Share

Ke pengadilan agama

"Nek, mobilnya sudah datang. Divya pamit ya." Aku memeluk dan mencium kedua pipi Nenek. Juga menyalami Bulek Ratmi.

"Kalau ada apa-apa, langsung kasih kabar. Ingat, kami tetap keluargamu," pesan Nenek seraya mengantarku ke teras.

Pak driver yang melihatku sudah keluar dari rumah dengan menggendong Arsen dan tas yang sebenarnya tak seberapa besar, langsung turun dan mengambil alih tas itu.

"Pak, tunggu sebentar ya," ucapku.

"Baik Buk," jawab Bapak itu sopan.

"Nek, apa tak ada petunjuk tentang Ibu Divya, Ibu Rafika. Fotonya mungkin. Atau alamatnya yang lama." Aku masih berharap, ada sedikit saja petunjuk mengenai ibuku.

Setelah mendengar cerita Nenek, aku berniat mencarinya. Bukan salahnya kalau dia terpaksa meninggalkan aku. Keegoisan dan keangkuhan Kakek yang membuat aku harus terpisah darinya.

"Nggak ada sama sekali. Dia lebih banyak diam, tak pernah bicara kalau tak ditanya. Nenek tau, dia sebenarnya merasa sangat tertekan tinggal di sini. Tapi, Nenek saat itu benar-benar nggak
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status