Share

Terbelenggu

Author: Ilyas One
last update Last Updated: 2022-06-15 15:27:45

Istri 100 Kilogram

Part 2

Jantungku terasa berdetak lebih cepat dari biasanya, kaki dan tanganku terasa panas dingin saat Pak Bagas berbicara lama dengan Papa mertua. Aku takut jika Pak Bagas memberitahu kejadian tadi pada Papa.

"Gimana sih, tadi katanya Papa dan Mama kamu nggak bisa datang!" decakku marah pada Ayu yang masih berdiri menggandeng tanganku. Tapi kami tetap berbicara dengan suara yang sangat pelan, jangan sampai orang lain mendengar pertengkaran kami. Untung saja ada alunan musik yang mengiringi jalannya pesta ini. Jadi suara kami tidak akan jelas terdengar oleh tamu-tamu yang lain.

"Nanti aku jelaskan dirumah," jawabnya santai dan terus tersenyum kearah beberapa rekan kerja yang melihat kearah kami. Mungkin mereka kasihan melihatku di gandeng oleh gajah bengkak, seharusnya Claudia yang berdiri disampingku sekarang.

"Dasar gajah bengkak, kamu nggak sadar ya kalau nggak pernah dianggap," maki Claudia dengan suara rendah pada Ayu. Tapi Ayu hanya diam tidak menanggapi ucapkan Claudia yang mengatakan secara langsung padanya dengan sebutan gajah bengkak.

"Dasar tuli," caci Claudia lagi, mungkin dia kembali berapi-api karena makiannya tidak ditanggapi oleh Ayu.

Aku samasekali tidak bisa berbuat apa-apa sekarang, karena ada mertua yang akan menghabisiku jika aku berani menyakiti anaknya.

"Kamu kok diam aja sih, Mas? Nggak ada niat apa ngebela aku," bentak Claudia padaku dengan suara yang tinggi. Sekarang semua tamu melihat kearah kami yang sedang bertengkar, termasuk Papa dan Mama mertua.

"Habis kamu, Mas," ucap Ayu yang dengan santainya meneguk minuman yang disediakan. Aku menelan ludah yang terasa kering, aku hanya bisa pasrah sekarang. Jika aku sampai ketahuan oleh mereka, aku bukan hanya di pecat dari menantu orang kaya, tapi juga akan di pecat menjadi anak sama Mama dan Papa.

"Ada apa ini, Sayang?" tanya Mama mertua pada Ayu yang sedang mencomot kue kering coklat. Ya ampun, masih saja dia memikirkan makanan saat situasi seperti ini.

"Coba Mama dan Papa tanya sendiri sama Mas Adam," ucapnya sambil menunjuk kearahku dengan mulutnya yang penuh dengan kue.

"Kenapa ini, Adam? Siapa wanita ini, kenapa dia marah-marah disini," tanya Papa mertua padaku, mampus, jawaban apa yang harus aku jawab sekarang.

"Kenapa kamu diam?" tanya Papa lagi dengan tatapan tajam.

"Jadi gini lho, Pa. Tadi itu kami kesini bertiga sama Mas Adam juga Claudia, jadi tadi aku nggak sengaja nginjak kakinya Claudia. Jadinya dia sedikit berteriak karena kakinya ke injak." Ayu menjelaskan semuanya dengan santai, dasar penipu ulung.

"Benar begitu, Adam?" tanya Papa lagi.

"I-iya, Pa," jawabku gagap.

"Memangnya dia siapa, Sayang. Kok bisa sih kalian satu mobil sama dia?" tanya Mama mertua pada Ayu.

"Dia ini Sekretarisnya Mas Adam, Ma. Jadi tadi itu mobilnya mogok, jadinya kami kasih tumpangan," jelas Ayu lagi yang masih sibuk memilih-milih makanan yang disediakan.

"I-iya Ma. Dia ini Claudia, sekretarisnya Adam," jawabku terbata. Kulihat sekilas wajah Claudia cemberut, mungkin dia nggak suka karena aku sama sekali tidak membelanya kali ini. Semua ini kulakukan untuk kebaikanku juga perusahaan Papa. Jika nanti perusahaan Papa sudah stabil, akan aku ceraikan saja si gendut ini.

"Kamu sekretarisnya Adam? Siapa yang ngundang kamu kemari? Bukannya ini hanya pesta untuk kalangan keatas ya?" tanya Mama mertuaku sini pada Claudia yang masih berdiri mematung tanpa senyum sedikitpun di wajah cantiknya.

"Eump…." Claudia sedikit ragu untuk menjawab apa atas pertanyaan Mama. Aku sangat takut jika Claudia akan membongkar semuanya disini, di depan semua orang.

"Dia sengaja aku yang suruh ikut, Ma. Buat bantuin aku megang tas sama bantuin aku ngambil makanan," potong Ayu lagi.

"Huufttt…." aku menghembuskan nafas lega karena lagi-lagi Ayu menyelamatkan aku dari posisi terdesak.

"Kamu, ambilin saya minum. Sekalian simpan yang ini," ucap Ayu pada Claudia sambil menyodorkan gelas yang sudah kosong bekas minumnya tadi.

"Apa?" Claudia terkejut mendengar perintah dari Ayu yang terkesan sinis. Claudia melihat kearahku meminta pembelaan dariku, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa sekarang. Aku hanya bisa berpaling melihat kearah lain agar tidak galau karena melihat wajah Claudia yang seakan ingin memakanku hidup-hidup.

"Kenapa kamu diam aja? Kamu nggak dengar anak saya bilang apa?" tegur Mama pada Claudia yang masih saja berdiri ditempat.

"Iya sebentar," jawab Claudia kesal yang dengan sengaja menyentakkan kakinya kelantai.

"Sekretaris kamu itu lelet banget sih, Adam. Pecat aja, cari sekretaris yang lain," ucap Mama mertua sambil berlalu dari hadapan kami. Mungkin dia akan menemani Papa mertua yang bertemu dengan rekan kerjanya. Segera aku tarik tangan Ayu yang sedang menikmati kue kering coklat kesukaannya ketempat yang lebih sepi.

"Kamu apa-apaan coba kesini, pakai acara bawa Papa sama Mama segala lagi," bentakku pada Ayu setelah kami berada di taman belakang.

"Harusnya kamu itu berterima kasih sama aku, Mas. Karena aku berhasil menyelamatkan nama baikmu sebagai suami," ucap Ayu sinis.

"Bukannya kata kamu tadi Mama sama Papa nggak bisa datang? Kenapa sekarang tiba-tiba mereka bisa datang?" selidikku penasaran.

"Tadi setelah kamu pergi, Mama dan Papa telepon. Katanya mereka jadi pergi ke pesta karena mau bertemu dengan orang penting. Jadinya aku nyusul kamu kesini," ucap Ayu menjelaskan. Perlahan aku melepaskan cengkraman tanganku dari lengan besarnya itu, aku juga sedikit salah tingkah karena sudah marah-marah dan ceroboh. Dia sudah sangat baik juga sabar menghadapinya tingkahku selama ini, walaupun aku baru menikahinya selama seminggu. Tapi aku sudah sangat banyak menorehkan luka, bahkan tiap malam aku selalu meninggalkannya sendirian di kamar hanya untuk keluar jalan-jalan dengan Claudia. Bahkan aku tidak segan-segan untuk melakukan panggilan video Dengan Claudia di depan Ayu. Tapi dia sama sekali tidak marah padaku, dia tetap memperlakukan aku layaknya suami.

Bahkan dia tau makanan dan minuman kesukaanku, juga dia tahu hoby yang aku gemari. Pernah sekali dia memberikan aku kado yang berisi sepatu futsal yang kuperkirakan harganya fantastis. Entah dari mana dia tahu jika aku suka bermain futsal, dia tahu segalanya tentang aku. Sedangkan aku, hanya tahu nama lengkapnya saja, itupun aku mengetahuinya ketika akan melakukan ijab kabul.

"Aku mau makan lagi, kamu mau ikut?" tanya Ayu yang mengejutkanku dari lamunan.

"Makan terus kamu, kapan kecil itu badan," ejekku dengan menatapnya dengan tatapan mengejek. Dia terlihat salah tingkah ketika aku mengatakan itu, apa dia marah ya. Ah, bukan masalah bagiku dia marah atau tidak. Yang aku katakan semuanya benar, jadi kenapa dia harus marah.

Dengan wajah yang ditekuk dia pun melangkah pergi dari hadapanku, dibilangin juga bukannya sadar sama bobot tapi malah marah. Aku biarkan saja terserah Ayu mau kemana, sekarang aku akan mencari dimana keberadaannya Claudia. Dari tadi aku tidak melihatnya disekitar sini, apa jangan-jangan dia sudah pulang ya. Karena sikapku yang tidak berani membela dia di depan semua orang, padahal ini semua juga aku lakukan demi masa depan kami nantinya. Karena aku berniat akan menikahi Claudia setalah aku menceraikan Ayu, padahal sudah beberapa kali aku mencoba mengajak Claudia untuk menikah siri, tapi dia tidak mau karena tidak ingin disebut pelakor.

Kemana Claudia, aku bahkan sudah berkali memutari kawasan pesta tapi dia tidak kelihatan. Akhirnya aku mengambil segelas air dan meneguknya hingga tandas. Sekarang bukan hanya Claudia yang menghilang, Ayu juga tidak bisa kutemukan keberadaannya.

Setelah minum, aku memutuskan untuk menelpon Claudia. Tapi percuma, sudah beberapa kali aku hubungi tapi tidak sekalipun dia mengangkatnya. Bahkan kini dia juga mematikan ponselnya, sialan.

Lebih baik aku memang segera pulang, mungkin saja Ayu dan Claudia memang sudah pulang duluan.

*

Tok Tok Tok

"Ayu…." aku memanggil nama Ayu beberapa kali tapi sama sekali tidak ada jawaban. Pintu terkunci, dan sialnya aku tidak membawa kunci cadangan tadi saat pergi saking terburu-buru. Padahal tadi aku membayangkan jika malam ini akan menjadi malam yang panjang antara aku dan Claudia, tapi semuanya malah menjadi kacau karena kedatangan Ayu dan mertua yang tiba-tiba.

"Ayu, buka pintunya," teriakku lagi sambil menggedor-gedor pintu. Beraninya dia tidak menjawab panggilanku, kemana sih dia. Aku mengeluarkan ponsel dan berniat untuk menelponnya, setelah layar pipih itu kuusap berkali-kali mencari namanya, tapi nihil tidak ada. Aku menepuk jidatku sendiri karena ternyata aku sama sekali tidak memiliki nomor ponselnya Ayu.

"Huuftt… sial!" gerutuku sambil menendang ban mobil yang masih terparkir di depan rumah.

"Maaf, Pak Adam. Nyonya belum pulang." Terdengar suara Mang Mamat yang tiba-tiba menghampiriku.

"Apa? Belum pulang, Mamang yakin," aku mencoba memastikan pernyataannya, dan dia mengangguk yakin.

"Mamang tau nggak nomer telponnya Nyonya?" tanyaku pada satpam itu.

"Memangnya Tuan nggak punya?" tanyanya ragu. Bahkan wajahnya menunjukkan jika dia bingung, seakan dia salah mendengar pertanyaan dariku.

"Eump, saya sudah ganti ponsel. Kebetulan semua nomor sudah hilang," jawabku sambil menggaruk tengkuk yang tidak gatal. Tidak mungkin aku mengatakan yang sebenarnya pada satpam yang memang ditugaskan untuk menjaga kami oleh Papa mertua. Bahkan pembantu yang bekerja dirumah ini juga pembantu yang sudah lama bekerja dirumah Mama mertua dulu. Dan mereka berdua adalah sepasang suami istri yang sudah mengabdi puluhan tahun di rumah Papa mertua.

"Oh, ini Tuan," ucap Mang Maman sambil menyodorkan ponselnya. Aku segera menyambar ponsel itu dan menyalin nomor Ayu di ponselku.

"Udah, makasih ya Mang," ucapku sambil masuk kembali kedalam mobil.

Tut Tut Tut !

Aku mencoba menghubungi Ayu, akhirnya panggilan teleponku di jawab pada dering ketiga.

"Assalamualaikum, Mas," ucap Ayu di seberang.

"Kamu dimana? Kenapa belum pulang," aku mencercanya dengan beberapa pertanyaan.

"Ini aku lagi pulang, Mas," jawab Ayu.

"Oke, cepetan."

Aku mematikan sambungan telepon dan menyandarkan punggungku pada kursi kemudi. Pikiranku melayang pada Claudia yang sampai sekarang nomornya tidak bisa dihubungi. Sebaiknya besok sebelum ke kantor aku akan kerumahnya dulu, untuk memastikan jika dia tidak marah padaku.

Lima menit menunggu, ternyata Ayu sudah pulang. Aku segera turun dari mobil dan menghampirinya yang sedang menurunkan beberapa kantong plastik besar.

"Lama banget, mana kuncinya!" gerutuku kesal.

"Ini, Mas. Bantuin aku dong bawain ini semua," ucapnya sok manja.

"Ogah, bukan punyaku!" sinisku. Aku segera mengambil kunci rumah dan membukanya, lebih baik aku segera tidur agar besok aku bisa bangun lebih cepat.

Aku melirik ke belakang, Ayu terlihat kesusahan dengan beberapa kantong plastik besar di tangannya. Entah apa yang dia belanjakan malam-malam begini.

"Ambilkan aku air," ucapku saat sedang melepaskan jas yang aku pakai.

"Sebentar, Mas. Aku taruh ini dulu," jawab Ayu dengan suara khas orang kelelahan.

"Ini, Mas." Ayu menyodorkan segelas air padaku.

"Taruh aja di meja kan bisa," ketusku. Apa dia tidak melihat aku sedang bermain ponsel, aku sangat gelisah karena Claudia sama sekali tidak dapat dihubungi.

Setelah menaruh air di atas meja, Ayu mulai membereskan barang belanjaannya. Ternyata dia membeli stok makanan yang sangat banyak.

"Kamu tau apa perbedaan kamu sama Claudia?" tanyaku memecahkan keheningan.

"Maksud kamu?" tanya Ayu yang bingung dengan pertanyaanku barusan.

"Kalau kamu punya uang itu cuma untuk memanjakan perut, tapi Claudia akan memanjakan tubuhnya yang indah. Dia akan menghabiskan semua uang yang aku berikan untuk ke salon dan membeli baju-baju mahal, agar dia menjadi lebih cantik, bukan seperti gajah," sindirku dengan tersenyum jumawa.

Kulihat Ayu menghentikan aktivitasnya mengatur semua bahan makanan di kulkas. Dia juga terlihat meremas kedua tangannya yang putih tapi bulat-bulat. Dia cantik, tapi sayangnya dia tidak menyayangi dirinya sendiri.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ISTRI 100 KILOGRAM   Kejutan untuk Ayu

    ISTRI 100 KILOGRAMPart 40Aku pulang dengan perasaan kacau, sepeti hatiku yang sedang berkecamuk. Ayah menyuruhku menikah dengan wanita pilihannya, tentu saja aku tolak mentah-mentah. Aku sudah memiliki Ayu, wanita yang paling istimewa setelah Ibu."Ayah nggak mau tahu, kamu tetap harus menikah dengan Jenni. Dia itu anak teman bisnis Ayah," perintah Ayah tadi saat aku masih berada dirumahnya."Nggak bisa, Ayah. Aku sudah tunangan, dan nggak mungkin aku menikah dengan perempuan lain lagi," tolakku cepat.Dengan wajah merah padam, Ayah bangkit dan menyalakan rokoknya. Aku tahu dia sangat marah, Ayah tidak suka penolakan."Siapa perempuan itu?" tanya Ayah datar."Namanya Ayu, dia baik dan lembut. Dia juga dari keluarga terhormat, Ayah tenang saja," terangku setenang mungkin, Ayah tidak boleh tau jika aku sedang gugup."Baik, beri Ayah waktu untuk berpikir. Karena sebelum kamu menikahi wanita itu, Ayah harus tau siapa orang tuanya terlebih dahulu," seru Ayah.Aku sedikit tenang setelah A

  • ISTRI 100 KILOGRAM   Calon istri untuk Danis

    ISTRI 100 KILOGRAMPart 39Pov DanisSetelah meluapkan semua kekesalan yang tersimpan dalam hati, aku segera berbalik badan dan pergi meninggalkan Adam yang masih terpaku mendengar penuturanku tadi. Dia pasti tidak menyangka jika aku sudah tau semuanya, bukan hanya aku, tapi juga Ayu.Ketika itu aku senang mengobrol dengan Papanya Ayu. Dia mengatakan jika seharunya pernikahanku dengan Ayu di percepat. Tentu saja itu berita yang membahagiakan bagiku, apalagi aku sudah tidak sabar untuk memiliki Ayu seutuhnya.Pak Pratama juga berjanji akan menjaga Ayu agar tidak lagi dekat dengan Adam. Dia telah menyewa beberapa orang untuk mengawasi gerak-gerik Adam. Pak Pratama juga tau, jika yang mendonorkan mata untuk Ayu adalah Mamanya Adam. Tapi itu sama sekali tidak membuat hati Pak Pratama luluh untuk menjodohkan Adam kembali dengan Ayu.Namun saat kami berbicara, Ayu ternyata sudah mendengar semuanya. Dia sangat marah dan kecewa pada kami berdua, bahkan sampai saat ini dia mengurung diri di da

  • ISTRI 100 KILOGRAM   Danis dan Adam

    ISTRI 100 KILOGRAMPart 38Pov Adam.Sudah tujuh bulan sejak kejadian itu aku tidak pernah kembali lagi ke sana, melihat wanitaku yang kini hampir sepenuhnya menjadi milik orang lain. Kutatap nanar batu nisan yang bertuliskan nama wanita yang pernah melahirkanku. Wanita yang membesarkanku dengan kasih sayangnya. Mungkin, inilah titik terendah dalam hidupku saat ini.Tidak ada yang salah dengan keadaan ini, hanya saja waktu yang kurasa belum tepat. Kurasa, semua ini memang pantas kami terima setelah semua penghinaan dan cacian yang dulu pernah kami lontarkan padanya.Aku memilih untuk menetap disini, karena jika aku disini aku bisa lebih leluasa untuk menjenguk makam Mama. Tidak ada yang tau jika Mama sudah tiada, hanya aku dan Papa yang tau. Karena kondisi yang tidak memungkinkan serta satu dan lain hal, kami memilih memakamkan jenazah Mama di negeri orang."Bilang sama, Ayu. Mama minta maaf," lirih Mama waktu itu. Aku hanya bisa mengangguk sambil menangis melihat kondisi Mama yang ti

  • ISTRI 100 KILOGRAM   Rahasia

    ISTRI 100 KILOGRAMPart 37Pov Ayu."Mas Adam kabur dari rumah?" tanyaku lagi memastikan jika aku memang tidak salah dengar."Iya, Non. Mereka bertengkar hebat. Waktu Den Adam kabur dari rumah, Nyonya sama Bapak berusaha ngejar. Entah bagaimana kejadiannya, tiba-tiba Mbak dapat telepon dari rumah sakit mereka bertiga dirumah sakit karena kecelakaan.""Terus mereka kenapa sampai dibawa ke Singapura, aa?" tanyaku lagi. Inikah alasan Mas Adam tidak menemuiku ketika aku kecelakaan."Karena kondisi Nyonya parah, makanya Bapak bawa Nyonya kesana," jelasnya lagi.Aku kesini untuk mendapatkan jawaban atas semua kejadian yang menimpaku, tapi yang aku dapatkan malah teka-teki yang lebih besar.💜💜💜💜💜💜💜💜Setelah pulang dari rumahnya Mas Adam, kini aku baru menyadari jika banyak hal tentangnya yang belum aku ketahui.Dia bahkan menyembunyikan hal serumit ini padaku, apa sebenarnya Papa dan Mama tau masalah ini. Hanya saja mereka tidak mau memberitahu agar aku tidak salah kaprah.Masih tern

  • ISTRI 100 KILOGRAM   Ayu ke rumah Adam

    ISTRI 100 KILOGRAMPart 36Pov AyuAku terus berlari di antara ratusan tamu yang hadir, tujuanku adalah Mas Adam. Tidak apa jika dia meninggalkan aku, tidak apa jika dia menceraikan aku. Tapi dia harus menjelaskan kenapa dia tiba-tiba ingin berpisah seperti ini. Padahal sebelum kecelakaan, dia selalu memohon padaku agar aku tidak meninggalkan dia. Juga selalu meminta kesempatan kedua untuknya memperbaiki kesalahannya dulu."Ayu, tunggu." Itu suara Danis, aku yakin dia juga mengejarku. Tapi biarlah, aku hanya ingin mendapatkan sebuah penjelasan.Setelah lama mencari, tidak ada jejak Mas Adam. Dia menghilang lagi, menghindariku. Entah kemana dia, aku menopang kedua tanganku pada lutut. Nafasku sampai ngos-ngosan karena kelelahan mengejar Mas Adam. Aku tidak mungkin salah lihat, tadi Mas Adam turun menggunakan tongkat dan juga dibantu oleh orang lain."Kamu mau kemana?" tanya Danis saat dia sudah berada di sampingku. Dia juga terlihat sangat capek karena ikut berlari bersamaku."A-aku…."

  • ISTRI 100 KILOGRAM   Adam bertemu Ayu

    ISTRI 100 KILOGRAMPart 35Pov Ayu.Aku memutar-mutar cincin dijari manisku, ini adalah cincin pengikat bahwa aku dan Danis sekarang bertunangan. Hatiku bertanya apakah aku sudah siap untuk kebangkitan menikah dan menjadi seorang istri.Pikiranku masih tertuju dengan pernikahanku dengan Mas Adam dulu. Aku tidak menyangka jika aku akan menikah dua kali, karena impianku dari dulu adalah menikah sekali seumur hidup.Tok Tok Tok!"Non, ada Den Danis di depan." Terdengar suara Mbok Darmi yang memanggilku dari luar. Hari ini aku akan datang ke pernikahannya Talita dan Anta. "Suruh tunggu aja, Mbok. Bilang aja aku lagi siap-siap," jawabku setengah berteriak agar Mbok Darmi dengar.Aku segera mengambil tas kecil dan memasukkan ponsel kedalamnya. Aku juga kembali mematut diri di depan cermin, memperhatikan penampilanku sekali lagi. Selama tujuh bulan aku mengalami kebutaan, berat badanku semakin turun. Terakhir aku menimbangnya di angka 55kilo.Tapi bukannya ini yang aku inginkan dari dulu? M

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status