แชร์

Bab 2

ผู้เขียน: Evie Yuzuma
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-11-02 16:05:15

"Gavin, tunggu! Saya mau bicara!"

Sepasang mata Elang Gavin menatap Anesya.

“Ya, Nyonya?” Gavin membungkuk hormat. Seperti apapun hubungan Anesya dengan Tuan Rivaldo. Perempuan itu tetaplah istri dari majikannya.

“Ini hal yang sangat penting! Bisa ikut saya!” tutur Anesya sambil menatap wajah Gavin.

“Baik, Nyonya!”

Gavin pun mengikuti langkah Anesya yang menuju ke sebuah ruangan. Rupanya tujuannya adalah ruang baca. Kini keduanya sudah berdiri di antara deretan rak buku yang berjajar di sana. Anesya pun memulai kalimatnya. Gavin hanya terdiam dan mendengarkan dengan seksama.

***

Ameera dan Sasha beriringan turun dari mobil bus warga baru. Gerah terasa menjalar ke seluruh badan. Meskipun tadi Ameera memandu pemain golf menggunakan golfcar tetap saja mengitari lapangan yang luasnya berhektar-hektar itu melelahkan.

“Makan apa, Ra?” Sasha mengedarkan pandangan. Turun dari bus jemputan, selalu disuguhkan beragam pilihan makanan angkringan.

“Hmmm … pecel ayam saja, Sha.” Sepasang netra Ameera langsung tertuju pada penjual pecel yang mangkal di perempatan.

Sasha pun mengangguk setuju. Keduanya lantas berjalan menuju tukang pecel.

“Mas, p*ha satu, ya! Mau yang pedes sepedes omongan Ibu kosan kalau telat bayar!” Sasha bicara sambil menarik kursi plastik yang ada.

“Nggih, Mbak!” Penjual pecel itu mengangguk sopan.

“Punya saya sayap saja, Mas!” tutur Ameera sambil ikut duduk pada kursi plastik di samping Sasha.

“Nggih, Mbak Cantik!”

Seketika Sasha mendelik.

“Kok yang cantik, Ameera saja, Mas? Saya memangnya gak cantik?” oceh Sasha.

“Nggak, Mbak … eh, maksudnya nganu, Mbak Micin.” Mas Parjo penjual pecel itu kelihatan salah tingkah.

“Tuh ‘kan micin lagi?” Sasha makin murka.

“Anu ingetnya Micin mulu, Mbak … ahm ….” Dia tampak berpikir.

“Sasha namanya, Mas!” kekeh Ameera.

“Ah, iya … Mbak Sasa. Mbak Sasa cantik juga, kok … Cuma … dikit,” tukasnya sambil tertawa takut-takut.

“Ish awas, ya! Besok-besok aku gak beli loh, Mas!” Sasha memberengut.

Mas Parjo terkekeh.

“Ya sudah, Mbak Sasa juga cantik, kok … cantiiiik banget kayak ibu kosan Mas Parjo.”

“Mas Parjoooo!”

Ameera hanya terkekeh melihat perseteruan dua orang itu. Sasha dan Mas Parjo seperti kucing dan musuhnya. Jika bertemu selalu saja ribut dan bisa bikin tertawa.

Tak berapa lama dua bungkus pecel ayam sudah berpindah tangan. Ameera dan Sasha berpisah. Kontrakan mereka berbeda gang. Ameera berjalan tergesa sambil menunduk menatap jalanan hingga akhirnya tiba di gerbang kontrakan dua lantai.

Di sana berderet kontrakan yang memanjang membentuk huruf U. Kontrakan paling ujung langsung terhubung dengan rumah sang pemilik yang membuka toko sembako. Area di tengahnya cukup luas, bisa untuk parkir mobil dan motor juga.

Langkah tergesa Ameera seketika memelan ketika melihat sebuah mobil Avanza velos terparkir di depan kontrakannya. Hembusan napas kasar dia buang. Tak salah lagi, itu adalah Ardi. Lelaki yang kini sedang ingin ia hindari.

Ameera pun memutar tubuh dengan cepat. Dia tak ingin menemui lagi lelaki itu. Ameera tahu diri, kasta mereka berbeda jauh.

Ameera berjalan tergesa. Perasaannya tak nyaman. Dia merasa, ada seseorang yang mengawasinya. Hanya saja, kondisi jalanan yang ramai, membuat Ameera tak bisa menyimpulkan kalau memang ada orang yang mengikuti. Hanya saja, memang ada satu buah mobil berwarna hitam yang berjalan pelan terus di belakangnya.

“Duh, kok perasaanku gak enak, ya!” batin Ameera sambil celingukan sendiri. Hanya saja untuk ke kontrakan Sasha memang tak melewati jalanan sepi, jadi Ameera tetap berbesar hati.

Namun, perasaannya yang dipupuk untuk tetap positif, harus kandas ketika tiba-tiba mobil hitam yang tadi berjalan perlahan tiba-tiba melaju cepat dan berhenti di sampingnya.

“Masuk! Cepat! Jangan teriak!” Lelaki bertubuh tegap dengan menggunakan masker, tiba-tiba menodongkan sesuatu ke arah perut Ameera.

“A—astaghfirulloh! K—Kalian s—siapa?” Ameera gemetar karena dia hapal betul apa benda yang ditodongkan itu.

***

Tuan Rivaldo masih tepekur di depan layar komputernya. Data yang masuk membludak tak terbendung. Sudah dua hari ini juga dia hanya mengurung diri dalam ruang kerjanya dan membatasi berinteraksi dengan siapapun, termasuk Safiyya dan istrinya.

Hanya Gavin yang diizinkan keluar masuk ke ruang kerjanya membawakan segala kebutuhannya.

“Bagaimana, Tuan? Apakah sudah menemukan data yang sesuai?” Gavin meletakkan potongan apel ke atas meja kerja Tuan Rivaldo.

“Terlalu banyak data masuk, Gavin! Apa kamu ada solusi?” Tuan Rivaldo menatap Gavin.

Lelaki berahang tegas itu membetulkan kaca mata tebalnya.

“Jika Tuan menggunakan konsep scimming, mungkin bisa tahun depan baru kelar. Apakah Tuan percaya pada adanya insting?” Gavin bicara tegas dan lugas.

Tuan Rivaldo bergeming. Lalu dia memejamkan mata. Setelah itu, dia bergerak cepat menggeser kursornya. Lalu setelah berapa lama dia kembali mendongak dan menatap Gavin.

“Panggil data-data yang saya kirimkan di email untuk test DNA!” tuturnya dengan tegas.

“Baik, Tuan!” Gavin mengangguk dan tersenyum pasti. Dia lekas membuka sederet data yang masuk dari Tuan Rivaldo dan membaca deretan pertama.

Ameera Syahnaz Hafiza.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   BAB 60B-END

    “Saya harus extra kuat sekarang, Ra. Ada dua perempuan rapuh di rumah. Beruntung Mbak Maria sudah pindah rumah, Marina juga sudah menikah dan ikut suaminya. Seenggaknya, saya dan Papa berbagi tugas untuk mengawasi dua orang itu saja.” Ameera mengangguk-angguk paham. Pantas saja, Ardi tampak jauh cepat lebih tua. Rupanya beban hidup yang dialaminya cukup membuat Ameera turut prihatin.“Salam buat keluarga, ya, Mas! Maaf gak bisa ngobrol lama, ada acara lagi setelah ini.” “Iya, Ra. Sukses terus, ya! Seenggaknya saya bangga pernah menjadi orang yang berarti dalam hidup kamu, meski itu dulu.” Ardi tersenyum kecut dan bicara lirih. Sorot matanya tetap menatap Ameera dengan pandangan yang masih sama, seperti dulu.“Ya, Mas!” Ameera tersenyum, lalu berpamitan dan meninggalkan Ardi yang mengusap rambutnya yang sudah ramai ditumbuhi uban.***Setelah kegiatan perusahaan banyak diambil alih kembali oleh Ameera. Perlahan kesibukkan Gavin mulai terbagi lagi. Kini, dia memiliki sedikit waktu lon

  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   BAB 60A

    Tuan Rivaldo langsung terdiam ketika mendengar persyaratan yang disampaikan Arsyla. Bahunya melorot, lalu dia meminta Parjo mendorong kursi rodanya kembali ke teras menemani Ameera. Selera makannya mendadak menguap begitu saja.“Mama kamu itu, Ra. Apa gak kasihan sama Papa? Masa iya ngasih syarat diluar nalar kayak gitu.” “Hah, syarat apa, Pa?” Ameera yang baru selesai membalas email bertanya tanpa menoleh pada sang Papa. “Masa iya, dia bilang … Papa jangan pernah menemui dia lagi selama setahun kalau mau dipertimbangkan balikan lagi. Mana mungkin bisa gak ketemu, Papa ‘kan pasti ke sini tiap hari.” Ameera terkekeh, lalu dia berbisik ke telingan Tuan Rivaldo. Lelaki paruh baya itu tampak menautkan alis. Lalu setelahnya menatap Ameera sambil tersenyum sumringah.“Oke, Papa temuin mama kamu dulu! Papa sanggupin saja, ya! Kamu pinter sih, Ra. Papa ‘kan bisa temuin kamu di kantor, jadi gak akan ketemu Mama kamu, walau berat, sih! Setahun, Ra,” tutur Tuan Rivaldo dan segera beranjak ke

  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   BAB 59

    Kabar kehamilan Ameera diterima dengan suka cita. Arsyla memeluk haru putri semata wayangnya dengan buncah bahagia. Bahkan, demi memastikan Ameera cukup istirahat dan terjaga pola makannya. Arsyla memutuskan untuk tinggal sementara waktu di kediaman putrinya itu. Aksa merasa senang, setidaknya ditengah kesibukannya, sang istri ada yang memberi ekstra perhatian. Hanya saja, mau tak mau, Gavin yang kini menjadi tumbal. Karena kehamilan Ameera, rencana bulan madunya yang awalnya akan ke Bali dalam beberapa pekan, harus dibatalkan. Aksa meminta Tuan Rivaldo agar Ameera tak terlalu menerima beratnya beban pikiran. Alhasil, Gavin pun bisa memakluminya. Beruntung, Sasha bukan perempuan dengan tipe manja. “Gak apa, kok, Mas! Bulan madu bisa di mana saja! Di kantor juga bisa,” tukas Sasha sambil mengerling jahil. Dia sedang mengeringkan rambut basahnya. Semalam baru saja keduanya berpetualang hebat. Gavin yang baru selesai mandi, menoleh pada sang istri dengan ekor matanya. “Bulan madu? D

  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   BAB 58B

    Tuan Rivaldo hanya tersenyum kaku. Dia seperti kehabisan kata-kata. Seorang asisten yang menggantikan Gavin, duduk juga di sampingnya. Sementara itu, kedua orang tua Gavin dan Sasha duduk membersamai pengantin di depan sana.“Arsyla … sepertinya jarak yang kamu bentangkan semakin hari, semakin lebar saja … apa tak ada kesempatan untukku menebus segalanya?” batin Tuan Rivaldo. Perempuan yang sudah melahirkan buah hatinya itu tampak begitu ceria mengobrol dengan anak menantunya. Sesekali perempuan paruh baya itu tertawa. “Bodohnya aku,Syla … bodohnya aku yang menyia-nyiakanmu dulu,” batin Tuan Rivaldo dipenuhi sesal. Seorang panitia datang dan mengantarkan pesanan makanan. “Wah, bakso, ya!” Sumringah Bu Uti ketika mencium wangi yang menguar. Rupanya Aksa tadi yang memesan. Hanya saja, Ameera tiba-tiba menutup hidung dan terlihat tak nyaman. “Duh, bau banget, sih, Bang!” rengeknya sambil menjauhkan mangkuk bakso dari depannya.Aksa mengernyit. Pasalnya, biasanya Ameera adalah orang y

  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   BAB 58A

    Suara deheman Gavin, membuat Sasha mencubit perut Johanes. Lelaki yang dicubitnya itu mengaduh. Lalu, mau tak mau melepas pelukannya.“Masih saja galak! Kuwalat lo sama abang sendiri!” ejek Johanes. Wajahnya tampak datar lagi dan kini dia beralih menyalami Gavin. Sepasang mata elang Gavin seolah tengah melayangkan protes atas kelakuannya tadi.“Biasa aja lihatinnya, Dek! Lo sekarang adek gue juga!” kekeh Johanes tersenyum masam. Dia menepuk pundak Gavin dua kali. “Gue gak perlu nitipin dia ke elo! Gue yakin, elo bakal jagain dia jauh lebih baik dari gue!” Johanes melepas jabatan tangannya dengan Gavin. Lalu menoleh pada perempuan yang berjalan dengan pelan karena perut yang sudah membesar. “Pasti, Bang!” Gavin menjawab singkat. “Berasa tua gue dipanggil Abang,” kekeh Johanes. Tak ada sedikitpun raut bahagia di wajahnya. Dia pun meraih jemari perempuan yang sejak tadi seperti tak diacuhkannya itu. Entah perempuan mana lagi yang dihamilinya. Perut yang besar dengan high heel yang ag

  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   BAB 57B

    Hanya saja, pesan Sasha pun tetap diabaikan juga. Karena penasaran, Sasha pun mencoba melakukan panggilan. Namun, tak ada satu pun panggilan darinya diterima Johanes.“Ngambeknya kayak anak kecil,” oceh Sasha. *** Resepsi pernikahan, akan diadakan besar-besaran. Apalagi Antoni pun tak mau ketinggalan. Dia tetap tebal muka dengan penolakan Sasha. Bahkan dia sudah mendeklarasikn kepada rekan bisnisnya tentang keberadaan putri kandungnya. Karena itu, pernikahan Sasha terbilang dirancang dengan cukup megah. Di mana ada tiga pendonor utama yaitu dokter Subarkah, Anotni dan juga Tuan Rivaldo. Waktu bergerak merangkak. Persiapan pernikahan yang dilakukan sudah hampir rampung. Johanes, belum memberikan kabar keberadaan hingga sekarang. Hanya saja, ada sedikit kemajuan. Jika Ibunya mengirim pesan, setidaknya dibalas. Dia selalu bilang, kalau sekarang dia berada di tempat yang aman. Butuh waktu untuk lelaki itu mengobati luka yang menganga cukup besar. Hanya dua orang yang pesannya dibalas.

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status