadi pada sahabatnya harus ia rahasia kan, Jun
Lisa, turunlah dari pangkuan ku! Perintah Kenandra dengan tergesa-gesa karena sudah terlambat menjemput ibunya padahal hari ini kenandra ada jadwal untuk fitting gaun pengantin bersama Mera dan juga ibunya.Ia memang tipe cowok yang sayang dengan ibunya, semua perintah ibunya selalu dijalankan karena ia anak tunggal satu-satunya sherly terlalu memanjakan anak laki-laki nya itu."Fitting gaun? Ucap Lisa yang masih belum sepenuhnya sadar karena semalam mereka menghabiskan waktu panas bersama."Bersama ibumu dan juga wanita itu?"Iya." jawab Kenandra singkat dan memakai pakaian nya."Huh, kenapa harus anak ingusan itu yang menikah denganmu seharusnya kan aku, keluarga mu benar-benar menyebalkan apa kurangnya aku coba karir bagus, dari keluarga baik-baik apa salahnya dengan hanya menjadi seorang artis, benar tidak masuk akal."gerutu Lisa kesal karena akan ditinggalkan kekasihnya."Sayang apa kamu menyukai gadis itu? Tanya Lisa penuh selidik kare
Apa kamu bilang aku gendut ? Ucap Amera ketus penuh selidik dan berpikir ulang memperhatikan penampilan tubuhnya di pantulan cermin."Oh, tidak mungkin kalau aku gemuk ini pasti ada yang salah pikir Amera tidak terima kalau dibilang gemuk.Kenandra hanya bisa menghela nafas panjang dan membuang nya dengan kasar.Benar-benar gadis bodoh." pikirnya kenandra kesal."Ada yang bisa kami bantu nona, tanya seorang pelayan karena sedari tadi ia mendengar kegaduhan di kamar itu setelah mendengar apa masalahnya mereka baru memberanikan diri untuk masuk dan membantu."Urus gadis itu, ucap Kenandra ketus dan pergi meninggalkan ruangan itu."Ah... benar-benar memalukan, pikir Amera frustasi."Apakah aku terlalu gemuk, ucap Amera lirih sambil memperhatikan pantulan dirinya di cermin."Maaf nona, badan nona memang kurang pas untuk model baju ini, gaun ini hanya pas untuk mereka yang berdada kecil tidak seperti untuk bentuk dada nona.
Setelah kedua keluarga bertemu akhirnya, rencana hari pernikahan pun ditentukan dan rencana pernikahan diadakan di hotel xxx milik keluarga Hutama Wijaya, semua klien dan juga rekan bisnis semua masuk dalam daftar tamu undangan.Salah satunya adalah Dirga pemegang Atmaja group saat ini. Walaupun Dirga yang menggantikan Danu sebagai direktur utama Atmaja group namun tetap saja semua biaya kehidupan keluarga Atmaja masih tetap ditanggung oleh perusahaan.Dengan wajah gembira Shena mengirimkan sendiri undangan pernikahan nya kepada seseorang yang sangat ia benci yang sekarang duduk di kursi tertinggi diperusahaan yaitu Dirga Darmawan."Tok tok !Terdengar pintu diketuk dari luar Dirga masih sibuk dengan beberapa berkas yang menumpuk."Masuklah!" Perintah Dirga kepada seseorang diluar padahal dirinya merasa tidak punya janji dengan klien manapun. Hanya gadis itu yang berani mengganggu nya pada jam kerja seperti ini ,"pikir Dirga yakin akan
"Tidak!" Jawab Shena tegas."Kami akan tetap menikah!" ucap Shena kesal dan meluapkan seluruh emosi."Punya hak apa paman memerintah, mengatur hidup, Shena harap paman punya batasan untuk itu Shena punya hak memilih hidup sendiri tanpa paman harus ikut campur.Siapa anda? mengatur hidup orang lain."Jadi tolong lepaskan obsesi paman untuk mendapatkan perhatian ku atau apapun yang berhubungan dengan kehidupan Shena," Bentak Shena gusar kembali memerintah Dirga untuk mengeluarkan nya dari ruangan itu.Satu tamparan mendarat di wajah cantik gadis itu terasa panas dan perih dibuatnya. Shena sudah berusaha menghindar namun tetap saja ia tak mampu mengimbangi kekuatan tangan Dirga yang masih mencekam pergelangan tangannya dengan kuat hingga menimbulkan bekas warna merah di pergelangan tangan putih milik shena."Apa kamu sudah puas berbicara? tatapan mata Dirga tajam ke arah Shena."Sekarang tutup mulutmu, ucap Dirga tak mau kalah.
Gilang, ayolah angkat ponsel mu,"gumam shena dengan gelisah berjalan mondar-mandir dengan menempelkan ponselnya di daun telinganya, berharap orang yang ia hubungi segera mengangkat ponselnya.Entah kenapa saat seperti ini Gilang malah susah dihubungi, Shena kembali putus asa sedang kan Amera baru dalam perjalanan menuju rumah sakit setelah dapat kabar dari pelayannya."Apa mungkin Gilang berada diruang kerjanya? pikir Shena dan cepat mencari keberadaan Gilang."Ayah, shena mohon bertahanlah! Doa Shena dalam hati dan Shena terus berlari menyusuri lorong rumah sakit mencari keberadaan Gilang, namun sepertinya pria itu menghilang bak ditelan bumi."Bukankah Gilang tadi yang mengantar ayah kesini kenapa cepat sekali perginya pria itu apa dia tidak khawatir dengan keadaan ayah. Pikiran Shena penuh pertanyaan kenapa Gilang harus menghilang diwaktu genting seperti ini.Pikiran Shena sangat kacau ia sudah mondar-mandir ke sana kemari namun tidak menemukan
Sejenak shena teringat perjanjiannya yang dibuat dengan Dirga, "Aku harus membatalkan pernikahan ini sedang kan pernikahan akan berlangsung lima hari lagi.Tinggal hari ini saat yang tepat untuk shena mengatakan nya. Shena sudah bertekad ingin membuat ayah dan Amera hidup bahagia. Shena harus bisa mengatakan nya pada Gilang toh semua yang terjadi kini akibat dari ide konyol itu sehingga membuat kehidupan keluarga Atmaja benar-benar hancur."Gilang ada yang ingin Ku bicarakan dengan mu."kata Shena dan mendekat disebelah Gilang."Katakanlah !" ucap Gilang tanpa curiga sedikitpun kepada shena."Kita bicara di luar saja, setelah berpamitan dengan ayah dan Amera, shena pun keluar dari ruangan itu diikuti oleh Gilang di belakangnya.Sebenarnya Shena tak sanggup untuk mengatakan ini semua, tapi pria brengsek itu terus saja mengirimi pesan berupa ancaman.Tinggal hari ini saat yang tepat untuk shena mengatakan nya. Shena sudah bertekad ingin membua