Share

Bab 109 Butuh Uang

last update Last Updated: 2025-05-12 19:32:30

Di rumah, Nabila yang tengah menggendong Sandi di taman belakang dekat kolam, tiba-tiba mendapat telepon dari Laksmi.

“Halo, Tante, ada apa? Bagaimana kabar Tante dan Om Bayu?” sapa Nabila di balik telepon.

“Nabila, langsung saja, ya, Tante nggak suka basa-basi. Jadi begini, Tante butuh uang untuk melunasi motor Om kamu. Akhir-akhir ini, Om kamu jarang sekali mendapatkan uang tips dari bengkel tempat dia bekerja. Uang gaji satu bulan saja, hanya cukup untuk biaya sehari-hari saja,” ujar Laksmi.

“Em … begitu, ya? Tapi nanti aku bilang dulu sama Mas Gala,” sahut Nabila.

Laksmi berdecak di seberang telepon sana. Kesal kepada Nabila, menurutnya sikap Nabila terlalu berlebihan.

“Loh, kenapa mesti izin suami kamu segala? Uang Gala ya berarti uang kamu juga. Kenapa, sih, semenjak kamu menikah dengan orang kaya, kamu jadi pelit begini sama Tante? Apa kamu mau balas dendam gara-gara Tante mengambil alih rumah mendiang ayah kamu?” tanya Laksmi.

Nabila menghembuskan napas kasar. Laksmi terlalu m
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 109 Butuh Uang

    Di rumah, Nabila yang tengah menggendong Sandi di taman belakang dekat kolam, tiba-tiba mendapat telepon dari Laksmi.“Halo, Tante, ada apa? Bagaimana kabar Tante dan Om Bayu?” sapa Nabila di balik telepon.“Nabila, langsung saja, ya, Tante nggak suka basa-basi. Jadi begini, Tante butuh uang untuk melunasi motor Om kamu. Akhir-akhir ini, Om kamu jarang sekali mendapatkan uang tips dari bengkel tempat dia bekerja. Uang gaji satu bulan saja, hanya cukup untuk biaya sehari-hari saja,” ujar Laksmi.“Em … begitu, ya? Tapi nanti aku bilang dulu sama Mas Gala,” sahut Nabila.Laksmi berdecak di seberang telepon sana. Kesal kepada Nabila, menurutnya sikap Nabila terlalu berlebihan.“Loh, kenapa mesti izin suami kamu segala? Uang Gala ya berarti uang kamu juga. Kenapa, sih, semenjak kamu menikah dengan orang kaya, kamu jadi pelit begini sama Tante? Apa kamu mau balas dendam gara-gara Tante mengambil alih rumah mendiang ayah kamu?” tanya Laksmi.Nabila menghembuskan napas kasar. Laksmi terlalu m

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 108 Penuh Ambisi

    Erina buru-buru mematikan sambungan teleponnya dengan Nadin. Ia pun beranjak dari posisi duduknya, sambil membawa kartu ATM milik Faisal.“Loh, Bapaknya ke mana, Bu?” tanya mbok Min, ia tengah membawa satu gelas jus yang diminta Faisal tadi.“Nggak ada, Mbok minum saja sendiri jusnya,” jawab Erina, meninggalkan mbok Min yang berdiri mematung seorang diri.Mbok Min mengedikkan bahunya, menatap jus yang masih utuh itu.“Ternyata kamu ditakdirkan untukku, jus. Ayok ikut Mami ke dapur, biar tak habisin kamu!” seru mbok Min, membawa kembali jus itu ke dapur.Erina telah bersiap untuk pergi menuju ATM terdekat. Ia pun membawa mobil seorang diri.“Bu Erina mau ke mana?” sapa Nabila, saat mereka berpapasan di depan. Nabila tengah menimang Sandi.“Bukan urusan kamu,” sahut Erina bernada ketus. Ia pun masuk ke dalam mobil.Nabila menghela napas kasar sambil beberapa kali mengelus dada. Harus bisa sabar dalam menghadapi sikap mertuanya itu.Erina mulai melajukan mobilnya keluar dari garasi kemud

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 107 Saudara Kembar

    Beberapa hari kemudian, Erina tengah duduk santai di dekat kolam renang di siang hari itu. Dengan segelas jus jeruk dingin buatan mbok Min, Erina tampak menikmatinya.Tiba-tiba ponsel yang ia simpan di atas meja, bergetar saat sebuah pesan masuk ke nomornya. Erina pun meraih ponsel tersebut, lantas membuka pesan itu dan membacanya.“Tante, aku mau ngomong sama Tante. Boleh?” tanya Nadin, dalam pesan itu.Erina tidak membalas pesan itu, melainkan menelpon Nadin saat itu juga.“Halo, Nadin, mau ngomong apa, Sayang?” tanya Erina di balik telepon.“Em … begini, Tante. Aku mau ngomong masalah modal yang dijanjikan Tante waktu itu. Apakah sudah ada?” tanya Nadin.Erina menggaruk kepalanya yang tidak gatal.“Sayang, em … sebentar, ya. Tante sedang mencari cara untuk mendapatkan uangnya. Soalnya jatah bulanan Tante sudah mulai menipis. Sekarang ATM papinya Gala juga selalu dibawa. Jadi Tante tidak leluasa untuk memakai ATM-nya,” jawab Erina.“Begitu ya, Tan? Padahal aku ingin sekali memulai u

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Part 106 Minta Uang

    Nadin terbelalak mendengar permintaan ibunya barusan.“Apa, Ma? Mama nyuruh aku minta uang lagi sama Tante Erina? Nggak-nggak, aku nggak mau. Nanti Tante Erina malah curiga, lagi, kalau aku sedang memanfaatkannya,” tolak Nadin.Mona mendelikkan matanya ke atas sambil melipat kedua tangannya di depan dada.“Kalau disuruh sama orang tua itu harus nurut, Nadin. Apalagi Mama ini ibu kamu. Wajib bagi kamu, menuruti perintah Mama. Besar pahalanya jika kamu mengabulkan keinginan Mama,” ucap Mona menceramahi.Nadin berdecak kesal, Mona malah menceramahinya, seolah ucapannya semua adalah benar.“Nanti saja lah, Ma. Jangan sekarang, biar Tante Erina tidak curiga!” Nadin masih menolak permintaan Mona.“Ya sudah kalau kamu nggak mau nurutin keinginan Mama. Kalau begitu, Mama minta uang kamu saja. Mana uangnya!” Mona menengadahkan tangan ke arah Nadin.Nadin semakin kesal dengan tingkah Mona. Yang menurutnya tidak seharusnya seorang ibu memiliki sifat iri terhadap anaknya sendiri.“Iya-iya … Mama

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 105 Bangga

    Nadin beranjak dari posisi duduknya. Ia kemudian berjalan keluar dari restoran itu. Nadin pun menyetop taksi yang kebetulan lewat, lantas menaikinya.“Ke mall ya, Pak!” ujar Nadin, memberitahu tempat yang hendak ia tuju kepada sang sopir.Mobil pun mulai melaju dengan kecepatan sedang. Nadin tak hentinya menatap gepokan uang cash pemberian dari Erina tadi.“Benar-benar indah hidupku, otakku yang cerdas, dengan mudahnya mendapatkan uang sebanyak ini. Ya Tuhan … jangan hentikan keindahan ini. Aku sangat menikmatinya,” batin Nadin, ia tersenyum lebar.Tak berselang lama, taksi yang ditumpangi Nadin berhenti di depan sebuah pusat perbelanjaan. Setelah membayar ongkos taksi, Nadin segera keluar hendak pergi ke mall tersebut.Saat berada di dalam mall, Nadin seakan kalap melihat barang-barang yang ia sukai. Apa pun yang ia mau, ia membelinya dengan uang pemberian Erina.“Sepertinya ponsel aku harus ganti,” gumam Nadin.Nadin mendekati counter yang menyediakan banyak ponsel keluaran terbaru.

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 104 Tertipu

    “Aduh … kok perut Mami mendadak sakit begini, ya! Mami mau ke kamar mandi dulu,” ujar Erina.Erina berjalan cepat menuju kamarnya. Bukannya ke kamar mandi, setelah berada di kamar, Erina malah menghubungi seseorang.“Halo, Nadin, kamu sudah ada di mana sekarang? Kita ketemuannya di Resto Maknyus saja. Tante akan berangkat sekarang,” ujar Erina di balik sambungan telepon.“Aku sudah ada di jalan, oke aku akan ke sana sekarang,” sahut Nadin.Erina mengakhiri panggilan teleponnya. Kemudian segera bersiap hendak menemui Nadin.“Mau ke mana, Mam? Kok bawa-bawa tas?” tanya Gala.“Mami masih sakit perut, Mami mau ke dokter untuk diperiksa. Takutnya Mami terkena diare kan bahaya,” jawab Erina.“Ya sudah, biar aku yang antar ke dokter,” ajak Gala.Erina menggelengkan kepalanya cepat. Menolak ajakan Gala untuk diantar.“Em … tidak usah, Sayang. Mami berangkat sendiri saja. Mami sudah memesan taksi online tadi,” tolak Erina.Gala mengangkat sebelah alisnya, merasa bingung dengan sikap Erina.“Ke

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 103 Mewariskan

    Nabila menoleh ke belakang, ternyata yang memeluknya barusan adalah Oma Nira.“Sayang, kamu belum tidur?” tanya Oma Nira.Nabila kemudian duduk menghadap Oma Nira.“Oma, aku kira siapa. Aku baru saja tertidur, Oma. Em … Oma, apakah butuh sesuatu?” tanya Nabila.Oma Nira menatap lekat wajah Nabila. Lantas mengusap lembut pipi wanita itu. Oma Nira pun berlinang air mata, kemudian memeluk Nabila.“Maafkan Oma, Sayang. Tidak seharusnya Oma mendiamkan kamu seperti tadi. Kamu sudah berusaha mencari kalung itu. Sedangkan Oma … Oma sama sekali tidak menghargai usaha kamu. Maafkan Oma, Nabila, maafkan Oma!” ujar Oma Nira, ia menangis di pelukan Nabila.Nabila mengusap punggung Oma Nira. Nabila tahu, jika Oma Nira hanya kecewa saja. Akan tetapi, pada dasarnya Oma Nira adalah orang baik.“Tidak apa-apa, Oma. Oma tidak perlu minta maaf karena Oma tidak salah. Aku yang harusnya minta maaf, karena aku telah ceroboh menghilangkan barang berharga milik Oma. Aku tidak bisa menjaga amanah,” sahut Nabil

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 102 Diam Seribu Bahasa

    Semua orang kompak menyoraki bu Wita kembali. Kini, Nabila telah mendapatkan benda yang ia cari.“Syukurlah … Oma pasti akan senang dan tidak marah lagi jika melihat kalung ini kembali,” batin Nabila, ia mencium kalung itu lalu memasukkannya ke dalam tas.“Ibu-ibu, Bapak-bapak, kalau begitu saya pamit pulang dulu,” pamit Nabila.“Hati-hati di jalan, Neng. Hati-hati juga menyimpan kalungnya,” sahut salah satu warga.Nabila tersenyum kecil lalu mengangguk. Lantas ia menaiki ojek online itu untuk kembali pulang.Di sepanjang perjalanan, Nabila merasakan kelegaan dalam hatinya. Satu masalah telah selesai ia lewati.Hari pun telah berganti malam. Perjalanan yang cukup jauh, memaksanya untuk tetap bersabar. Beberapa kali ponsel Nabila berdering. Akan tetapi Nabila tidak sempat mengangkat.Setelah lama di perjalanan, akhirnya Nabila pun telah sampai di kediaman Gala. Namun, Nabila tidak melihat mobil Gala ada di sana.“Sudah puas kelayapannya?” tanya Erina, saat Nabila baru saja masuk ke dal

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 101 Mengaku-ngaku

    Nabila berdiri dan mengamati ibu pemilik warung itu.“Ada apa, Neng? Kenapa lihatin sayanya sampai segitunya?” tanya ibu pemilik warung itu, merasa bingung melihat sikap aneh Nabila.“Bu, apakah Ibu yang menemukan kalung itu? Itu kalung saya yang hilang, Bu!” ujar Nabila, sambil menunjuk ke arah leher ibu itu.Pemilik warung itu menyimpan kedua botol air mineral itu di atas bangku.“Kok situ ngaku-ngaku, sih! Ini jelas kalung saya, saya yang membelinya di toko emas,” sanggah ibu pemilik warung.Nabila terus menatap kalung yang terlingkar di leher ibu itu. Nabila sangat yakin, bahwa kalung itu memang miliknya.“Itu kalung saya, Bu. Kalung saya hilang di sekitaran sini, waktu saya ditangkap sama Teja. Saya sangat yakin, karena kalung itu kalung lama. Detailnya, motifnya, sama berlian. Itu kalung warisan turun temurun dari nenek mertua saya. Bu, tolong balikin kalung itu saya mohon,” ujar Nabila.Pemilik warung itu kemudian membalikan badan hendak masuk ke dalam rumah. Namun, Nabila sege

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status