MasukSelamat membaca, MyRe. Semoga kalian suka yah ... IG:@deasta18
"Kenapa wajahmu tegang begitu?" tanya Kaze dapa Danish, di mana saat ini mereka sudah kembali ke kantor. Naia sendiri, perempuan itu juga masih di sana. Naia tengah sibuk dengan ponselnya, mungkin membaca salah satu novel online atau bermain game. "Ck." Danish berdecak pelan, kemudian memberikan ponselnya pada Kaze. Dia dan Kaze ada di meja kerja pria ini, duduk saling berhadapan tetapi dipisah oleh meja kerja Kaze. Arsen juga ada di sana, hanya saja dia duduk di posisi ujung meja–tengah sibuk membantu Kaze menyelesaikan pekerjaan. "Mira kira aku makan siang dengan perempuan. Padahal itu Naia," ucap Danish dengan nada pelan, menghela napas panjang dengan tampang yang lelah dan menahan kesal. Dalam foto tersebut, dia seperti tengah makam siang romantis dengan Naia. Mereka saling berhadapan dan terlihat saling bersitatap, seperti pasangan. Namun, ini jelas karena angel gambar lah yang membuat Naia dan Danish terlihat mesra, kenyataannya tidak seperti itu. Mereka bersitatap kare
"Maksudnya, Kak?" Naia mengerutkan kening. "Seperti yang Kakak katakan sebelahnya, dia berteman dengan Kaze. Meskipun terkenal cuek dan cukup dingin, tetapi Kaze berteman dengan siapapun. Kaze hanya cuek urusan orang, bukan benar-benar cuek pada semua orang. Dia juga-- mungkin saking cueknya, dia sering pura-pura tidak peka. Singkatnya, Nabila berteman dengannya karena mereka satu Tim magang di perusahaan Kakak. Kaze sendiri memilih magang di perusahaan Kakak karena dia takut dipersulit oleh Uncle Danzel jika magang tahap akhir di perusahaan ini." Mendengar itu, Naia senyum kecil. Ah, tak menyangka kalau suaminya takut pada ayahnya sendiri. Manis! "Awal mereka magang, semua berjalan lancar. Hingga tiba-tiba Nabila semakin dekat dengan Kaze. Kakak bertanya padanya apakah dia punya hubungan dengan Nabila atau tidak, karena sering kali saat bertemu dengan Kakak, Nabila ikut dengan Kaze. Namun, Kaze bilang dia tidak punya hubungan spesial dengan Nabila. Hanya teman. Dia juga mengat
Sebelum Kaze menjawab laporan sekretarisnya, tiba-tiba seorang perempuan yang tak lain adalah Nabila lebih dulu masuk ke dalam ruangan Kaze. Meskipun Naia terkejut mendengar ucapan sekretaris suaminya, akan tetapi dia memilih tetap tenang. Dia lanjut menonton dan pura-pura tak mendengar apapun yang terjadi di sana. Saat Nabila muncul, Naia juga tetap diam, walau ada banyak pertanyaan dalam hati. "Kaze, aku ingin bicara denganmu." Nabila buru-buru menghampiri Kaze, langsung duduk di sebuah kursi–depan meja kerja Kaze, tanpa dipersilahkan. 'Minim attitude,' batin Naia yang diam-diam mengawasi. Sekretaris suaminya mengundurkan diri, buru-buru pergi dari ruangan tersebut. Di sisi lain, Kaze terlihat meraih handphone lalu mengirim pesan pada seseorang. "Kaze, aku hamil anak Pak Deri." Nabila mulai berbicara, walau Kaze terlihat sibuk dengan ponselnya, "tapi aku sudah terlanjur membatalkan pernikahanku dengannya. Aku mengikuti perkataanmu. Jadi-- tolong nikahi aku agar anakku kel
Seperti yang disarankan oleh Kaze, Naia benar-benar tidur untuk beristirahat. Entah kenapa dia sangat penasaran ke mana Kaze akan membawanya nanti malam. Apakah dia akan dibawa ke sebuah tempat romantis? Mungkin, mengingat Kaze mengatakan Naka perlu mengisi semangat. Sekitar jam 6 petang, Naia bangun. Dia mandi lalu menemui Kaze, menagih kemana pria itu akan membawanya. Namun, Kaze tak menjawab, malah mengajak Naia makan malam lebih awal. Setelah selesai makan malam, Naia kembali bertanya ke mana Kaze akan membawanya malam ini. Tapi lagi-lagi Kaze tak menjawab, pria itu malah menyarankan agar Naia bersantai–menikmati segelas coklat hangat sambil membaca novel. Hingga sekitar jam 9 malam, Kaze menyuruh Naia pergi ke kamar. Naia bersemangat dan langsung ke kamar, dia kira ada kejutan di sana. Mungkin gaun indah yang akan ia kenakan untuk pergi bersama Kaze. Akan tetapi, tiba di kamar dia tak menemukan apa-apa. "Kak, tidak ada apa-apa di dalam kamar kita," ucap Naia, ketika Kaze m
"Kak Kaze ingin melakukan apa?" tanya Naia panik, mengamati Kaze yang sudah melepas kemeja–memperlihatkan perut pria itu yang sispek dan punya roti sobek. Astaga! Andai saja malam pertama tidak menghantui Naia, mungkin dia sudah menjerit sambil meraba-raba roti sobek itu. Terlihat menggoda dan menggiurkan! "Menurutmu apa yang akan dilakukan pasangan di malam pertamanya?" tanya Kaze, mendekat ke arah Naia yang terlihat gugup dan panik. Naia meneguk saliva secara kasar, mendongak ke arah Kaze dengan ekspresi panik bercampur gugup. "Mau kubantu untuk melepas dressmu?" tanya Kaze yang sudah berdiri tepat di depan Naia. "A-apa maksud Kakak?" tanya Naia, refleks menyilangkan tangan di depan dada. Lagi-lagi dia meneguk saliva secara kasar. "Ini malam pertama kita, Naia. Jangan berpura-pura tidak paham," ucap Kaze, memperjelas tujuan dan keinginannya pada perempuan yang telah sah menjadi istrinya ini. Dia meraih tangan Naia yang menyilang di depan dada lalu menyingkirkannya pelan
"Dia tidak butuh Nabila dekat denganmu atau tidak, yang dia butuhkan hanya sebuah alasan agar bisa satu kota denganmu," jelas Kaze, "dengan cara berlindung dibalik kata 'pasangan. Dia pasangan Nabila dan dia ingin bersama pasangannya." "Ouh." Naia menganggukkan kepala pelan, paham pada penjelasan Kaze. "Tapi Kak Kaze dan Nabila tidak ada hubungan apa-apa kan?" tanya Naia, kembali menyinggung masalah antara Kade dan Nabila. "Tidak ada," jawab Kaze seadanya, akan tetapi entah kenapa Naia masih curiga. Tak mungkin tak ada! Saat itu dia melihat Nabila dan Kaze berpandangan cukup lama, seolah keduanya sedang melepas rindu. Selain itu, Kaze juga sangat khawatir kalau Nabila sungguhan menikah dengan Deri. Selain alasannya karena mungkin karena sungguh khawatir Deri menggangu Naia, sepertinya ada alasan lain. Karena tidak mungkin Kaze semarah itu saat tahu Nabila ingin menikah dengan Deri. Naia sebenarnya ingin bertanya banyak. Namun, tiba-tiba saja handphone Kaze berdering. Pria itu







