44. ARGA WIDJAJA (BAGIAN B)Di sana kami bisa melihat video kalau Mas Farhan memang mengintip rumahku melalui gerbang, lalu masuk lagi ke dalam mobil, dan kejadian itu terjadi sampai beberapa kali. Dia sudah tidak bisa mengelak lagi!“Kamu ngapain sih, Mas? Ngapain pakai acara datang ke sini segala?” tanya Maura emosi.Dia mendudukkan dirinya di samping Mas Farhan, dan aku segera pindah ke sofa single. Duduk di sana dengan gaya bak ratu kerajaan, membuktikan bahwa aku baik-baik saja tanpa mereka.Tanpa suami, sahabat, dan juga Mama mertua. Aku baik-baik saja, dan aku bisa hidup bahagia!“A–aku, aku cuma mau memastikan kalau Aya lagi di rumah!” katanya tergagap.“Kalau begitu, kamu bisa tanya! Bukannya memantau seperti maling!” ketus Mas Bobby.Karena siapapun yang mendengar ucapan Mas Farhan juga akan tidak mempercayainya, terlebih ada bukti video yang sangat mendukung.“Heh, jangan sembarangan bicara kamu ya! Kau mengatai anakku maling? Adikmu ini yang maling! Berani-beraninya dia me
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU45. PEMECATAN (BAGIAN A)“Atasan?!” Mama dan Maura memekik bersamaan, dan kemudian mereka langsung saling berpandangan. Mereka terdiam sebentar, sebelum menatap Mas Farhan dengan lekat seolah ingin memastikan ucapan yang baru saja Arga lontarkan.Melihat Mas Farhan yang mengangguk lemah, mereka kompak menutup mulut mereka dengan dramatis sambil menggeleng. Lalu Mama mendekati Arga dan menjabat tangannya dengan hangat dan juga erat, aku mendecih sinis. Mereka terlalu berlebihan jika berurusan dengan sesuatu yang berbau ‘uang’ dan juga ‘jabatan’.“Ya ampun, Pak! Maaf ya, saya tidak mengenali Bapak! Farhan sering cerita kalau atasannya adalah orang yang sangat baik dan juga bijaksana, saya tidak menyangka kalau Bapak semuda ini,” katanya memuji. “Hebat loh!” kata Mama lagi.Aku memutar bola mata dengan bosan, kemudian mengalihkan pandanganku ke arah Arca yang terlihat menyimak adegan drama ini dengan sangat khidmat. Namun set
46. PEMECATAN (BAGIAN B)Mas Farhan hanya bisa diam dan tidak berkutik, tidak menjawab maupun menyanggah, bertindak seperti orang bodoh yang tidak tahu harus melakukan apa dan bagaimana.“Maaf, Pak! Sepertinya itu bukan urusan Bapak. Apakah Bapak tidak menyadari, kalau Bapak terlalu ikut campur pada urusan karyawan Bapak?” tanya Mama dengan ketus.Aku mengira Arga akan marah dan juga emosi karena sudah di dikte sedemikian rupa oleh Mama, tapi dia hanya tersenyum santai dan menatap Mas Farhan dengan tajam.“Apa Pak Farhan tidak memberitahu mereka peraturan perusahaan saya?” tanya Arga pelan.“Peraturan apa, Mas?” tanya Maura ingin tahu.Sama denganku yang juga penasaran akan peraturan itu, karena aku memang sama sekali tidak mengetahui apapun masalah pekerjaan dan perusahaan tempat Mas Farhan bekerja.Aku bahkan tidak tahu kalau Arga adalah atasan Mas Farhan, karena setahuku atasan Mas Farhan adalah Pak Anton. Dan sekarang aku sangat penasaran, peraturan apa yang Arga bicarakan.“Karya
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU47. PERMINTAAN MAS FARHAN (BAGIAN A)"Laporkan saja!" kata Arca tegas. "Biar kapok dia, dan keluarganya itu. Kan, mereka selalu saja membangga-banggakan jabatan Farhan, kalau Farhan dipecat dengan tidak terhormat dar jabatannya sebagai seorang direktur di perusahaan terkenal, apa mereka masih bisa bersikap sombong?" lanjutnya menggebu-gebu.Aku yang hendak membuka mulut, sontak kembali diam dan menutup mulutku dengan rapat. Harus aku akui kalau apa yang Arca ucapkan ada benarnya, tapi … bukankah memelihara dendam itu tidak baik?"Jangan memikirkan hal yang aneh-aneh, Aya. Ini balasan dari Allah untuk mereka!" katanya masih berusaha mempengaruhiku. “Ini sudah garis takdir, kalau kita menanam hal yang buruk maka kita akan memanen sesuatu yang buruk juga!” katanya lagi.Mendengar ucapan Arca, semua orang kini lantas menatapku dengan pandangan ingin tahu, menunggu keputusan yang akan aku berikan pada Mas Farhan. Aku menghela n
48. PERMINTAAN MAS FARHAN (BAGIAN B)"Heh, kan gue bilang 'bisa saja', masih kemungkinan! Lo-lo pada ngapain nyolot, sih?" Arga berujar heran."Btw, kalian kok bisa kenal, sih?" tanya Maura tiba-tiba.Aku yang juga penasaran, sontak memasang telinga baik-baik. Ingin mendengarkan kisah mereka bertiga, kok, bisa kenal sedemikian dekatnya."Kami satu kampus, temen akrab. Makanya pas lulus langsung kerja di perusahaan dia, lumayan ada orang dalem," ujar Mas Putra sambil terbahak.Mas putra ini, walau lebih muda tapi dia pintar. Dia bisa lompat kelas hingga sekelas dengan Mas Bobby, otaknya sangat encer."Wah, hebat!" kata Arca pelan."He'eh, hebat. Mas-masku ini memang hebat!" kataku bangga.Mas Putra langsung berpose keren, dengan mengangkat sebelah alisnya. Aku terbahak karenanya, dan diikuti juga oleh Arca."Eh, kalian makan malam di sini, kan? Bi Surti sudah masak banyak itu," kataku meminta peesetujuan."Oke lah!" Semuanya berujar kompak.Ting!Panggilan masuk ke ponselku, aku langsu
IKRAR UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU49. KUNJUNGAN MAMA DAN TANTE MIRA (BAGIAN A)Aku sedang berbaring di kamar saat ini, menikmati kesendirian yang terasa nyaman. Entah kenapa, sedikit banyak aku mulai mensyukuri perceraianku dengan Mas Farhan.Aku sudah memasukkan gugatan, dan pengacaraku akan mengurus semuanya. InsyaAllah, semuanya akan berjalan lancar karena Mas Farhan pun akan mempermudah semuanya. Dia harus menikahi Maura secepatnya, jadi wajar saja kalau dia juga menginginkan perceraian ini terjadi secepatnya.Sakit? Sudah pasti ada. Tapi sekali lagi aku katakan, entah kenapa aku mensyukuri perceraian ini.Setidaknya aku bisa tenang, dan terlepas dari keluarga toxic seperti keluarga Mas Farhan. Wak Ifah, serta Bi Masyitah juga semakin rajin menelpon untuk sekedar menanyakan keadaanku. Padahal Wak Lukman sempat keceplosan, mereka menelpon karena takut aku akan bunuh diri.Ya Allah, padahal aku sedikitpun tidak memiliki pemikiran seperti itu. Sakit, kecewa,
50. KUNJUNGAN MAMA DAN TANTE MIRA (BAGIAN B)“Lama sekali! Ngapain aja, sih?” tanya Mama dengan ketus.“Lelet banget!” timpal Tante Mira ikut-ikutan.Dia berjalan masuk bersama Maura, tidak lupa sambil menyenggol bahuku dengan sengaja. Aku menghela nafas panjang, dan ikut masuk setelah menutup pintu. Pasti setelahnya hanya akan ada pertengkaran dan adu mulut yang tidak akan ada habisnya.Aku ingin hidup tenang dan juga nyaman, aku tak mau lagi berurusan dengan keluarga mereka. Aku hanya berharap, ini lah yang terakhir kalinya mereka akan ke sini.“Ada apa?” tanyaku langsung setelah bokongku mendarat di sofa empuk milikku.Aku menatap mereka berdua dengan sangat santai dan juga tenang, Mama dan juga Tante Mira terlihat saling berpandangan, seolah tengah melakukan telepati.“Ayolah, atau kita mau tatap-tatapan sampai malam?” tanyaku lagi.“Apa maksud kamu? Kenapa kamu mengancam Farhan?” tanya Mama ketus.“Mengancam apa?” tanyaku tak mengerti.Tante Mira langsung terkekeh ketus, dan dia
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU51. WARISAN AYA? (BAGIAN A)Mama dan Tante Mira kompak membelalakkan matanya, lalu kemudian mereka berpandangan dengan dramatis. Seolah-olah aku baru saja mengatakan kalau besok akan terjadi kiamat dan dunia akan hancur.“Apa maksudmu?” tanya Tante Mira dengan ketus.“Masih belum jelas?” tanyaku balik.“Kamu tahu kan? Bagaimana kerasnya Farhan meniti karir di sana hingga bisa menjadi seorang direktur?” tanya Tante Mira padaku.“Tentu saja aku tahu!” balasku santai. “Aku yang menemaninya merintis karirnya, Tan. Jelas aku tahu, aku yang menemani Mas Farhan dari NOL!” kataku menekankan kata ‘nol’, dan membulatkan jari jemariku hingga menyerupai angka nol.“Kalau kamu tahu, seharusnya kamu tidak memberatkan Farhan. Tutup mulutmu sampai putusan cerai kalian disahkan oleh pengadilan agama!” ujar Tante Mira lagi, yang langsung diangguki oleh Mama dengan sangat semangat.“Untungnya untukku apa, Tan?” tanyaku santai.“Apa maksudmu?”