Share

Chapter 2 Frustasi

"Steph ... Steph ... Steph ...." Luke bergumam ketika matanya menatap kosong ke jendela jet pribadinya. Dia sedang dalam perjalanan ke New York, setelah melakukan perjalanan bisnis selama seminggu ke San Francisco.

"Siapa Steph?" Lilian bertanya sambil duduk di depan kakaknya

Dia tidak menjawabnya, membuat Lilian melanjutkan, "Kamu jarang mengingat nama wanita, kecuali Patricia!"

"Kau mengenalku lebih baik daripada diriku sendiri," kata Luke dengan nada sarkastik

Lilian memutar bola matanya. Luke tersenyum lebar melihat adik kesayangannya bereaksi, dia akhirnya berkata, “Tadi malam ketika aku kehilanganmu di klub, aku menghabiskan waktu singkat untuk ONS dengan seorang wanita, dia luar biasa.”

"Dan sekarang kamu tidak bisa melupakannya?" Lilian bertanya dan Luke mengangguk

"Coba ulangi lagi, siapa namanya?"

"Steph" Luke menjawab singkay

"Maksudku bukan nama panggilan Luke!" Lilian memprotes

"Aku tidak tahu. Dia hanya memberitahu nama panggilan itu padaku!”

“Ugh….maka akan sulit untuk melacaknya!” Lilian memberitahunya

“Ahhh tidak perlu, yang aku butuhkan hanyalah ONS lainnya dan aku akan melupakannya!” Luke mengatakannya sambil mengambil teleponnya, membuat panggilan pada Liam, sahabatnya

"Hei, ke bar malam ini?" Dia bertanya dan dalam beberapa detik, dia tersenyum.

Lilian memutar matanya dan berkata, “Aku sangat berharap suatu hari kamu berhenti bermain dan menjadi seperti Luke yang dulu. Luke yang dulu yang jatuh cinta dengan seorang wanita dan setia padanya.”

“Aku mungkin akan mengecewakanmu, adikku sayang! Jadi, jangan terlalu berharap" Luke tersenyum pada Lilian

-----

Luke pergi ke bar bersama Liam dan keduanya meninggalkan bar, menuju hotel dengan dua wanita berbeda. Sudah seminggu, dia telah tidur dengan tiga wanita yang berbeda, seksnya hebat tetapi sekali lagi, dia tidak bisa menghilangkan pikirannya tentang Stephanie. Dia akhirnya menekan nomor PA-nya.

"James, datang kesini!" Dia duduk malas di kantornya

"Mr Miller, apa yang bisa saya lakukan untuk Anda?" James bertanya

“Lacak CCTV dari klub yang aku dan Lilian kunjungi di San Francisco seminggu yang lalu, temukan CCTV antara klub dan hotel, temukan seorang wanita yang bersamaku sebelumnya. Ketika kamu sudah melihatnya, temukan informasi terperinci tentang dia, aku ingin hasilnya segera! ”

"Baik Mr Miller akan saya lakukan," James pergi dan dia bingung sejenak, 'Ini pertama kalinya dia mencoba menemukan seorang wanita yang tidur dengannya. Menarik!!' James tersenyum

Namun, setelah mencari informasi selama seminggu, James memberi tahu Luke bahwa dia tidak dapat menemukan wanita yang Luke cari.

“Mr Miller, rekaman CCTV itu hilang, sepertinya telah dihapus oleh orang lain. Bukan hanya satu rekaman tetapi seluruh rekaman CCTV hari itu hilang.”

"Apa katamu?" Luke frustasi

"Maafkan saya Mr Miller"

“Sudahkah kamu mencoba bertanya kepada klub tentang daftar nama di meja VIP?”

“Saya melakukannya tetapi mereka tidak dapat merilisnya karena alasan perlindungan data”

“Lakukan sesuatu, demi Tuhan! Retas sistem mereka atau semacamnya!” Luke membentaknya

"Aku ingin identitas wanita itu, titik!" Luke berkata dengan suara yang dalam

"Akan melakukan apa yang Anda minta, Mr Miller" James dengan cepat meninggalkan ruangan Luke

Keesokan harinya, James datang dengan daftar tamu VIP tapi tidak ada nama Stephanie di dalamnya. Luke telah meminta James untuk memeriksa satu per satu tamu di daftar, tetapi dia tidak menemukan siapa pun yang berhubungan dengan Stephanie.

-----

Stephanie baru saja keluar dari kamar mandi ketika melihat Martin sedang duduk di sofa favoritnya di samping jendela. Ekspresinya dingin dan menakutkan.

"Kamu sudah kembali!" Dia menyambutnya dengan senyum lebar

“Bagaimana Eropa?” Dia menambahkan

“Sayang, kudengar kamu melakukan one-night stand yang indah beberapa minggu yang lalu” Dia menatapnya dengan mata yang dalam

'Sialan, aku sudah menghapus semua bukti tetapi dia masih berhasil mengetahuinya!' Pikir Stephanie

Melihat Stephanie terdiam, dia menambahkan, “Apakah kamu kurang seks? Apa aku terlalu lama meninggalkanmu? Aku harusnya membawamu ke perjalanan bisnisku lain kali, ”Martin bersandar malas di sofa

Stephanie berjalan ke arahnya, duduk di pangkuannya, "Aku tidak akan melakukannya lagi, aku janji!" Stephanie mendekatkan wajahnya padanya dan menciumnya

Martin menciumnya dengan posesif. Ketika dia melepaskan bibirnya, dia berkata, “Kamu tahu aku tidak suka wanitaku disentuh oleh orang lain! Kamu hanya milikku! HANYA MILIKKU!”

"AKU MILIKMU. SELAMANYA milikmu!” Dia mengatakannya dan dia bangun, membawanya ke tempat tidur, mulai menanggalkan gaun tidurnyanya

"Ahhhh ..." Stephanie mengerang saat Martin mendorong penisnya ke dalam vaginanya

“Katakan padaku, aku lebih baik darinya! Katakan padaku, hanya aku yang membuatmu mencapai klimaks!!!” Kata-kata Martin terdengar menuntut saat dia bergerak dengan kasar ke tubuhnya

"Iya kamu. Selalu kamu. Tidak ada yang bisa menggantikanmu Martin….Aku mencintaimu!!” Stephanie berkata dengan sedikit berteriak. Namun, sedikit menyakitkan baginya ketika dia tidak mendengar Martin membalasnya. Selalu seperti itu. Martin tidak pernah, bahkan sekali pun, mengatakan kepadanya bahwa dia mencintainya. Martin hanya mencintai Emily. Ya, Emily, kekasihnya yang sudah meninggal 3 tahun lalu.

Stephanie telah tinggal bersamanya selama 3 tahun setelah Emily pergi tetapi dia merasa bahwa dia masih tidak bisa menggantikan tempat Emily di hati Martin. Dia tidak bisa membuatnya jatuh cinta padanya. Tapi, dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan tinggal di samping Martin selamanya karena dia berhutang nyawa padanya.

----

Di pagi hari, dia bangun dan menemukan Martin tidak ada di sana. Dia pergi ke kamar mandi, mandi dan berganti pakaian. Ketika dia berada di depan cermin, merias wajah, dia mendengar Barbara, kepala pelayan di penthouse, mengetuk pintu kamarnya.

"Madam"

"Masuk"

“Madam, Mr Xander ada di bawah, menunggu anda. Sarapan juga sudah siap!”

"Oke. Dimana Martin?”

"Sir pergi ke Chicago, Miss Ross meneleponnya pagi ini." Barbara menunduk, dia takut Stephanie marah. Dia mengenal Stephanie dengan sangat baik, dan ya, dia benar, dalam hitungan detik, dia melihat Stephanie menyapu meja riasnya dengan marah, membuat seluruh makeupnya berserakan di mana-mana.

“Fuuuckkkk …….”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status