Share

Bab 2.  Penyusup Sakti Di Kuil Dewa

“Aku tidak akan menjadi mayat. Lebih baik aku menjadi Iblis agar bisa membalaskan semua dendam keluargaku!”

Liong Yun berteriak. Anak lelaki yang masih berusia delapan tahun itu sudah menanggung beban dendam yang besar. Ia tanpa rasa takut memasuki jalan setapak yang terbentang di depannya.

Saat Liong Yun mulai memasuki bagian dalam pulau itu, ia melihat sebuah cahaya terang yang mencolok diantara kegelapan pulau diselimuti hutan. Ia pun menjadikan titik cahaya itu sebagai tujuan. Beberapa kali ia meringis kesakitan merasakan terinjak batu berduri ataupun digigit binatang. Karena gelapnya tempat itu ia tidak mengetahui hewan apa saja yang sudah menggigitnya.

Anak itu terus berjalan dengan sisa-sisa tenaga dan semangatnya. Sesekali ia terjatuh dan merasakan hewan-hewan dibawah langsung menyerangnya. Hanya dengan menyapu dengan tangan ia coba menepis hewan-hewan yang merayapi tubuhnya. Hewan yang menggigit dimana saja tempat ia singgahi.

Keadaan Liong Yun semakin payah. Ia merasa pandangannya mulai kabur. Sudah dapat dipastikan hewan-hewan yang menyerangnya itu adalah hewan berbisa.

Pada akhirnya anak itu sampai juga ke tempat cahaya yang dilihatnya tadi. Ternyata cahaya itu berasal dari dalam goa yang letaknya tepat di tengah-tengah pulau itu. Tepat di depan goa itu, Liong Yun roboh tak sadarkan diri.

Beberapa saat setelah Liong Yun tidak sadarkan diri  hujan pun turun. Hujan yang entah dari mana datangnya, karena langit yang tertutupi pepohonan besar nan lebat membuatnya tidak bisa terlihat. Entah dari langit entah dari kekuatan lain.

Ada keanehan yang terjadi diakibatkan oleh tetesan hujan yang mengenai tubuh Liong Yun. Semua luka yang dialami Liong Yun perlahan mulai membaik sampai akhirnya tidak berbekas lagi. Begitu juga keadaan luka dalamnya. Air hujan itu benar-benar menyembuhkannya.

Liong Yun pun perlahan mulai membuka matanya. Ia merasakan tubuhnya terasa sangat segar. Perasaannya terasa sangat bersemangat. Ia sendiri tak mengerti apa yang terjadi. Liong Yun Bangkit, di depan gua ia melihat tulisan…

‘Bangkit dari kematian sebagai pertanda langit memilih. Gerbang Dewa di depan mata’

Sepuluh Tahun Kemudian

“Amitabha.. Ada apa denganmu Kaiming. Namamu yang artinya tercerahkan itu berbanding terbalik dengan wajahmu yang nampak muram. Kau adalah pemimpin di Kuil Dewa ini. Ketua Sekte Kuil Dewa tak selayaknya memiliki wajah yang masam!”

“Suhu.. Sebenarnya aku masih berat hati menerima tanggung jawab sebagai penggantimu. Seandainya tidak mengingat keinginanmu untuk mengundurkan diri dari dunia persilatan, tentu aku akan menolak. Kejadian waktu itu masih menghantuiku, aku merasa sangat  bersalah.”

Pembicaraan dua orang biksu itu terjadi di ruang pribadi Biksu Tian Kong. Guru Besar dari Sebuah Sekte ternama di dunia persilatan. Sekte yang anggotanya merupakan para pelayan dewa dari sebuah Kuil bernama Kuil Dewa di sebuah gunung bernama gunung Shenshan. Sebuah aliran pelayan dewa sekaligus perguruan silat yang bernama Sekte Kuil Dewa.

Di ruang pribadi Biksu Tian Kong guru besar Kuil Dewa yang telah mengundurkan diri itu, biksu Kaiming  menghadap. Ketua baru Sekte Kuil Dewa yang menggantikan orang tua berusia sembilan puluh tahunan itu. Ia menyampaikan segala keluh kesahnya kepada gurunya itu.

Biksu Tian Kong merupakan satu dari Empat Malaikat Sakti dunia persilatan. Ia mendapat gelar Malaikat Wajah Pualam. Gelar yang disematkan karena sifatnya yang welas asih, juga wajahnya yang tampan meski sudah menginjak usia yang sangat tua. Dengan nasehat bijak, biksu Tian Kong berusaha menenangkan muridnya itu.

“Kejadian yang menimpa keluarga Liong itu bukan salahmu sepenuhnya. Kau hanya dijebak hingga terlibat rencana berdarah itu. Permusuhan pribadi orang itu dengan keluarga Liong membuat dia dengan kekuasaannya merencanakan pembantaian i…”

Tiba-tiba saja perkataan  Biksu Tian Kong terhenti. Wajahnya berubah menjadi sangat pucat, “A-apa ini?” batin orang tua itu.

“A-ada apa guru?”

Biksu Tian Kong tidak tidak menjawab pertanyaan muridnya. Ia langsung melesat keluar dari kediamannya. Gerakan sangat cepat yang diperagakan Biksu Tian Kong bahkan tidak dapat dilihat oleh muridnya, Biksu Kian Ming. 

Kesaktian Biksu Tian Kong memang tidak bisa diragukan lagi. Sebagai salah satu dari delapan orang paling sakti di dunia persilatan tentu Ilmu Meringankan Tubuh nya sangat tinggi. Seorang tokoh yang tenaga dalamnya sudah berada di tingkatan bertindak atas kemauan hati. Tingkatan  tertinggi dari sebuah ilmu kesaktian.

Biksu Tian Kong melayang di atas atap kediamannya. Ia mengitari sekitar tempat tinggalnya itu dengan kemampuan penglihatan tingkat tinggi. Wajah orang tua itu terlihat sangat kebingungan.

“Aneh sekali! Aku sempat merasakan kekuatan yang sangat mengerikan di luar. Tapi mengapa tiba-tiba lenyap. A-apa mungkin itu hanya perasaan ku saja?” batin Biksu Tian Kong.

Bongg…

Terdengar bunyi lonceng besar Kuil Dewa di bunyikan. Sebuah pertanda datangnya bahaya yang sangat besar. Semua orang bergegas menuju bangunan utama kuil Dewa. Begitu juga Biksu Kaiming dan Biksu Tian Kong.

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Untung Wong Joyo
seperti pernah baca di cersil koh ping hoo ya.. alur ceritanya mirip sekali... semoga aja bukan ya..
goodnovel comment avatar
Siddiq Yusanto
Mantap lanjut.....
goodnovel comment avatar
Aguss Anto
kurang mantap
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status