IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU34. CERITA ARCA (BAGIAN ASaat ini aku dan Arca tengah berada di dalam kamarku, setelah sebelumnya aku mengambil beberapa cemilan di dapur. Kami duduk di atas lantai yang tertutup karpet bulu tebal milikku, dan bersandar di badan ranjang.Hanya keheningan yang mendominasi ruangan ini, serta bunyi jam dinding yang berputar dengan teratur. Arca masih sibuk menonton tiktok di ponselnya, sesekali tawa kecil terdengar dari mulutnya.Wajah cantiknya merengut saat ponselnya berdering, tanda bahwa ada panggilan masuk. Aku sempat mencuri lihat, dan yang terlihat olehku adalah nama ‘Arga’ di sana.“Hallo, Assalamualaikum,” sapa Arca tidak minat.Aku yakin seratus persen, kalau Arca mengangkat telepon itu hanya demi kesopanan saja. Jiwa kepo ku meronta-ronta, dan dengan cepat aku mendekatkan telingaku ke arah ponsel Arca.Dia tidak menolak, namun matanya mendelik sinis. Aku tahu dia mencoba memperingatkanku, agar jangan menguping pemb
35. CERITA ARCA (BAGIAN B)Diusapnya naik turun untuk menenangkan aku, namun entah kenapa isakan ku seolah tidak mau berhenti."Hiks, hiks hiks, hiks …." "Inilah alasan kenapa aku tidak mau mengatakan padamu, kalau Maura lah yang menjadi selingkuhan suamimu, Aya!" ujar Arca dengan lembut.Di sela tangisanku, aku mendengarkan segala ucapannya dengan jelas. Sebagian sisi hatiku, menolak mendengarkannya. Namun sisi lainnya mengatakan, aku harus mendengarkannya sampai akhir."Kenapa? Kenapa kamu menutupinya?" kataku sendu."Karena kamu akan sangat terluka seperti sekarang, sudah dikhianati suami, dikhianati sahabat. Persis seperti sekarang!" kata Arca ketus."Kamu terlalu baik, Aya. Kamu bahkan tidak tahu kalau maura dan suamimu memiliki hubungan di belakangmu. Kalian berdua sahabatku, aku sudah mati-matian mengingatkan Maura. Tapi hanya zonk yang aku dapat!” kata Arca lagi.“Aku mendatangi suamimu, di rumahmu, di kantornya, bahkan melabrak suamimu dan Maura di cafe pun sudah aku lakukan
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU35. KEMARAHAN TANTE TARI (BAGIAN A)“Kenapa dia, Bi?” tanyaku pada Bi Surti yang panik.Betapa keras suara teriakannya, sampai-sampai aku yang ada di atas sini bisa mendengarnya. Terlihat sekali kalau sosok itu tengah meledak saat ini, namun aku tidak takut, dan malah tambah bersemangat.“Ta–tadi, Bu Tari baru saja pulang dan langsung marah-marah karena barang-barangnya saya kemas, Bu,” jelas Bi Surti takut-takut.“Oh, kalau begitu Bibi nggak usah takut. Biar saya yang turun,” kataku santai. “Mau join?” tanyaku pada Arca yang saat ini berdiri di dinding.“Tentu lah! Tontonan menarik ini!” katanya sambil terkekeh jahat.Aku dan dia menuruni tangga dengan langkah anggun, dan kami hampir mengeluarkan kekehan saat melihat kalau di bawah sini persis seperti kapal pecah. Barang-barang milik keluarga Mas Farhan ada di mana-mana, Mama serta Tante Mira duduk di sofa. Wajah mereka berkeringat dan lepek, sedangkan Maura duduk di sofa
36. KEMARAHAN TANTE TARI (BAGIAN B)Tapi Mas Farhan sama sekali tidak terlihat batang hidungnya, aku penasaran juga dengan apa yang dia lakukan saat ini. Bukan karena aku takut kehilangan dia, tapi karena aku ingin melihat wajah frustasinya.“Tari, jaga bicaramu!” Tante Mira browser emosi.Memang di keluarga ini, Mas Farhan begitu dielu-elukan. Sebagai anak lelaki satu-satunya dari keluarga besar ini, semua orang menyayanginya. Apalagi Tante Mira, dia sudah menganggap Mas Farhan sebagai anaknya sendiri. Dan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk mantan suamiku itu.Aku tahu, Tante Tari pasti kecewa dengan kelakuan Mas Farhan yang membuat surat perjanjian menikah denganku. Tapi, dia mampu menutupi hal itu dengan sangat baik dan juga tetap tenang di keadaan seperti ini.“Kemasi barang-barangmu, ayo kita pergi!” katanya tenang, namun tajam.Namun, bukan Tante Tari namanya jika langsung menurut begitu saja. Dia beranjak mendekatiku, dan berdiri tepat di hadapanku.Aku menyunggingk
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU37. STATUS WA MAMA (BAGIAN A)[Aya? Kamu masih di sana?] tanya Wak Lukman lagi.Bukannya aku tidak mendengar panggilannya, tapi aku memang sedang mencari jawaban atas pertanyaannya.Bagaimana bisa kabar ini sudah sampai ke sana? Padahal aku berniat, untuk memberitahu Wak Lukman saat aku sudah siap.Bukan sekarang! Luka di hatiku saja masih basah, aku ingin melupakan ini semua dahulu, ingin menyembuhkan sakit ini dulu.Kenapa harus secepat ini? Apa yang harus aku katakan? Wak Lukman memang berhak untuk tahu, tapi memikirkan dia yang juga ikut menanggung kesedihan ku, membuat aku gamang.Dia adalah pengganti orang tuaku, tanpa dia berkata-kata pun aku sudah tahu. Kalau aku sedih, dia ikut sedih, kalau aku terluka dia juga akan ikut terluka.[Aya?] tanya Wak Lukman lagi."Iya, Wak." Aku menjawab pelan.[Benar yang Uwak tanyakan tadi? Kamu bercerai dengan Farhan?] Tanyanya menyelidik.Hahhhhhhh ….Aku menghembuskan nafasku den
38. STATUS WA MAMA (BAGIAN B)“Masih, Wak. Terimakasih sudah peduli pada, Aya,” kataku lirih.[Lah, piye iki, Mbak?] Suara Bi Masyitah terdengar ketus. [Pakai acara terimakasih lagi, jangan dipikirkan! Kamu itu harus kuat! Harus tabah, harus tegar! Bibi akan menyuruh Mas-masmu untuk segera ke sana, biar mereka hajar si Farhan itu!] Ujar Bibi lagi.Aku terkekeh singkat, dan langsung menutup mulutku untuk membendung tangisan yang hendak keluar. Aku harus bisa menahannya, aku tidak boleh lemah.Mas Farhan pasti akan babak belur saat Mas Bobby dan juga Mas Putra mengetahui hal ini, aku bisa yakin itu. Sebagai adik mereka, dan satu-satunya anak perempuan di keluarga, jelas aku sangat diistimewakan oleh mereka.[Aya, jangan lupakan sholat. Minta ketenangan diri, dan juga kesabaran yang lebih pada gusti Allah!] Kata Wak Lukman lembut.Sepertinya Wak Lukman sudah berhasil merebut ponsel yang tadi dikuasai oleh Wak Ifah dan juga Bi Masyitah.[Jika ada yang kamu butuhkan, bilang pada kami! Akan
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU39. MAS BOBBY DAN MAS PUTRA (BAGIAN A)Ping![Yang kedua, baru dibuat lima menit yang lalu, Mbak!] Tulis Tasya lewat pesan.Aku tidak membalas pesannya, tidak sanggup rasanya aku memegang ponsel lagi. Tulang belulangku lemas, dan badanku terasa bagaikan jelly, hampir aku luruh ke lantai jika saja Arca tidak cepat menopang tubuhku.“Ya, kamu kenapa?” tanya Arca khawatir.Setelah mendudukkan ku dengan nyaman di atas ranjang, dia bergegas mengambil ponselku dan membuka pesan yang tadi dikirimkan oleh Lala tadi.“Memang biadab mantan mertuamu ini! Tidak punya hati, tidak punya etika!” ujar Arca emosi.Aku tidak menyahuti ucapannya, dan menatap tembok dengan kosong. Bagaimana bisa Mama bersikap demikian kejamnya Bukankah dia yang licik? Menggunakan media untuk membenciku, dan aku yang tidak bersalah ini bisa-bisanya dia jadikan sebagai tersangka.Bukankah aku korbannya di sini? Dibohongi dan diselingkuhi, oleh sahabat sendiri. D
40. MAS BOBBY DAN MAS PUTRA (BAGIAN B)"Mas? Farhan? Kok fotonya beda?" tanyanya penasaran."Bukanlah!" jawabku cepat."Jadinya?" tanyanya kembali."Sepupuku, Ca. Anak Bi Masyitah," jelasku padanya."Bagaimana bisa kamu punya saudara tampan begitu?" pekik Arca tidak percaya."Lah, memangnya kenapa? Kami sekeluarga memang mempunyai wajah di atas rata-rata," kataku sombong.Huweeeekkkk!Arca berlagak, seperti tengah memuntahkan makanannya. Dia menatapku seolah tengah menahan mual, sialan!"Kamu kok, nggak pernah ngomong kalau punya saudara?" tanyanya kesal."Harus, ya?" tanyaku santai."Ya, nggak harus, sih," gumam Arca pelan."Sudahlah, dandan yang cantik sana. Nanti aku kenalkan kamu sama Mas Bobby dan juga Mas Putra!" kataku pada Arca."Hah? Ada dua, Ya?" tanyanya terkejut."Iya, dua. Dan dua-duanya ganteng!" kataku terkekeh, yang disambut rengutan Arca.Kenapa aku bilang keduanya akan datang? Karena Mas Bobby mengirimi aku pesan, itu artinya dia tidak sedang menyetir. Dan yang menye