Gegas Beyza bangkit dan membenarkan posisinya semula. "M—maaf Tuan Exel. Ini tidak seperti yang Anda pikirkan." Gugup dan takut, itulah yang dirasakan Beyza sekarang.Bahkan mengangkat kepala untuk melihat wajah kekasih nya itu pun Beyza tidak sanggup."Aku tidak ingin mendengar penjelasan mu." Nada suaranya meninggi.Ia membantu tubuh Aslan untuk duduk, ia terlihat kesusahan karena lukanya. "Kau tidak apa-apa?!" Pertanyaan itu di lontarkan pada adiknya.Menggeleng, "Tidak terjadi apapun pada kita, kamu hanya salah paham. Dia tidak sengaja terpeleset, dan jatuh menimpaku. Itu saja."'Terpeleset?? Bagaimana mungkin Tuan Aslan bisa berbohong demikian? Padahal tangannya sendiri yang mendorong punggungku kedepan, hingga aku tidak dapat menjaga keseimbangan tubuh?!' pikir Beyza.Berpikir jika lebih baik, mulai saat ini ia harus lebih berhati-hati terhadap Tuan Aslan.Tidak berkata apapun lagi, Exel putar balik meninggalkan mereka. "Shitt!!" Hanya itu kata-kata terakhir yang mereka dengar
Jantungnya berdegup kencang saat pandangannya melihat mobil itu melintasi belokan jalan yang seharusnya menjadi tempat itu di gelar."Tuan!? Kita melewatkan jalan itu!!" pekik Beyza, pandangan mata mengekor belokan jalan yang telah di lalui.Seakan Aslan tidak mendengarkan ucapan Beyza. Manik mata pria itu masih fokus menghadap depan.Beyza memukul lengan Aslan. "Tuan, Anda akan bawa saya kemana?" Wanita itu merasa calon adik iparnya ini memiliki tujuan lain. "Maaf Beyza, aku harus melakukan ini." Jawaban datar; membuat pikiran Beyza takut."Maksud Tuan?! Hentikan mobil ini sekarang juga!!" teriak Beyza panik.Wajahnya tampak santai, tidak menunjukkan apapun —seakan hal yang di lakukannya ini benar."Tuan, please ... saat ini keluarga kamu menunggu kedatangan kita—mereka pasti cemas, karena mobil kita tidak kunjung sampai."Cih!"Kamu memang baik. Meski keluargaku hanya menjadikanmu pembantu di rumah itu, kau tetap terlihat seperti bagian keluarga dari mereka."Beyza tidak mengerti m
Dalam situasi panik, Exel menyeloroh, "Exel sungguh tidak terima, jika Aslan berniat mempermalukan Exel seperti ini. Lihat!! Hampir para tamu undangan kabur karena lama menunggu!!" ucapnya. Meski yang sebenarnya hanya Beyza yang membuat pikiran tidak tenang.Aisyah menepuk pelan punggung Exel untuk menenangkan. "Sabar, kita berdoa sama-sama. Semoga tidak terjadi hal buruk pada mereka."Tidak hanya Exel, Adam pun angkat bicara. "Mau taruh dimana wajah Papa jika pernikahan ini kembali batal!? Sebelumnya Papa sudah tidak yakin, kau lihat sendiri anakmu itu tidak memiliki tanggungjawab sedikitpun!!" Pria paruh baya itu menatap Aisyah tajam."Papa, please jangan mengatakan hal demikian. Dia juga anak kita." Wanita cantik dengan hijab terdapat bunga putih yang di tata seperti bandana di atas kepalanya menatap nanar wajah sang suami. "Maaf Ma, untuk saat ini Exel tidak bisa percaya pada Aslan. Beberapa kali dia menunjukkan sikap anehnya terhadap Beyza." Pria bersorban putih yang sedari du
"Minggir! Minggir!!" ucap Exel mulai menyerobot masuk. Tanpa peduli terdapat beberapa anggota polisi yang terlihat baru saja datang.Mereka memberi jalan pada Exel, banyak yang menerka jika pria itu adalah pasangan pengantin. Karena mengenakan pakaian yang sama. Korban pria lainnya baru di angkut ambulance beberapa menit lalu.Langkah kaki Exel terhenti. Saat kedua netranya melihat wanita cantik terbujur dengan lumuran darah pada tubuh beserta pakaiannya.Bibirnya terbungkam. Tenggorokannya tercekat, ia bergerak melambat berjalan mendekati tubuh Beyza. Ya, dia Beyza wanita yang beberapa saat lagi menjadi istrinya. Tapi keadaan wanita itu saat ini?Berusaha untuk tidak percaya dengan apa yang di lihat. Tapi, wanita itu sungguh Beyza. Ia terduduk, dan berteriak histeris. "Beyza!!!" Segera Exel mengangkat kepala Beyza dan meletakkan dalam pangkuannya. Memukul kedua pipi Beyza bergantian. "Beyza!! Bangun!! Beyza!! Buka mata kamu!! Please ... Aku mohon!!"Beberapa saat Exel menunggu Be
Di ruang usaha gawat darurat, dokter melakukan segala upaya demi memenuhi permintaan Exel. Pebisnis muda itu membayar berapapun asal para tim medis terbaik bisa menyelamatkannya. Meski yang di tugaskan mustahil untuk di penuhi.Seorang diri, pria dengan noda darah kering di pakaiannya itu duduk lemas. Menunduk, menutup wajah dengan ke dua tangannya. "Beyza, aku mencintaimu. Kau pasti menginginkan ucapan ini keluar dari mulutku, bukan?! Maafkan aku yang tidak bisa membahagiakan kamu.".Dari kejauhan, terlihat Gerald berjalan tergesa menuju ke arah Exel. Ia menyadarkan Exel. Pria itu membuka tangan dan melihat Paman Gerald duduk dengan wajah pilu.Menepuk bahu Exel pelan. Bibirnya bergetar. Exel masih menunggu pria tua itu bicara. "Xel—"Terdengar ia membuang napas berat. Lalu melanjutkan ucapannya yang tersendat. "Adikmu —"Tidak ingin berpikir buruk. Exel tetap sabar menunggu pria itu melanjutkan ucapannya. "Aslan ... Aslan tidak dapat di selamatkan—"Menunduk pilu, "Aslan Adikku
Brak!!!Telapak tangan yang memiliki tenaga kuat itu menghentak meja. Sorot mata tajamnya menelisik tiga pegawainya yang tidak becus dalam menjalankan pekerjaan yang diamanatkan.Ia mengacungkan satu jarinya; bergerak perlahan, menunjuk satu persatu mereka yang bergidik takut. Mereka menundukkan kepala. Takut-takut salah satu dari mereka di berhentikan hari itu juga."Kalian tahu, karena kebodohan kalian, perusahaan banyak merugi??" Ia berbicara dengan menunjukkan deretan giginya. Bukan tawa, malah dua netra itu memberikan arti jika atasan mereka ingin memakannya hidup-hidup.Bug!Tiga buah map coklat dijatuhkan kemeja, terlihat sebagian isinya semburat keluar karena tidak di rekat. Lembar sedikit tebal--yang entah tidak dapat di prediksikan berapa nominalnya.Mereka sempat melihat namun tidak satu pun tergiur. Karena tumpuk uang dalam map tersebut dapat dipastikan adalah; uang terakhir yang mereka terima dari perusahaan ini."Hari ini, adalah hari terakhir kalian bekerja!! Ambil ini,
Dalam perjalanan tak sengaja kuda bermesin miliknya menabrak seseorang. Hingga ia menghentikan mobil itu secara mendadak. Karena panik, cepat ia keluar dan memastikan keadaannya."Sial! Siapa menyebrang tanpa melihat jalan!!? Apa sudah bosan hidup!?" gerutunya segera membuka pintu mobil, turun dan berjalan menuju depan mobil. Terlihat disana seorang wanita dengan kedua kaki ditekuk; ia menekan kuat lututnya yang berdarah. Mengenakan rok berwarna merah muda selaras dengan jasnya."Apa kau sudah bosan hidup!? Hingga sengaja menabrakkan diri ke mobilku?! Untung saja mobilku tidak lecet!!" Ucapan Exel seolah mengejutkan, wanita itu cepat menoleh ke arahannya."Hai orang kaya tidak memiliki perasaan!! Yang harusnya di salahkan adalah Anda!! Menyetir mobil tanpa melihat depan!! Dan ini malah mencemaskan keadaan mobilnya. Bukannya saya!? Heran, dimana sebenarnya otak Anda!!" sungutnya tidak terima.Exel berjalan maju dan mendorong kepalanya kesal. Dalam keadaan seperti itu, ia masih saja bi
Keduanya mendengar suara bel pintu masuk berbunyi. Beberapa menit kemudian asisten rumah tangga datang memberi informasi jika perawat Aisyah sudah datang."Suruh dia masuk!!" titah Adam."Baik, Tuan."Kedua pria yang masih berdiri ditempat semula, melihat wanita memakai rok dibawah lutut dengan berjalan sedikit pincang. Jantung Exel berdebar. Sepertinya Dewi Fortuna tidak berpihak padanya saat ini. Yang dipikirkan sepertinya benar adalah. Belum melihat wajahnya saja ia sudah merinding aneh. Matanya mengekor dari ujung kaki ke atas sampai terlihat wajahnya.'Astaga!!'Bersamaan gadis itu juga memperhatikan Exel dengan sorot mata membunuh. 'Sialan!! Tatapan matanya sudah seperti iblis betina!!'Wanita itu menjulurkan tangan ke arah Adam, mereka berjabat tangan. Seraya mengenalkan namanya. "Anne." Lalu berpindah ke arah Adam. Betapa terkejutnya gadis itu melihat pria di hadapannya."Anda?!" sapanya dengan menunjuk Exel.Berusaha menjaga wibawanya. Exel berusaha tetap tenang. Menyilangk