Adam menenggelamkan wajahnya di atas bantal, dan melanjutkan kegiatan senyum tanpa kejelasan itu. "Dasar Aisyah! Wanita hina yang ku rindukan!! Ralat!! Tidak!! Aku sudah gila!!" teriaknya dalam hati.Adam bangun, lalu mengacak rambutnya, kesal dengan sikapnya tadi, seharusnya ia tidak menerimanya? Apa yang terjadi? Tubuhnya telah berkhianat, membuatnya seperti orang tak punya pendirian. Menjatuhkan tubuhnya ke lantai, menyandarkannya di dinding tepi ranjang, bayangan yang indah pada beberapa menit lalu membuatnya tersenyum kembali."Tidak Aisyah! Kamu harus tanggung jawab!! Bagaimana kamu memporak-porandakan pikiranku! Kamu wanita hina kejam! Aku benci padamu, Aisyah!!" Kepalanya di letakkan diatas dua lutut yang ditekuk-nya, beberapa saat diangkatnya kembali.Adam meraba bibirnya dari sudut kanan ke sudut kiri, sangat hangat sentuhan bibir Aisyah--hingga tidak dapat dilupakan."Aku sangat lapar!! Tapi aku sangat malu bertemu kembali dengan wajahnya!" racau Adam hampir frustasi.
Malam itu entah keberanian dari mana, Aisyah menggandeng tangan Adam untuk segera pergi. Adam hanya melihat dengan wajah senang wanita itu menarik tangannya untuk pergi bersamanya."Sadar Adam!!!" batin Adam bergemuruh."Tunggu, aku mengambil kontak mobil sebentar!" Adam melepaskan genggaman tangan Aisyah.Aisyah malah memegang erat tangan Adam menahannya seraya berkata, "Kita tidak perlu mengeluarkan mobilmu dari bagasi. Karena tempatnya tidak jauh. Kira cukup jalan kaki saja.""Baiklah."Ditengah perjalanan, Adam mengeluh."Berapa lama lagi kita akan sampai? Kakiku sudah tidak kuat berjalan!!" dua sungut di kepala Adam muncul. Kepalanya hampir terasa panas sekarang.Ingin marah tapi tenaganya sudah habis."Sabar, Tuan. Baru juga beberapa menit kita berjalan? Anda sudah mengeluh lelah. Tidak sepadan dengan tubuh Anda yang besar dengan otot-otot yang kekar," kata Aisyah berniat mencemoohnya."Apa kau bilang?" tanya Adam penuh tekanan. "Ah, malam ini aku tidak ingin berdebat. Tenagaku
Sesekali Adam mencuri pandang ke arah Aisyah, malam ini pria itu dapat menikmati hidup bersama wanita ini.Karena terlihat Adam mengusap perutnya tanpa henti, Aisyah mengajaknya istirahat sebentar di sebuah bangku kayu, di tepi jalan.Beberapa saat kemudian, Aisyah menepukkan tangan di paha Adam, satu tangannya menunjuk ke langit."Tuan, lihatlah ke langit!!" suruhnya belum menurunkan tangannya dengan satu jari telunjuk lebih tinggi.Tidak memberi balasan, Adam mengikuti perintahnya, menyandarkan punggung di dinding bangku dari kayu itu, lalu mendongak ke atas."Ada apa memangnya?!" tanya Adam basa basi."Lihatlah bulan itu, sangat indah dan meneduhkan bukan? Subhanallah... Ditambah kerlip bintang disekelilingnya, membuatnya terlihat cantik sempurna, sungguh Maha Besar ciptaan Allah Tuan, kita wajib mensyukurinya," ucap Aisyah tanpa melihat wajah Adam. Keduanya masih melihat langit yang sama.Adam tidak lekas bicara, namun beberapa saat kemudian ia menjawab, "Biasa saja," datar saja j
Aisyah melihat pria yang memegang kemudi, tidak seperti seorang supir--beberapa kali memberikan senyum untuk Aisyah melalui kaca spion di atas kepala.Aisyah hanya mengangguk--ia tidak ingin melihat wajahnya yang memberi senyuman untuknya berulang kali itu. Menurut ajaran yang di pelajari-nya, bertatapan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya pun adalah zina."Maaf, Kak, siapa pria yang sedang mengemudi?" tanya Aisyah setengah berbisik, diusahakan pria itu tidak menangkap suaranya."Oh, dia suami saya, sama bekerja di perusahaan itu juga, kita satu kantor." Penjelasan wanita yang belum diketahui namanya itu dapat dipahami Aisyah."Oh begitu ya." Aisyah manggut-manggut. "Kak, maaf boleh tidak kita berkenalan? Sedari tadi saya tidak mengetahui nama Kakak yang baik hati ini?"Mereka berdua menjabat tangan, "Saya Rara, kalau nama suamiku Danu, kamu sendiri?""Saya Aisyah, Kak. Senang berkenalan dengan kalian." "Kamu cantik dan sederhana, suamimu pasti bahagia mendapatkan dirimu," pujin
[Pekerjakan wanita itu sekarang juga, berikan pekerjaan yang berat untuknya!!!] Wanita itu diam sejenak dan beberapa saat kemudian menjawab [Baik, Pak].Tanpa basa-basi pria itu menutup panggilannya. Terlihat oleh mata Aisyah wanita dihadapannya ini menghembuskan nafas kasarnya. "Anda tidak apa-apa?" tanya Aisyah--memperhatikan wajahnya berubah lesu.Seketika ia membenarkan struktur wajahnya kembali, mengangkat dua sudut bibirnya, mengembang karena dipaksakan.Wanita yang bernama Sekretaris Safira ini membuka map milik Aisyah. Dibukanya pelan-pelan dan dibaca satu persatu surat lamaran kerja tersebut mulai dari data diri, riwayat pekerjaan, pendidikan terakhir dan beberapa berkas penunjang lain."Kau masih muda. Usiamu baru dua puluh dua tahun, juga masih single, kamu sangat cantik, sayang jika hanya bekerja sebagai office girl." Terlihat Safira adalah orang baik dimata Aisyah, tidak ingin pekerjaan berat akan diterimanya.Aisyah lekas tersenyum dan menjelaskan, "Pekerjaan apapun a
"Apa kau tidak ingin bertemu dengan saksi mata yang mengetahui pembunuhan terhadap Dewa?!" Ucapan Jenny membuat bola mata Adam membulat sempurna menatap Jenny."Pertemukan aku dengannya nanti malam!!" "Oke akan aku atur... Aku kesini ingin membicarakan proyek besar yang akan kita garap Minggu mendatang,-" Ucapan Jenny terpotong. "Aku tidak ingin membahasnya sekarang!" Dengan mengacungkan satu jari telunjuknya, menghentikan ucapan Jenny.Adam mengangkat gagang telpon, menghubungi Sekretaris Safira, memerintahkan akan ada pertemuan mendadak diruang meeting."Ya, sebentar lagi aku sendirian, dong di tinggal?" Jenny mengerucutkan bibirnya karena kesal."Siapa bilang aku akan meninggalkanmu sendirian?Kau akan ikut denganku karena pertemuan ini menjelaskan pada para pegawaiku tentang hubungan kita!!!""APA??!" Jenny tidak percaya--lekas ia meninggalkan kursinya, berdiri, lalu berjalan menghampiri Adam. Tanpa ragu Jenny memeluknya erat."Terimakasih, Sayang ..."Tok tok!!Terdengar suara
Adam berjalan terburu-buru, mencari Aisyah tanpa siapapun yang tahu. Bersikap santai dengan mengedar pandang mencari wanita berhijabnya."Kemana dia pergi!!?" Langkah panjangnya berakhir di koridor menuju kamar kecil untuk para pegawai.Terlihat wanita berdiri disudut dinding, menyembunyikan wajahnya. Sesekali terdengar ditelinga Adam isak lirih. Menyeka berulang kali air mata yang membanjir pipi dengan sebuah tissue.Perih, itulah yang dirasakan Adam. Ada apa sebenarnya dengan pria itu? Kenapa ada perasaan sesak saat wanita itu menangis? Aisyah tidak mengetahui Adam berdiri disana.'Apa yang harus kulakukan? Aku sendiri tidak mengerti dengan perasaan ini!! Sial!!!' Di sisi tempat, berjauhan dengan Adam, Jenny memperhatikan Adam. Wajahnya yang biasa terlihat berwibawa, kini bertolak belakang dengan sifat aslinya, hanya karena melihat Aisyah bersedih.Jenny menggertakkan gigi karena kesal, Aisyah tidak dapat dibiarkan. Wanita itu akan kembali merusak rencananya.'Ingat wanita pembunu
Di kediaman Adam...Pria itu bagai orang gila saja. Melihat penunjuk waktu telah menunjukkan pukul enam sore."Shitt!! Dimana wanita nista hina itu?! Bisa tidak sih sebentar saja, tidak mengusik pikiranku!!"Kakinya berjalan dari pintu utama menuju ruang keluarga hampir lima kali. Mengecek ponsel beberapa kali menunggu Aisyah memberi kabar."Dia punya ponsel 'kan?! Kenapa tidak menghubungiku jika pulang telat atau mau keluyuran dulu?! Dasar wanita hina!! Hijab hanya membalut tubuhnya tapi tidak hatinya!! Dasar wanita pembunuh!?" Mulutnya sama saja dengan dua kakinya, bekerja tidak sesuai pikiran dan hati.Dua mata mengekor kembali melihat menunjuk waktu di pergelangan tangan nya.Bagaimana waktu cepat berlalu kalau sesekali dia melihat jam di tangannya, dalam waktu sekejap saja. Ada perasaan tidak tenang dalam pikiran Adam. Iya merasakan hal buruk terjadi padanya. Bisa saja iya digoda para preman seperti pada waktu itu? Atau mungkin dia tidak mampu membayar taksi atau angkot karena