Home / Rumah Tangga / IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU! / 78. Pertolongan Pertama

Share

78. Pertolongan Pertama

last update Huling Na-update: 2025-04-08 21:51:01

Jeritan Ashley menggema di tengah kerumunan yang mulai bubar. Petugas keamanan kini menahan Doni yang terus melawan, sementara beberapa staf mall sibuk merapikan kursi dan meja yang berserakan.

Ashley masih duduk di lantai, memangku kepala Hans yang napasnya berat. Mata Ashley basah, tangannya gemetar saat membelai wajah suaminya.

"Ko, bangun, jangan diam saja seperti ini. Aku takut." Suara Ashley gemetar.

Sirine ambulance terdengar mendekat.

Beberapa detik kemudian, tim medis berlari masuk membawa tandu.

“Cepat! Pasien pingsan,” teriak Liam sambil menunjuk ke arah Hans yang sudah terkulai lemas di pangkuan Ashley.

Ashley masih memangku kepala Hans. "Tolong ... tolong dia, cepat."

Ashley menyingkir perlahan saat petugas mengangkat Hans ke atas tandu. Tanpa perlu diminta, ia ikut naik ke dalam ambulans dan duduk di samping tubuh suaminya yang kini sudah dipasangi selang oksigen.

Liam hanya bisa menatap saat
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (23)
goodnovel comment avatar
Cica
semoga aja si Hans baik-baik saja si Ashley kaget bngt tuh
goodnovel comment avatar
Attin26
apa pun yang terjadi semoga Hans segera pulih dan bisa jelaskan semuanya sama Ashley...
goodnovel comment avatar
Attin26
transplantasi jantung, apa jangan-jangan jantung Hans adalah jantung mendiang suami Ashley ya....
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   79. Tersentak

    Ashley menatap Bram tanpa berkedip. Kata-kata dokter itu masih bergema di telinganya—transplantasi jantung?Namun sebelum Ashley sempat bertanya lebih lanjut, Liam tiba-tiba melangkah cepat mendekat.“Dok, kalau boleh tahu, kapan Pak Hans bisa dipindahkan ke ruang perawatan?” tanya Liam cepat, seolah berusaha mengalihkan.Bram menoleh ke Liam dan mengangguk kecil. “Sebentar lagi. Kami pastikan dulu tekanan darahnya stabil. Tapi beliau masih belum sadar.”Ashley ikut mendekat. “Kalau sudah di ruang intensif, saya boleh masuk, kan?”“Boleh. Nanti perawat akan panggil Ibu kalau sudah dipindahkan,” jawab Bram.Ashley menunduk, mencoba menahan perasaan yang campur aduk di dalam dadanya. Tapi pertanyaan tadi masih terus mengganggu pikirannya. Perlahan, ia mendongak lagi."Dok …." Suara Ashley pelan, tampak ragu. “Tadi Dokter bilang soal transplantasi jantung. Maksudnya, Ko Hans pernah—”“Kita bahas nanti, Bu. Sek

    Huling Na-update : 2025-04-09
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   80. Masa Lalu Hans

    Naomi dan Candra saling pandang. Ekspresi mereka berubah tegang, seperti sedang menimbang apakah ini saat yang tepat untuk bicara.Ashley memperhatikan dengan cemas. “Jadi … kalian memang tahu?” tanyanya pelan. “Kalian tahu soal transplantasi jantung itu?”Naomi menatap Ashley lekat-lekat, lalu mengangguk perlahan. “Kami tahu, Ashley. Karena kami orang tuanya.”Ashley terdiam. Ia menunggu, sementara Naomi mulai menjelaskan.“Sejak kecil, Hans memang memiliki kelainan pada jantungnya. Kami baru tahu saat usianya menginjak tiga tahun. Sejak itu, kami harus rutin membawanya kontrol. Ia tumbuh seperti anak normal, tapi tetap ada batasan.”Candra melanjutkan, “Sekitar setahun yang lalu, kondisinya mulai memburuk. Sebelumnya sempat stabil, tapi waktu itu, keluhannya makin sering muncul. Dokter bilang transplantasi adalah satu-satunya jalan.”Naomi mengangguk. “Iya. Kami sangat bersyukur, delapan bulan lalu Hans mendapat donor

    Huling Na-update : 2025-04-10
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   81. Kesadaran

    Suasana di ruang perawatan Hans terasa sunyi. Hanya suara alat bantu pernapasan dan detak monitor yang terus berdetak pelan, seperti mengiringi denyut jantung Ashley yang belum juga tenang.Setelah Naomi dan Candra pamit pulang, Ashley kini sendirian di dalam ruangan itu. Ia duduk di kursi di sisi ranjang Hans, menggenggam tangan suaminya yang masih belum sadar. Cahaya lampu di sudut langit-langit ruangan membuat wajah Hans tampak pucat, jauh berbeda dari biasanya.Ashley menyandarkan dagunya di tangan Hans, memejamkan mata sejenak. Hatinya masih dihantui rasa bersalah. Berkali-kali ia berbisik dalam hati, menyalahkan dirinya sendiri.Ashley mengusap punggung tangan Hans dengan lembut. “Ko, bangunlah. Aku di sini. Kamu nggak sendiri.”Ponsel Ashley yang sejak tadi diam di atas meja kecil tiba-tiba bergetar. Sebuah panggilan video masuk.Ashley cepat-cepat mengangkat panggilan itu. Di layar, tampak wajah mungil Haneul, dengan pipi tem

    Huling Na-update : 2025-04-11
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   82. Kembali Pulih

    Tiga hari telah berlalu sejak Hans membuka matanya. Meski hanya sehari tidak sadarkan diri, bagi Ashley rasanya seperti waktu berhenti. Kecemasan yang sempat menyesakkan dadanya perlahan memudar, tergantikan oleh rasa syukur yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.Ruang perawatan yang dulu terasa dingin dan mencekam kini dipenuhi harapan. Suara monitor yang semula terdengar seperti ancaman kini terdengar biasa saja, tidak lagi menakutkan. Wajah Hans pun tidak lagi pucat seperti saat pertama kali dilarikan ke rumah sakit.Pagi ini, Hans sudah diperbolehkan pulang.Ashley berdiri di sisi ranjang, membereskan tas kecil berisi pakaian dan perlengkapan Hans. Sesekali ia melirik suaminya yang tengah duduk bersandar di ranjang, menatap keluar jendela dengan mata yang lebih hidup. Senyum tidak pernah benar-benar lepas dari wajah Ashley sejak suara Hans kembali menyapanya tiga hari lalu.Setelah memastikan semua barang sudah masuk ke dalam tas,

    Huling Na-update : 2025-04-12
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   83. Bersama Keluarga

    Setelah puas bermain dengan Haneul, Ashley mengajak Hans masuk ke kamar untuk istirahat. Bayi mungil itu kini tertidur pulas dalam gendongan Winda. “Aku bawa Ko Hans ke kamar dulu, ya, Bu,” ucap Ashley sambil tersenyum pada Winda. Winda mengangguk. “Iya, Bu. Nanti kalau butuh sesuatu, panggil saya aja.” Ashley berjalan ke arah kursi roda. Liam yang sedari tadi berdiri di sisi Hans langsung bergerak, siap mendorong. “Biar saya bantu dorong, Bu.” Namun tangan Ashley langsung menahan pegangan kursi roda. "Nggak usah, Liam. Biar aku saja," kata Ashley dengan senyum ramah. "Aku yang dorong." Liam sedikit terkejut, tapi mengangguk sopan. “Baik, Bu.” Ashley tersenyum kecil, lalu mulai mendorong kursi roda perlahan menuju kamar mereka. Hans menoleh sedikit, menatap wajah istrinya dari bawah. “Kamu yakin kuat dorong aku sendirian?”

    Huling Na-update : 2025-04-13
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   84. Dalam Sel

    Di ruang kunjungan tahanan, suasana terasa sunyi dan dingin. Riana duduk di kursi besi, tangannya menggenggam tas kecil erat-erat di pangkuannya. Begitu Doni muncul dari balik pintu besi dengan seragam tahanan dan wajah kusam, Riana langsung berdiri.“Doni,” panggil Riana pelan, suaranya bergetar.Doni melihat ibunya, wajah Doni yang tadinya datar langsung berubah. Ia mempercepat langkahnya, dan sesaat kemudian, tubuh mereka saling berpelukan di tengah ruang kunjungan itu. Riana menangis tersedu, membenamkan wajahnya di dada Doni.“Maafkan Mama, Nak … Mama telat datang. Mama enggak sanggup lihat kamu di tempat begini,” isak Riana pelan.Doni mengusap punggung ibunya. “Sudah, Ma. Aku yang bodoh. Tapi, sumpah … semua ini gara-gara dua baj*ngan itu.”Riana melepaskan pelukan, menatap tajam ke mata anaknya. “Ashley sama Hans, maksudmu?”“Iya!” desis Doni, rahangnya mengeras. “Kalau bukan karena dua orang brengs*k itu, aku enggak

    Huling Na-update : 2025-04-14
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   85. Siapa itu!

    Hans memutar kepala, matanya menyapu sekitar taman yang remang. Sorot matanya waspada. Ia merasa seperti ada yang mengawasinya.Ashley refleks mundur satu langkah, menyembunyikan dirinya di balik tirai. Jantungnya berdegup kencang. Napasnya ditahan, seolah suara helaan kecil saja bisa membuatnya ketahuan.Di luar sana, Hans berdiri beberapa detik lebih lama, matanya mengarah ke pintu yang setengah terbuka. Ia lalu menurunkan ponsel dari telinganya, menekan tombol untuk mengakhiri sambungan telepon, lalu menyelipkan ponsel ke dalam saku celana dengan cepat. Kemudian, tanpa menoleh lagi, ia berjalan kembali ke dalam rumah lewat pintu samping.Ashley melangkah tergesa menaiki tangga. Ia tidak tahu Hans melihatnya atau tidak, tapi ia tidak berani ambil risiko. Sesampainya di kamar, Ashley masuk dan langsung duduk di depan meja rias, lalu mulai mengeringkan rambut.Beberapa menit kemudian, Hans masuk. “Kamu dari mana, Ko?” Ashl

    Huling Na-update : 2025-04-15
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   86. Sial

    Hans baru saja selesai mengenakan baju dan melangkah keluar dari kamar mandi. Begitu sampai di tangga, ia mendengar suara kegaduhan yang datang dari arah depan rumah. Alisnya mengernyit. Suara itu terdengar semakin jelas, seperti ada orang yang sedang berteriak-teriak.Tanpa pikir panjang, Hans turun dengan cepat. Hatinya mulai tidak tenang. Ketika sampai di ruang tamu dan membuka pintu depan, matanya langsung menangkap pemandangan yang membuat darahnya berdesir.“Ashley!” serunya panik.Tubuh sang istri tergeletak di lantai, dengan darah segar mengalir dari pelipisnya. membasahi lantai keramik.Hans segera berlutut, tangannya gemetar saat menyentuh wajah Ashley yang pucat. “Sayang … astaga …,” gumamnya cemas.Hans menekan pelipis Ashley dengan telapak tangannya, mencoba menghentikan darah yang terus keluar.Hans meraih ponsel dari saku celananya, nyaris menjatuhkannya karena panik. Namun sebelum sempat menekan tombol d

    Huling Na-update : 2025-04-16

Pinakabagong kabanata

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   95. Kepercayaan Ashley

    Kedatangan Sisil di rumah Hans tentu saja membuat hati kecil Ashley penuh pertanyaan. Siapa wanita yang sempat memeluk suaminya itu? Namun, jangankan bertanya, ingin bernapas saja dadanya masih terasa sesak. Ashley sekuat tenaga menahan semua rasa itu demi sang suami.Tiba di lantai atas, Hans langsung membuka pintu kamar agar sang istri bisa masuk lebih dulu. Ia tidak ingin Ashley semakin kepikiran tentang Sisil, meskipun kenyataannya Ashley memang harus tau siapa Sisil sebenarnya.Keduanya melangkah lebih dalam masuk ke dalam kamar, kemudian Hans menutup pintu kamar rapat. Ada rasa campur aduk di dalam hati pria itu, apakah ini waktu yang tepat mengatakan semuanya pada sang istri?“Uhm … Ash?” panggil Hans tiba-tiba menghentikan langkah kaki sang wanita.

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   94. Tamu Tak Diinginkan

    Ashley mengerutkan kening. Ia perlahan turun dari gendongan Hans, berdiri di samping suaminya yang masih mematung, menatap ke arah sosok asing yang berdiri di ruang tamu. "Siapa perempuan itu? Kenapa Ko Hans terlihat begitu tegang?" batin AshleyPerempuan itu tampak anggun, dengan senyum lebar yang seolah tidak menyadari keterkejutan yang mengisi udara di sekitar mereka. Rambutnya tergerai rapi, bibirnya dilukis merah muda, dan matanya bersinar—seolah kedatangannya adalah kabar baik.Belum sempat Ashley bertanya, perempuan itu tiba-tiba melangkah cepat dan langsung memeluk Hans begitu saja, tanpa ragu.Ashley tersentak. Ia berdiri terpaku, matanya membelalak. Dadanya sesak seketika, jantungnya berdegup keras. Sedetik tadi, malam terasa hangat. Kini, ia seperti dilempar ke dalam kolam es.Sementara Hans juga tampak terkejut. Tubuhnya menegang beberapa detik, sebelum akhirnya ia mendorong perempuan itu perlahan, menjauh dari dirinya.

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   93. Siapa?

    Setelah makan sore yang hangat dan sederhana, Hans dan Ashley akhirnya memutuskan untuk pulang. Hari mulai gelap, dan suasana di antara mereka dipenuhi dengan kehangatan yang masih membekas dari obrolan-obrolan kecil selama makan tadi. Di dalam mobil, Ashley memegang kotak kecil berisi kalung itu erat-erat di pangkuannya. Jemarinya sesekali menyentuh liontin bintang di dalamnya, seolah memastikan hadiah itu nyata dan bukan sekadar khayalan."Aku masih nggak percaya kamu melakukan ini," katanya pelan, masih menatap kotak itu. “Kupikir kita cuma mau makan aja.”Hans melirik sekilas sambil tersenyum. "Kamu suka?" Ashley mengangguk, senyumnya melebar. "Iya, aku sangat suka."Beberapa saat mereka diam. Musik lembut mengisi keheningan, menemani pemandangan lampu-lampu jalan yang melintas perlahan di balik kaca jendela.Tidak lama kemudian, Hans menepikan mobil ke bahu jalan yang cukup sepi, lalu mematikan mesin.As

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   92. Senyuman

    Sore harinya, dokter akhirnya masuk dengan senyum hangat di wajahnya. Setelah memeriksa hasil tes dan kondisi fisik Ashley, ia memberikan keputusan yang dinanti-nanti."Semua hasilnya baik. Tidak ada indikasi komplikasi. Jadi, Bu Ashley sudah boleh pulang sore ini, ya. Tapi tetap harus banyak istirahat di rumah."Ashley nyaris melompat dari tempat tidur kalau saja Hans tidak langsung menahan bahunya. Senyum lebarnya tidak luntur sedikit pun sejak dokter mengucapkan kata “boleh pulang.”“Terima kasih banyak, Dok!” ucap Ashley semangat.Hans mengangguk sopan. Setelah proses administrasi dan pengambilan obat selesai, mereka pun meninggalkan rumah sakit.Sepanjang perjalanan di dalam mobil, Ashley nyaris tak berhenti tersenyum. Ia duduk dengan tubuh condong ke depan, memeluk tas kecilnya, sementara pandangannya sesekali melongok keluar jendela.Hans yang menyetir di sebelahnya melirik beberapa kali, lalu tersenyum tipi

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   91. Penuh Cinta

    Pagi menjelang dengan langit yang perlahan berubah cerah, cahayanya menyusup masuk lewat tirai kamar rumah sakit. Ashley duduk di tepi ranjang, mengenakan sweater tipis dan celana panjang yang dibawakan Hans semalam. Rambutnya tergerai seadanya, luka di kepalanya sudah dibalut rapi. Meski nyut-nyutan masih terasa, wajahnya terlihat jauh lebih segar daripada malam sebelumnya.Hans mondar-mandir di kamar, membereskan tas kecil yang berisi barang-barang Ashley. Sesekali ia melirik istrinya, memastikan semuanya baik-baik saja.Ashley menggeser selimutnya pelan dan menurunkan kaki ke lantai. Dengan hati-hati, ia berdiri, lalu berjalan perlahan ke arah kamar mandi.Hans yang sedang membereskan tas langsung menghentikan gerakannya. “Mau ke mana?” tanyanya cepat.“Mau ke kamar mandi,” jawab Ashley tanpa menoleh.“Biar aku antar,” ucap Hans, sudah melangkah mendekat.Ashley menoleh sebentar. “Nggak usah, Ko. Aku bisa sendiri.”Ha

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   90. Perhatian

    Lampu kamar menyala temaram. Dari balik tirai jendela besar, langit malam tampak gelap tanpa bintang. Ruangan sunyi, hanya suara hembusan pelan AC yang terdengar.Hans kembali duduk di kursi, sementara Ashley masih bersandar lemah di ranjang. Mereka terus mengobrol, seolah tidak ingin malam cepat berlalu.“Tadi kamu bilang darahku banyak sekali?” tanya Ashley sambil memutar tubuhnya sedikit ke arah Hans.Hans mengangguk. “Iya, aku bener-bener panik. Rasanya mau teriak minta tolong ke seluruh dunia.”Ashley tertawa kecil, tapi langsung meringis karena kepalanya masih nyut-nyutan. “Jangan lebay, Ko.”“Aku serius,” ucap Hans cepat. “Saat kamu nggak sadarkan diri, aku sangat khawatir. Aku nggak tahu apa yang harus kulakukan jika kamu sampai ....”Ashley menyentuh tangan Hans, menggenggamnya erat. “Aku masih di sini.”Hans mengangguk, menatap mata istrinya lama.Beberapa menit mereka terdiam. Lalu Ashley menguap

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   89. Kehangatan

    Suara pintu yang berderit pelan memecah keheningan kamar rumah sakit. Hans melangkah masuk, perlahan menutup pintu di belakangnya. Di ranjang, Ashley terbaring dengan wajah pucat. Matanya tertutup, nafasnya pelan tapi teratur. Perban membalut dahinya, dan selang infus menancap di tangannya.Perlahan, Hans mendekat dan duduk di kursi di samping ranjang. Ia menggenggam tangan Ashley, menatap wajah pucat itu dalam diam sejenak, lalu menunduk, mengecup jemari istrinya.“Ash …,” bisiknya pelan. “Bangun, ya. Aku di sini.”Beberapa detik berlalu. Lalu, pelan-pelan, mata Ashley terbuka. Pandangannya masih kabur, bola matanya bergerak ke kanan dan kiri sebelum akhirnya menangkap sosok Hans yang duduk di sisinya.“… Ko?” suara Ashley serak, nyaris tidak terdengar.Hans mengangkat kepala, bibirnya membentuk senyum lega. “Ya, aku di sini, Sayang.”Ashley memutar pandangannya, mencoba mengenali tempat itu. “Aku … di mana?”

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   88. Rencana

    Naomi datang dengan napas sedikit terengah, wajahnya penuh kecemasan saat melihat Winda membuka pintu.“Gimana? Sudah ada kabar?” tanya Naomi cepat begitu masuk, matanya langsung menatap ke arah Haneul yang ada dalam pelukan Winda.Winda menggeleng pelan. “Belum, Bu. Pak Hans belum hubungi saya lagi. Saya juga udah coba nelpon, tapi belum diangkat.”Naomi mengangguk sambil menarik napas panjang, lalu mengulurkan tangannya. “Sini, saya gendong Haneul.”Winda menyerahkan bayi itu dengan hati-hati. “Dia masih sesekali menangis, Bu. Tapi sudah nggak sekencang tadi. Namun masih gelisah.”Naomi langsung memeluk tubuh mungil itu erat-erat. Ia duduk di sofa, mengayun perlahan sambil mengelus punggung Haneul. “Haneul …” ucapnya lembut. “Kamu kenapa, Nak? Kamu tahu ya Mama kamu lagi sakit?”Haneul masih sesenggukan kecil di pelukan Naomi. Kepalanya menyandar di bahu sang nenek, matanya setengah terpejam.“Mama kamu orang

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   87. Pertolongan

    Hans membuka pintu mobil dengan cepat dan dengan hati-hati meletakkan tubuh Ashley di jok penumpang. Tangannya masih gemetar, ia lalu masuk ke kursi pengemudi, menekan tombol start engine, dan mobil langsung menyala. Tanpa buang waktu, Hans melajukan mobil keluar dari halaman rumah.“Sayang, kamu dengar aku?” Hans melirik ke arah Ashley yang masih tak sadarkan diri. “Kamu harus bertahan. Aku akan bawa kamu ke rumah sakit. Aku nggak mau kehilangan kamu."Mobil melaju kencang, melibas jalanan pagi yang masih lengang. Hans tidak peduli pada rambu-rambu. Tangannya mencengkeram setir kuat-kuat, sementara sesekali ia menepuk pipi Ashley pelan.“Ashley, coba buka mata kamu. Sedikit saja,” ucap Hans pelan, suaranya parau. “Aku tahu kamu dengar. Kamu kuat, kan? Kamu selalu kuat.”Tidak ada respons. Napas Ashley lemah, wajahnya pucat, darah masih tampak mengalir meski tidak sederas sebelumnya.“Jangan buat aku takut begini, Sayang,” lanju

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status