Share

Siapa yang melempar kerikil?

Cepat kuhabiskan sisa nasiku, dan meletakkan piring bekas makan di meja begitu saja. Segera kubasuh tanganku. Berulang kali kudengar suara yang sama di atas atap rumah.

Ini sudah hampir tengah malam. Siapa yang iseng melempari atap rumah dengan kerikil? Baru lagi aku akan melangkah keluar, suara itu hilang. Ah, mungkin aku salah dengar. Lebih baik aku ke kamar, mencoba untuk tidur, agar segar besok. Besok aku jadi ingin mengajukan gugatan cerai pada Mas Bima ke kantor pengadilan agama. Tak perlulah mengikuti cara yang dianjurkan R Wulandari.

Saat ini, kadar keimananku sedang diuji. Jangan sampai aku menjadi musyrik karena rasa benciku pada Mas Bima. Jujur saja, berdamai dengan diri sendiri saja masih sangat sulit kurasa. Tapi aku juga tak mau, mengorbankan imanku.

Saat membuka pintu kamarku, aku melirik Satria yang masih sangat lelap. Dia terlihat sangat lelah.

Kubuka pintu kamarku perlahan, agar Arsen tidak terganggu. Kututup lagi dengan pelan. Berjalan pun sangat hati-hati, begi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status