공유

IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI
IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI
작가: Evie Yuzuma

Bab 1

작가: Evie Yuzuma
last update 최신 업데이트: 2024-11-02 16:04:40

“Ardi! Kamu mama besarkan dengan baik! Kamu mama kuliahkan di tempat mahal! Kerjaan sudah mapan! Tiba-tiba kamu maksa mama suruh nerima gadis yatim piatu yang gak jelas asal-usulnya ini jadi menantu! Tanpa kamu tanya pun, harusnya kamu tahu apa jawaban mama?!” ketus perempuan dengan sanggul tinggi itu. Ameera yang malam ini diundang Ardi untuk makan malam, merasa tiba-tiba begitu kerdil. Apalagi adik dan Kakak Ardi menatapnya dengan pandangan remeh.

“Ameera gadis baik, Ma! Tolong kasih kesempatan!” Ameera masih teringat jelas, suara Ardi bergetar.

“Kasih kesempatan? Jangan mimpi!” Perempuan yang tadi dikenalkan sebagai kakanya Ardi menyeringai, lalu berdiri dan melempar sendok ke meja.

“Jadi rusak selera makan, Mbak. Gara-gara kamu, Di!” tuturnya.

“Iya, bener!” timpal adiknya.

“Malas banget!” sambungnya lagi.

Lalu, satu per satu mereka pergi meninggalkan meja makan, termasuk orang tua Ardi sendiri. Ameera yang masih mematung bersisian dengan Ardi mengelus dada. Hatinya terasa remuk. Hubungannya yang diharapkan bisa berakhir ke pelaminan, rupanya tak akan pernah kesampaian. Cinta mereka harus kandas terhalang restu, hanya karena perbedaan status sosial.

***

“Ameera! Ameera!” Suara kencang Sasha membuyarkan lamunan Ameera. Sasha berlari sambil mengacungkan gawai. Napasnya terengah-engah. Rambutnya yang diikat kuncir ekor kuda tampak bergerak-gerak di balik topi lebar warna tosca yang menutup kepalanya.

“Hmmm?” Ameera menaikkan alisnya ke atas. Dia baru saja meletakkan bag pemain di porter dan ketika melihat ke tempat di mana Ardi biasa menjemput, dia malah melamun. Saat ini, gadis dengan tinggi sekitar seratus tujuh puluh lima sentimeter itu bekerja sebagai caddy.

“Tahi lalat kamu masih ada ‘kan?” tanya Sasha sambil mengatur napas.

“Hah? Tahi lalat?” Ameera menautkan alis.

Pertanyaan Sasha menurutnya terlalu mengada-ada. Sore-sore begini, kenapa harus membahas tahi lalat? Apa lagi yang ada dalam benak Sasha saat ini? Apa tadi di lapangan, kepalanya terbentur bola golf sampai sedikit bermasalah? Itu yang berkelebat dalam benak Ameera saat ini.

“Ya, tahi lalat kamu yang di punggung itu, Ra! Aku pernah lihat waktu maen ke kosan kamu! Itu tahi lalat sungguhan ‘kan?” desaknya dengan mata berbinar-binar.

“Ya sungguhanlah! Kamu ini kenapa, si? Aneh.” Ameera menaiki mobil golf, Sasha dengan gesit meraih sandbagnya dan ikut duduk di samping Ameera. Ameera pun melajukan mobilnya menuju tempat parkiran.

“Ini kesempatan emas, Ra! Lihat ini!” Sasha menunjukkan smartphonenya. Konten viral di salah satu sosial media itu tak lain adalah sayembara Tuan Rivaldo. Hanya saja, karena Ameera cuma melirik tak berminat, Sasha membacakan isi sayembara itu dengan lantang.

“Hah? G1la? Orang kaya tingkahnya aneh-aneh! Gak ada kerjaan lain apa, ya?” kekeh Ameera sambil tertawa miring. Baginya, itu hal diluar nalar dan tak masuk akal. Apa tak ada cara yang lebih elegan? Itu pikirnya.

“Hush! Kamu jangan gitu! Siapa tahu, kamu ini adalah anak perempuan Tuan Rivaldo yang disayembarakan! Pokoknya kamu harus coba! Titik!” tutur Sasha bersemangat.

“Enggak, ah! Aku gak mau ketinggian mimpi, sakit kalo jatoh!” tukas Ameera sambil membelokkan mobil golf itu menuju tempat parkiran.

“Kamu gak mau bikin keluarga si Ardi nyesel, Ra? Coba kalau ibunya Ardi yang sok kaya itu tahu, kamu itu anaknya Tuan Rivaldo, orang terkaya nomor lima di Indonesia, Ra! Kalau gak langsung stroke, langsung lewat bisa!” kekeh Sasha.

Ameera tersenyum getir. Kalimat panjang lebar Sasha mampu mengingatkan dia pada penolakan pahit calon mertuanya beberapa hari lalu. Namun, untuk mengikuti sayembara itu, terlalu tak masuk akal menurutnya.

“Taraaaa … sudah kelar! Kamu sudah aku daftarin!” Suara Sasha bersama tepukannya pada bahu membuat Ameera sontak terperanjat. Rupanya Sasha sudah mengisikan link sayembara itu dan mendaftarkan nama Ameera.

“Ya ampuuun, Sasha! Kamu apa-apaan, sih! Aku gak mau ikutan!” Ameera mendelik dan menatap Sasha tajam. Namun, semua itu hanya dibalas kekehan.

“Semoga kamu benar-benar anak perempuan Tuan Rivaldo yang hilang itu, Ra! Jangan lupain aku kalau itu beneran, ya!” tutur Sasha sambil mengedipkan sebelah mata.

***

[Sayembara! Dicari, anak perempuan yang hilang! Pewaris utama keluarga Rivaldo. perempuan, usia 19 tahun pada tahun ini. Ciri-ciri fisik, memiliki tahi lalat di bagian punggung! Bagi yang merasa memiliki tanda spesifik tersebut, silakan isi data di website dan sertakan lampiran data diri yang meyakinkan!]

“Mas! Kamu sudah g1la! Tega-teganya membuat sayembara seperti ini! Gimana kalau Safiyya tahu? Kamu gak mikirin perasaan dia, Mas?”

Bibir Anesya bergetar. G1la, ini benar-benar g1la. Suaminya nekat membuat sayembara tidak masuk akal itu. Kini, Tuan Rivaldo benar-benar tak mau mendengarnya lagi. Semua itu bermula dengan kecelakaan Safiyya---putri yang sejak kecil dirawatnya. Lalu, dari sanalah terkuak semuanya. Safiyya bukan darah dagingnya.

“Berhenti bicara omong kosong, Anesya! Sebaiknya kamu keluar!” Tuan Rivaldo tak menoleh pada perempuan yang masih sah menjadi istrinya itu. Dia masih memandang lurus ke depan.

“Mas! Please, Mas! Aku gak mau menukar Safiyya dengan anak perempuan manapun! Apalagi anak perempuan hasil sayembara gak jelas ini! Aku sudah telanjur sayang sama dia!” Anesya memelas.

Tuan Rivaldo menghela napas kasar.

“Gak ada yang akan ditukar! Semua hanya akan menempati posisi sesuai porsinya, paham? Gavin, antar saya keluar!” tegas Tuan Rivaldo dengan nada tenang.

Sigap, Gavin yang sejak tadi hanya seperti patung dan berdiri tegak dalam jarak beberapa meter dari kursi rodanya, mendekat. Dia lekas mendorong kursi roda yang diduduki Tuan Rivaldo meninggalkan Anesya yang mendengus kesal.

Anesya mengepal. Sepasang matanya nyalang menatap punggung Tuan Rivaldo. Lelaki yang benar-benar menyusahkan. Bahkan, setelah usahanya berhasil untuk membuat Tuan Rivaldo cacat, rupanya lelaki itu tetap sulit dikendalikan.

Anesya segera mengambil gawai dan mengirim pesan pada seseorang.

[Cepat temukan gadis itu dan singkirkan! Apa kamu sudah menemukan alamat panti yang saya kirimkan?]

[Saya baru tiba di sini, Nyonya! Segera saya beri kabar!]

Sebuah pesan balasan diterima. Anesya menarik napas kasar. Ada rasa sesal. Kenapa, dia memberi kesempatan bayi perempuan itu dulu untuk hidup. Padahal, jika waktu itu dia lenyapkan, maka masalah akan selesai.

“Semua ini gara-gara aku malah mikirin hutang budi, ck!” desis Anesya sambil merutuki keputusannya untuk menyelamatkan bayi perempuan milik sahabat dekatnya itu dulu.

Sementara itu, Tuan Rivaldo meminta Gavin---assiten pribadinya mengantarnya ke ruang kerja. Dia lekas membuka layar laptop dan melihat sudah berapa banyak data yang masuk.

“Ck, baru tiga jam sayembara disebar! Kenapa sudah ribuan data yang masuk?!” Tuan Rivaldo memijit pelipisnya. Bukan tugas mudah untuk memeriksa ribuan data itu satu-satu.

“Apa sebanyak ini anak yatim piatu yang berusia sembilan belas tahun pada tahun ini, Gavin? Atau mereka semua hanya orang-orang yang rela menukar identitas demi kemewahan?” de-sah Tuan Rivaldo putus asa.

“Biar saya bantu check, Tuan! Setelah itu, saya akan berikan pada Tuan data yang lebih sesuai!” tutur Gavin sopan. Dia membetulkan kaca mata tebalnya. Lelaki itu terkesan pendiam, kaku, serius dan selalu siaga. Hanya saja di balik penampilannya yang kaku, tetap tak bisa ditampik jika wajahnya memang enak dipandang.

Rahang tegas itu membingkai, hidung mancung, alis tebal dan hampir saling menyambung. Bibir yang terlihat merah alami dan kulit yang putih bersih membuatnya terlihat menawan.

“Semenjak satu per satu kebohongan Anesya terungkap, apakah aku masih bisa percaya orang lain?” batin Tuan Rivaldo. Dia benar-benar dilemma untuk begitu saja menerima penawaran dari Gavin. Kini, dia tak lagi mudah percaya pada orang.

“Mohon maaf jika saya lancang, Tuan! Jika keberatan, saya tidak memaksa!” Gavin seperti paham apa yang sedang dipikirkan majikannya itu.

Tuan Rivaldo menghela napas kasar. Dia memandang nanar ribuan data yang masuk.

“Saya akan mencoba mengerjakannya sendiri! Silakan tunggu diluar!” titahnya setelah beberapa detik mempertimbangkan. Gavin mengangguk sopan. Dia lekas berjalan dan meninggalkan Tuan Rivaldo sendirian.

Baru saja Gavin berjalan keluar, suara Anesya terdengar memanggilnya.

"Gavin, tunggu! Saya mau bicara!"

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   BAB 60B-END

    “Saya harus extra kuat sekarang, Ra. Ada dua perempuan rapuh di rumah. Beruntung Mbak Maria sudah pindah rumah, Marina juga sudah menikah dan ikut suaminya. Seenggaknya, saya dan Papa berbagi tugas untuk mengawasi dua orang itu saja.” Ameera mengangguk-angguk paham. Pantas saja, Ardi tampak jauh cepat lebih tua. Rupanya beban hidup yang dialaminya cukup membuat Ameera turut prihatin.“Salam buat keluarga, ya, Mas! Maaf gak bisa ngobrol lama, ada acara lagi setelah ini.” “Iya, Ra. Sukses terus, ya! Seenggaknya saya bangga pernah menjadi orang yang berarti dalam hidup kamu, meski itu dulu.” Ardi tersenyum kecut dan bicara lirih. Sorot matanya tetap menatap Ameera dengan pandangan yang masih sama, seperti dulu.“Ya, Mas!” Ameera tersenyum, lalu berpamitan dan meninggalkan Ardi yang mengusap rambutnya yang sudah ramai ditumbuhi uban.***Setelah kegiatan perusahaan banyak diambil alih kembali oleh Ameera. Perlahan kesibukkan Gavin mulai terbagi lagi. Kini, dia memiliki sedikit waktu lon

  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   BAB 60A

    Tuan Rivaldo langsung terdiam ketika mendengar persyaratan yang disampaikan Arsyla. Bahunya melorot, lalu dia meminta Parjo mendorong kursi rodanya kembali ke teras menemani Ameera. Selera makannya mendadak menguap begitu saja.“Mama kamu itu, Ra. Apa gak kasihan sama Papa? Masa iya ngasih syarat diluar nalar kayak gitu.” “Hah, syarat apa, Pa?” Ameera yang baru selesai membalas email bertanya tanpa menoleh pada sang Papa. “Masa iya, dia bilang … Papa jangan pernah menemui dia lagi selama setahun kalau mau dipertimbangkan balikan lagi. Mana mungkin bisa gak ketemu, Papa ‘kan pasti ke sini tiap hari.” Ameera terkekeh, lalu dia berbisik ke telingan Tuan Rivaldo. Lelaki paruh baya itu tampak menautkan alis. Lalu setelahnya menatap Ameera sambil tersenyum sumringah.“Oke, Papa temuin mama kamu dulu! Papa sanggupin saja, ya! Kamu pinter sih, Ra. Papa ‘kan bisa temuin kamu di kantor, jadi gak akan ketemu Mama kamu, walau berat, sih! Setahun, Ra,” tutur Tuan Rivaldo dan segera beranjak ke

  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   BAB 59

    Kabar kehamilan Ameera diterima dengan suka cita. Arsyla memeluk haru putri semata wayangnya dengan buncah bahagia. Bahkan, demi memastikan Ameera cukup istirahat dan terjaga pola makannya. Arsyla memutuskan untuk tinggal sementara waktu di kediaman putrinya itu. Aksa merasa senang, setidaknya ditengah kesibukannya, sang istri ada yang memberi ekstra perhatian. Hanya saja, mau tak mau, Gavin yang kini menjadi tumbal. Karena kehamilan Ameera, rencana bulan madunya yang awalnya akan ke Bali dalam beberapa pekan, harus dibatalkan. Aksa meminta Tuan Rivaldo agar Ameera tak terlalu menerima beratnya beban pikiran. Alhasil, Gavin pun bisa memakluminya. Beruntung, Sasha bukan perempuan dengan tipe manja. “Gak apa, kok, Mas! Bulan madu bisa di mana saja! Di kantor juga bisa,” tukas Sasha sambil mengerling jahil. Dia sedang mengeringkan rambut basahnya. Semalam baru saja keduanya berpetualang hebat. Gavin yang baru selesai mandi, menoleh pada sang istri dengan ekor matanya. “Bulan madu? D

  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   BAB 58B

    Tuan Rivaldo hanya tersenyum kaku. Dia seperti kehabisan kata-kata. Seorang asisten yang menggantikan Gavin, duduk juga di sampingnya. Sementara itu, kedua orang tua Gavin dan Sasha duduk membersamai pengantin di depan sana.“Arsyla … sepertinya jarak yang kamu bentangkan semakin hari, semakin lebar saja … apa tak ada kesempatan untukku menebus segalanya?” batin Tuan Rivaldo. Perempuan yang sudah melahirkan buah hatinya itu tampak begitu ceria mengobrol dengan anak menantunya. Sesekali perempuan paruh baya itu tertawa. “Bodohnya aku,Syla … bodohnya aku yang menyia-nyiakanmu dulu,” batin Tuan Rivaldo dipenuhi sesal. Seorang panitia datang dan mengantarkan pesanan makanan. “Wah, bakso, ya!” Sumringah Bu Uti ketika mencium wangi yang menguar. Rupanya Aksa tadi yang memesan. Hanya saja, Ameera tiba-tiba menutup hidung dan terlihat tak nyaman. “Duh, bau banget, sih, Bang!” rengeknya sambil menjauhkan mangkuk bakso dari depannya.Aksa mengernyit. Pasalnya, biasanya Ameera adalah orang y

  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   BAB 58A

    Suara deheman Gavin, membuat Sasha mencubit perut Johanes. Lelaki yang dicubitnya itu mengaduh. Lalu, mau tak mau melepas pelukannya.“Masih saja galak! Kuwalat lo sama abang sendiri!” ejek Johanes. Wajahnya tampak datar lagi dan kini dia beralih menyalami Gavin. Sepasang mata elang Gavin seolah tengah melayangkan protes atas kelakuannya tadi.“Biasa aja lihatinnya, Dek! Lo sekarang adek gue juga!” kekeh Johanes tersenyum masam. Dia menepuk pundak Gavin dua kali. “Gue gak perlu nitipin dia ke elo! Gue yakin, elo bakal jagain dia jauh lebih baik dari gue!” Johanes melepas jabatan tangannya dengan Gavin. Lalu menoleh pada perempuan yang berjalan dengan pelan karena perut yang sudah membesar. “Pasti, Bang!” Gavin menjawab singkat. “Berasa tua gue dipanggil Abang,” kekeh Johanes. Tak ada sedikitpun raut bahagia di wajahnya. Dia pun meraih jemari perempuan yang sejak tadi seperti tak diacuhkannya itu. Entah perempuan mana lagi yang dihamilinya. Perut yang besar dengan high heel yang ag

  • IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI   BAB 57B

    Hanya saja, pesan Sasha pun tetap diabaikan juga. Karena penasaran, Sasha pun mencoba melakukan panggilan. Namun, tak ada satu pun panggilan darinya diterima Johanes.“Ngambeknya kayak anak kecil,” oceh Sasha. *** Resepsi pernikahan, akan diadakan besar-besaran. Apalagi Antoni pun tak mau ketinggalan. Dia tetap tebal muka dengan penolakan Sasha. Bahkan dia sudah mendeklarasikn kepada rekan bisnisnya tentang keberadaan putri kandungnya. Karena itu, pernikahan Sasha terbilang dirancang dengan cukup megah. Di mana ada tiga pendonor utama yaitu dokter Subarkah, Anotni dan juga Tuan Rivaldo. Waktu bergerak merangkak. Persiapan pernikahan yang dilakukan sudah hampir rampung. Johanes, belum memberikan kabar keberadaan hingga sekarang. Hanya saja, ada sedikit kemajuan. Jika Ibunya mengirim pesan, setidaknya dibalas. Dia selalu bilang, kalau sekarang dia berada di tempat yang aman. Butuh waktu untuk lelaki itu mengobati luka yang menganga cukup besar. Hanya dua orang yang pesannya dibalas.

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status