LOGINSeluruh keluarga Gaia Rajendra sedang berkumpul di rumahnya untuk mengadakan syukuran sebab Gaia baru pulang dari rumah sakit, setelah sebelumnya dia dirawat karena kecelakaan tragis yang menimpanya. Di tengah acara, seorang pria tampan nan misterius datang bersama dua anak kecil, di mana ternyata pria itu adalah tamu spesial ayahnya. Awalnya, Gaia kira pria misterius itu adalah duda yang datang untuk melamarnya. Sebab pria itu terus menatap dan memperhatikannya, juga sering melempar senyum tipis padanya. Namun, ternyata pria itu adalah …. "Seluruh kamar tamu sudah dipakai. Jadi aku dan anak-anak akan tidur di sini bersamamu, Ailov. Kau tidak masalah bukan?" Gaia hanya menganggukkan kepala sambil senyum canggung pada sosok pria tampan yang berdiri menjulang tinggi–tepat di depannya.
View MoreTing'
"Gaia sayang, tolong lihat siapa yang datang." Gaia yang sedang bermain dengan ponselnya seketika menoleh pada ibunya yang meminta tolong supaya dia membuka pintu. Ada tamu! "Iya, Uma," jawab Gaia, bangkit dari sofa lalu beranjak dari sana untuk membukakan pintu. Hari ini seluruh keluarganya sedang berkumpul untuk makan malam keluarga bersama. Bukan tanpa sebab keluarganya berkumpul. Seminggu yang lalu, Gaia baru keluar dari rumah sakit, di mana sebelumnya dia dirawat lebih dari sebulan di rumah sakit karena insiden kecelakaan yang menimpanya. Kata ibunya, dia sempat koma selama seminggu karena kecelakaan tersebut. Anehnya, Gaia sama sekali tak ingat apa-apa tentang kecelakaan yang ia alami. Karena Gaia telah pulih, keluarganya berkumpul untuk mengadakan syukuran kecil-kecil–bentuk terima kasih dan rasa syukur mereka karena Gaia selamat dari maut. Ting' nong' "Bentar," ucap Gaia, mempercepat langkah kaki. Setelah di depan pintu, Gaia bergegas membuka pintu karena tak ingin membuat tamu orang tuanya menunggu lama. Ceklek' Ketika pintu terbuka, Gaia cukup terkejut melihat sosok pria tampan yang charming, dan terlihat berwibawa, berdiri menjulang tinggi di depannya. Gaia sampai mendongak untuk melihat lebih jelas wajah tampan itu. Dia terdiam, pupil matanya membesar dan entah kenapa jantungnya berdebar tak karuan saat maniknya dan manik gelap pria itu bertemu. 'Wow! Tampan sekali Abang ini.' batin Gaia, masih mendongak dan masih terus menatap sosok pria tampan di depannya. Dia terpesona! Tiba-tiba saja sudut bibir pria itu terangkat, memperlihatkan senyuman tipis yang membuat pria itu semakin tampan. Gaia yang semakin terpesona oleh senyuman tipis pria ini, reflek meletakkan tangan di dada–merasakan ritme jantungnya yang semakin menggila dan tak karuan. Satu pertanyaan dalam hati Gaia, siapa pria tampan ini? Apa tamu ayahnya, sebab ayahnya yang punya banyak kenalan dan koneksi. Tapi jika iya, sejak kapan ayahnya punya teman se tampan ini? Atau-- pria ini datang untuk melamarnya? Ah, tidak-tidak! Gaia sepertinya mulai gila karena terpesona pada pria tampan ini. "Ekhem." Suara deheman yang berat terdengar, membuat Gaia tersentak kaget–seketika lamunannya buyar. "O-oh." Gaia ber oh ria untuk menutupi kegugupannya. Pria tampan ini … sebenarnya terasa tidak asing bagi Gaia. Tapi sudah lah! Kata ibunya, otak Gaia saat ini memang sedang bermasalah. "Siapa yah?" tanya Gaia pada akhirnya, membuang jauh-jauh rasa gugup yang sempat melanda. Pria itu tersenyum lagi, bibirnya terbuka dan sepertinya ingin menjawab. Akan tetapi suara anak kecil yang manis dan pelan lebih dulu menyahut. "Mommy," panggil seorang anak kecil, membuat Gaia menunduk untuk melihat pemilik suara yang imut tersebut. Gaia cukup terkejut dan canggung saat anak kecil itu memangilnya mommy. Namun, dia baru sadar jika pria ini datang dengan dua anak kecil di sebelahnya–satu anak laki-laki yang tampan dan satu anak perempuan yang cantik. Gaia mengamati kedua anak itu secara lekat, perasaannya campur aduk melihat keduanya. Lagi-lagi dia merasa tak asing! "Kalian siapa?" tanya Gaia pelan, kembali mendongak pada pria tampan di depannya. "Temannya Papa yah?" tambahnya. Pria itu tersenyum lembut sambil mengangguk pelan. Tatapan pria ini sangat aneh–dalam dan tertuju terus pada Gaia, itu membuat Gaia kurang nyaman dan semakin canggung. Apa pria ini naksir padanya? Aish, Gaia sepertinya kepedean. Atau memang benar pria ini ingin melamarnya? Tapi dengan dua anak? Berarti pria ini seorang duda? Jika iya, tega sekali ayahnya membiarkan seorang duda melamar anak gadisnya. 'A-apa sih yang aku pikirkan? Ya Tuhan!' batin Gaia, menggaruk pipi karena merasa gila dengan pikirannya sendiri. "Eih, Nak Kaysan," ucap tante Gaia yang tiba-tiba datang sambil senyum hangat pada sosok pria itu. 'Kaysan?' batin Gaia, menyebut nama pria itu dalam pikiran dan hatinya. Nama itu terasa sangat dekat! Tanpa sadar, Gaia bengong setelah mendengar nama tersebut. Tantenya menepuk pundaknya, menyadarkan Gaia dari lamunannya. "Gaia sayang, kenapa Mas Kaysan tidak dipersilahkan masuk? Aduh, malah bengong lagi," tegur tantenya. Gaia langsung menatap pria tampan bernama Kaysan tersebut. Dengan canggung dan kikuk, Gaia mempersilahkan masuk. "Mari masuk, Pak-" "Mas," tegur tante Gaia. "Iya itu, Mas," gugup Gaia. Kaysan senyum lembut padanya, mengangguk kecil lalu berniat masuk. Akan tetapi, tiba-tiba saja tante perempuan itu mendorong Gaia ke arah Kaysan–sebuah dorongan pelan sehingga Gaia lebih dekat pada Kaysan. "Salam dong, Sayang," tegur tantenya sambil geleng-geleng kepala pada Gaia. "Hah?" Gaia menatap aneh pada tantenya, "kenapa harus di-di …-" Gaia tak melanjutkan kata-katanya, buru-buru menyalam Kaysan. Itu karena tantenya melototinya. "Sa-salam, Mas," ucap Gaia malu dan pelan. Dia begitu canggung! Sedangkan pria itu, terlihat dengan senang hati mengulurkan tangan pada Gaia. Setelah menyalam pria tampan itu, Gaia buru-buru lari dari sana. Tak peduli jika dia belum mempersilahkan tamu ayahnya masuk. Bodo amat! Dia terlanjut malu dan benar-benar canggung. Saat dia lari kecil dari sana, Gaia mendengar tantenya dan pria itu tertawa pelan. Hal tersebut membuatnya semakin malu!Jantungnya kembali berdebar sangat kencang saat mendengar tawa pria tampan bernama Kaysan tersebut. Setelah kembali ke tempat duduknya, di sofa panjang yang menghadap televisi, Gaia fokus pada handphone. Rasa gugup Gaia kembali menghantui saat pria itu datang dan dipersilahkan duduk oleh tantenya–di sofa yang sama dengan Gaia. Makan malam masih disiapkan, jadi tantenya meminta pria itu menunggu. Tapi dari banyaknya tempat duduk di rumah ini, kenapa tantenya harus mempersilahkan pria ini duduk di sebelah Gaia? Seperti ada maksud terselubung! Takut diajak mengobrol oleh pria ini, Gaia buru-buru meraih remot tv kemudian menyalakan televisi. Jantung Gaia dag dig dug, memegang remot secara kencang dan terus menekan sebuah tombol–mencari saluran televisi yang cocok. Pria ini memang hanya diam, tapi Gaia tahu jika Kaysan sedang memperhatikannya. Gaia sempat mencuri pandang, dan memang benar pria ini sedang menatapnya dengan intens. Anehnya, saat kedapatan sedang menatap Gaia, Kaysan sama sekali tak menjauhkan pandangan ataupun memalingkan wajah. Kaysan malah senyum tipis pada Gaia. Itu membuat Gaia semakin canggung, hingga rasanya canggung ini menembus ke luar angkasa. "Daddy, film kesukaan Yaya lewat. Yaya ingin menontonnya," cicit anak perempuan yang duduk di sebelah Kaysan. "Remot televisi tidak ada pada Daddy, Princess," jawab Kaysan pada putrinya, "Mommy lah yang memegang remot TV." "Yaya takut," cicit anak perempuan itu lagi. Diam-diam Gaia mendengar percakapan antara anak dan ayah tersebut. Ugh! Suara berat pria ini membuat pipinya blushing. Selain wajahnya yang tampan, Gaia rasa suara pria ini juga tampan. Mengingat tadi Kaysan sempat menyebut kata 'mommy pada putrinya, Gaia langsung menoleh ke sana kemari. 'Mommy katanya? Berarti dia punya istri dan bukan duda dong. Dia bilang-- Mommy lah yang memegang remot TV. Berarti istrinya saat ini ada di sini dan sedang memegang remot TV.' batin Gaia, sambil celingak-celinguk untuk mencari seorang perempuan yang memegang remot televisi. Dia penasaran siapa istri pria ini. Namun, menyadari sesuatu, Gaia dengan cepat menoleh ke arah tangannya. 'Loh, kan aku yang megang remot TV.' paniknya dalam batin. Remot televisi hanya ada satu dan itu ada di tangannya. "Mommy." Gaia mendongak cepat, wajahnya tegang dan pucat. Kali kedua anak perempuan ini memanggilnya mommy. Tadi-- anggaplah hanya kebetulan. Tapi sekarang? "Yaya ingin menonton Larva," pinta anak kecil itu, menyentuh lembut tangan Gaia yang sedang memegang remot. Gaia meneguk saliva secara kasar, gugup dan canggung bercampur. Sepertinya Kaysan memang duda yang berniat melamarnya. Fix! Sebab sejak dari tadi, pria ini senyum padanya. Akan tetapi lancang sekali dia menyuruh putrinya memanggil mommy pada Gaia, sedangkan Gaia saja belum menerima lamaran pria ini. "Nah." Gaia dengan cepat menyerahkan remot pada anak kecil itu. "Jangan panggil aku Mommy. Aku bukan ibumu," lanjut Gaia cukup ketus, terlalu gugup dan grogi. Anak kecil itu terlihat sedih, langsung mendekat ke arah daddy-nya. "Mommy masih sakit, Princess," ucap Kaysan pada putrinya, berkata lembut sambil mengusap pucuk kepala putrinya dengan penuh kasih sayang. Mendengar itu, jantung Gaia kembali berdebar sangat kuat. Dia reflek berdiri, menatap tegang pada sosok pria dan kedua anak itu. Apa maksud pria ini?Gaia yang sedang berbicara dengan putrinya, seketika teralihkan saat handphone-nya berdering. Dia langsung meraih HP, melihat siapa yang menelponnya. "Daddymu menelpon, Mommy angkat telepon dulu yah, Sayang. Bentar," ucap Gaia, mendapat anggukan dari Naia. Setelah mommynya menjauh, Naia menghela napas. Dia menatap sang mommy dengan ekspresi yang murung, benar-benar sedih dan bimbang secara bersamaan. "Daddy saja kalau ada apa-apa langsung menghubungi Mommy. Sedangkan Kak Kaze, sepertinya dia kesenangan nomornya ku blokir," gumam Naia, lagi-lagi menghela napas lalu meraih HP-nya. Naia kemudian membuat sebuah story di sosial media-nya. Namun, sebelumnya dia sudah memastikan kalau keluarganya dan keluarga Kaze tak akan melihat story tersebut. [Buat para suhu, info dong cara kabur dari pernikahan. Soalnya doi sukanya ke orang lain, tapi maksa nikah dengan diriku yang imut ini.] Story sosial media yang Naia buat, di mana Story tersebut sudah ia khususkan untuk teman-temannya saja. Dia
Apa Kaze ingin menemui Nabila? Kaze ingin menolong Nabila yang terluka? Naia membuka pintu mobil lalu buru-buru keluar dari dalam. Sepertinya Kaze lupa mengunci pintu karena tergesa-gesa, dan syukurlah karena dengan begitu Naia bisa keluar. Naia buru-buru tergesa-gesa masuk ke dalam restoran. Dia ingin melihat apa yang ingin Kaze lakukan. Apakah pria itu benar-benar ingin membantu Nabila? Atau ada sesuatu yang Kaze sembunyikan darinya. Saat masuk ke restoran, dada Naia bergemuruh hebat. Dia penasaran tetapi dia khawatir sesuatu yang ia takutkan terjadi. Setelah di tempat tadi, Naia mengerutkan kening karena tiba-tiba saja di sana sudah ramai. Para penjaga atau satpam telah berkumpul, begitupun para pelayan restoran yang terlihat panik. Naia bisa melihat Nabila yang terlihat panik. Sedangkan Kaze, pria itu …- Bug' Naia meringis melihat itu, langsung memejamkan mata kala melihat Kaze memukul seorang pria. Dari kemeja yang pria itu kenakan, kalau Naia tak salah ingat, dia ada
Setelah mengambil foto bersama Kaze, pria itu izin membawanya untuk menghabiskan waktu berdua pada orang tua Naia. Orang tua Naia tentu mengizinkan. Sedangkan Naia, dia bersikeras ikut dengan orang tuanya karena ingin cepat-cepat pulang ke kotanya. Namun, tetap saja pada akhirnya dia pergi dengan Kaze. "Sepertinya kau marah padaku," ucap Kaze, di mana mereka masih dalam mobil. Entah kemana pria ini akan membawanya! "Tidak." Naia menjawab cepat, menoleh singkat pada Kaze supaya tak terkesan sedang bad mood, lalu kembali fokus pada ponselnya–bertukar pesan dengan sahabatnya, Kika. Ah, sayang sekali karena dia dan Kika tidak sempat bertemu setelah turun dari aura. Itu karena mereka sama-sama fokus pada keluarga masing-masing. "Lalu kenapa kau tidak banyak bicara? Tidak seperti biasanya," ujar Kaze, menoleh sejenak pada Naia lalu memilih fokus pada jalanan. "Aku sukanya ngobrol sama sesama manusia, bukan sama tembok," jawab Naia, masih memilih fokus pada handphone. Jika tadi di
Setelah itu, Naia buru-buru masuk ke dalam kontrakan. Kaze menghela napas, turun dari mobil kemudian segera menghampiri kontrakan. Dia mengetuk pintu beberapa kali, akan tetapi pintu tersebut tak kunjung dibuka. Dia juga mencoba menghubungi Naia, namun alih-alih telponnya diangkat, Naia malah memblokir nomornya. "Tuan, sepertinya Nona Naia marah pada anda," ucap Arsen pelan. "Kurasa," jawab Kaze singkat sambil membuka pesan yang sempat Naia kirim padanya. --Wifey-- [Kak, aku ingin pulang. Soalnya besok aku ada gladi wisuda jam 8 pagi. Tapi sebelum itu, aku harus mengambil undangan, toga, dan mengurus kepentingan lainnya sebelum wisuda.] [Kak Kaze. Tolong baca! Aku nggak bohong. Besok aku ada gladi.] [Kak!] "Ck." Kaze berdecak pelan setelah membaca pesan dari Naia tersebut. "Arsen, bukankah kau bilang acara gladi untuk wisuda Naia, masih lusa?" "Ya, benar, Tuan." Arsen mengantikan kepala secara singkat. "Ada masalah, Tuan?" Kaze menghela napas panjang lalu diam dengan ek
Naia semakin tidak nyaman di tempat ini karena beberapa kali dia melihat perempuan itu mencuri pandang pada Kaze. Calon suaminya sendiri, memang tidak lagi pernah memandang perempuan itu. Kaze lebih fokus pada sebuah tablet canggih di tangannya, diberikan oleh Arsen yang juga disini–Kaze memeriksa pekerjaan. Namun, tetap saja Naia sangat tidak nyaman dan terganggu. Meskipun Kaze tak lagi menatap perempuan itu, tetapi pria ini tadi sempat bersitatap dan durasinya cukup lama. Naia mengeluarkan HP lalu mengetik pesan, mengirimnya pada Kaze. Dia meminta supaya Kaze mengantarnya pulang. Dia sebenarnya ingin mengatakannya secara langsung, akan tetapi dia takut dan cukup malu. Ada banyak orang dewasa di sini, dia takut dicap manja serta rewel oleh mereka. Ting' Mendengar notifikasi pesan, Kaze memeriksa HP. Akan tetapi belum sempat dia membuka ponsel dan membaca pesan dari perempuan di sebelahnya, tiba-tiba saja suara pecahan gelas terdegar. Prank' Kaze meletakkan kembali ponsel, me
"Ki-kita mau kemana?" gugup Naia, dia sedikit cemas karena ini sudah jam sepuluh malam dan dia masih di luar bersama dengan seorang pria. Meskipun Kaze adalah calon suaminya, akan tetapi Naia merasa tetap harus mewaspadainya. "Ke hotel," jawab Kaze santai, membuat Naia melebarkan mata dan semakin panik. "Hotel?" gumam Naia dengan pelan, menatap syok dan waspada pada Kaze. "Kak, aku putrinya seorang Kaysan Dante Smith yah. Kakak jangan macam-macam padaku." "Siapa yang ingin macam-macam padamu," datar Kaze, melirik datar ke arah Naia. Setelah itu dia menggelengkan kepala, tak habis pikir dengan jalan otak perempuan ini. "Sebelum aku menjemputmu, aku sedang ada urusan di hotel DeRoyal. Tapi karena aku harus menjemputmu, aku meninggalkan beberapa dokumen penting di sana," jelas Kaze dengan nada datar dan tanpa menoleh ke arah Naia, menatap lurus ke arah jalan, "kau tidak perlu repot-repot mengotori kepalamu dengan berpikir negatif padaku. Aku tidak tertarik padamu." Awalnya






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments