ISTRI BARU MANTAN SUAMIKU 13B
Aku tertawa mendengar kata katanya yang terasa menggelikan itu. Dia baru saja kami kenal dan baru akan masuk dalam hidup Mama dan Mas Nabil. Sementara aku sudah sembilan tahun bersama dengan Mama. Bagaimana bisa dia mengucapkan kalimat menggelikan itu?Aku mengabaikan kata kata Meisya, juga tak sedikitpun menatap Mas Nabil yang dari sudut mata dapat kulihat kalau dia sedang mengamatiku. Aku meraih tangan Mama dan menciumnya."Kalau Mama kapan kapan mau ke rumah lagi, gak usah naik taksi online. Telepon saja ya Ma, nanti Vivi jemput."Mama tersenyum sambil memgangguk. Aku lalu bergegas menuju mobil tanpa menoleh lagi pada calon pengantin itu. Di dalam mobil, kutekan tekan dadaku, mencari rasa sakit dan pedih yang kerap kurasakan setiap kali melihat Mas Nabil. Aneh, rasanya aku baik baik saja. Tak ada lagi cemburu, bahkan hatiku terasa utuh, tanpa ada lubang lagi seperti dulu."Mbak!"Meisya mengeISTRI BARU MANTAN SUAMIKU (14A) (Ada gak mantan istri jadi valak? Adaaa… baru juga mantan suami mau bahagia, eh si mantan istri berulah. Cari laki lain kenapa buukk? Udah lima tahun belum move on juga.) Status F******k Tania lewat di berandaku. Sepupu Mas Nabil yang satu ini memang terkenal nyinyir. Bukan kali ini statusnya yang menyindirku dia bagikan di sosial media. Aku diam sesaat, berusaha menenangkan diri. Sebetulnya lebih mudah kalau dia diblokir saja, tapi kok kesannya aku menghindar. Itu sungguh bukan aku. Kucari nomor W* Tania dari daftar kontak. Lalu kukirim pesan W* untuknya. (Bisa ketemu?) Lima menit, sepuluh menit. Setengah jam kemudian pesanku baru dibalasnya padahal sudah centang biru sejak tadi. (Mau apa? Kita sudah gak ada hubungan apa apa sejak kamu bercerai dengan Mas Nabil.) Aku mengerucutkan bibir.
ISTRI BARU MANTAN SUAMIKU 14B Sampai di rumah, ternyata kejutan lain sudah menanti. Mas Nabil duduk menunggu di ruang tamu sementara Tiara sedang setor hafalan. Aku teringat belum mencari TPA yang baru untuk Tiara. Kutatap Tiara dan Mas Nabil yang duduk berdekatan. Mereka tampak akrab. Selama ini memang Tiara nyaris tak merasakan pedihnya perpisahan karena kami seringkali bertemu dan berkumpul di rumah Mama. "Ada apa? Bukankah biasanya kau tak suka bertemu denganku sehingga aku harus keluar dari rumah Mama seperti kuman." Ujarku langsung begitu tubuh Tiara lenyap di balik pintu kamarnya. Mas Nabil menghela nafas panjang. "Vi, apa kau yakin itu Meisya?" Dia balik bertanya. "Bukankah aku sudah memberikanmu bukti yang cukup. Mau percaya atau tidak itu urusanmu." Mas Nabil mendesah, lalu meraih gelas kopi di hadapannya. "Aku… a
ISTRI BARU MANTAN SUAMIKU (15A)"Vi, ini apa maksudnya? Kok Bik Rum gak mau Mama kasih gaji?" Tanya Mama pagi itu melalui sambungan telepon. Aku baru saja selesai sarapan dan mengantar Tiara sampai menaiki mobil jemputan sekolahnya ketika telepon Mama masuk. Kuletakkan lagi tas kerjaku di atas meja ruang tamu."Emm, maaf Ma. Bik Rum sudah Vivi bayar gajinya selama satu tahun ke depan." Ujarku pelan."Loh kok gitu? Bik Rum kan kerja untuk Mama, kok kamu yang bayar?""Ma, Vivi minta maaf kalau lancang, tapi aku ingin sekali melakukan sesuatu untuk Mama. Aku sudah tak bisa lagi menemani Mama di rumah. Jadi lewat Bik Rum, aku titipkan kasih sayangku pada Mama. Mohon Mama jangan menolak."Aku menggigit bibir. Selama tiga puluh tahun usiaku, aku tidak diajarkan untuk meminta maaf dan merendahkan diri di hadapan orang lain. Tapi di hadapan Mama, entah mengapa rasanya semua mengalir begitu saja. Tak terdengar jawaban
ISTRI BARU MANTAN SUAMIKU (15B)Aku meluruskan pinggang yang terasa penat. Nyaris setengah hari berkutat dengan angka angka rencana gathering kantor membuat kepalaku sedikit berdenyut. Kulirik jam, sudah lewat waktunya makan siang.Ponselku bergetar. Jantungku berdebar kencang mendapati nama Mbak Anik yang menghubungiku. Mbak Anik nyaris tidak pernah meneleponku. Dia tahu kalau aku sibuk dan tidak suka menerima telepon kalau bukan untuk sesuatu yang urgent."Halo? Mbak Anik?""Non, ini kenapa Tiara belum pulang ya? Biasanya jam segini kan sudah di rumah. Mbak tadi lihat mobil jemputan sekolah juga sudah lewat."Aku terkejut mendengarnya. Suara panik Mbak Anik diseberang sana membuatku semakin resah."Apa Tiara sama Non sekarang?""Gak Mbak. Gak ada." "Waduh kemana ya Non. Mbak cari kemana ini?"Aku langsung menutup ponsel dan mengubungi pihak sekolah. Seharusnya sekolah tahu bahwa selain orangtua,
ISTRI BARU MANTAN SUAMIKU (16A)Cinta, bisa membuatmu melakukan apa saja. Cinta, bisa merubahmu dari yang biasa menjadi tak biasa.Cinta, bisa memalingkan duniamu hingga terasa berhenti berputar walau sesaat.Dan cinta, menjadi alasan terbesar setiap manusia bertahan dari ketiadaan.___Mobil Mas Nabil memasuki halaman parkir kantornya tiga puluh menit kemudian. Cukup lama sehingga membuatku nyaris saja berteriak kesal kalau tidak ingat ini di tempat umum. Tatapan mata para karyawan yang heran melihatku ada di sini saja sudah cukup membuatku meredam segala emosi, meski rasanya menyesakkan. "Mama!" Tiara sudah berteriak begitu melihatku. Dia turun dari mobil dan berlari menghampiri. Kupeluk dia erat erat sebelum menyuruhnya duduk di sofa. Pakaian seragamnya sudah diganti oleh setelan celana jeans dan kaus putih lengan panjang yang tampak baru. Di belakang mereka, Mas Nabil dan Meisya berjalan mengikuti.
ISTRI BARU MANTAN SUAMIKU (16B)(Tiara sudah ketemu Vi?)Pesan WA Pak Adrian masuk ketika aku baru sampai rumah. Pesan dari Yuri juga masuk beruntun dan semuanya belum sempat kubalas. Kusuruh Tiara langsung mandi dan istirahat. Sepertinya hari ini aku harus memintakan izin dari TPA untuk tidak mengaji."Ya Allah Non. Mbak takut banget."Mbak Anik langsung memeluk Tiara. Dirangkumnya wajah mungil anakku dengan kedua tangannya."Sudah gak apa apa Mbak. Tolong ajak Tiara bersih bersih ya. Dia lelah sekali."Mbak Anik mengangguk dan langsung membawa Tiara ke kamar. Aku duduk dengan perasaan lelah. Kutatap lagi layar ponsel dalam genggaman.(Sudah Pak. Terimakasih.)(Kau tak perlu balik ke kantor. Kalau perlu, ambillah cuti sebanyak yang kau butuhkan.)Balasan Pak Adrian masuk seketika itu juga. Aku memejamkan mata. Di saat seperti ini, terkadang aku merasa rapuh dan butuh orang lain untuk menguatk
ISTRI BARU MANTAN SUAMIKU (17A)"Ini Mama beneran beliin aku hape?!" Tiara menatap kotak ponsel di tangannya dengan mata berbinar. Dia sudah lama berhenti merengek meminta ponsel setelah menemukan keasyikan ketika menggambar. Jadi sebagai gantinya aku memberinya kertas dan alat untuk menunjang hobi barunya itu. Kebanyakan yang dibuat Tiara adalah tokoh tokoh kartun dengan wajah khas Jepang. "Aku pengen bikin komik!" Serunya riang waktu itu. Aku tersenyum melihat antusiasmenya. Dia boleh jadi apa saja, aku tak akan membatasi kreativitasnya."Boleh kan aku jadi penulis komik? Atau arsitek? Atau, emm... tukang bikin baju?" Tanyanya polos. Dia belum tahu istilah designer. "Tentu saja boleh. Apa saja yang membuat Tiara bahagia." ---"Mama!" Aku tersadar. Tiara menunjukkan kotak ponsel di tangannya."Tentu saja beneran. Ya udah kalo gak mau Mama ambil lagi deh.""Eh, jangan." Tiar
ISTRI BARU MANTAN SUAMIKU (17B)"Tiara akan datang bersamaku. Suruh Mas Nabil fokus saja pada ijab kabulnya." Ujarku pada Tania ketika pagi pagi sekali dia datang untuk menjemput Tiara."Tapi Mas Nabil pesan untuk membawa Tiara pagi ini juga Vi.""Bilang padanya, pernikahannya tidak akan gagal hanya karena Tiara terlambat datang. Lagipula kalian tahu, aku tidak akan terlambat."Tania mendesah. Empat tahun menjadi ipar tentu dia tahu betapa keras kepalanya aku. "Baiklah. Tolong bantu jelaskan pada Mas Nabil ya.""Tenang saja. Saat ini yang paling dia butuhkan adalah calon pengantin dan penghulu."Tania tertawa kecil. Sejak insiden tas itu, dia sudah tak lagi membuat status yang berkaitan denganku. Uang memang seberkuasa itu. "Jam sembilan Vi." Ujarnya sebelum naik ke dalam mobil.Aku mengangguk, lalu melangkah ke dalam. Di ruang tengah, anakku sudah berdandan cantik dengan gaun berwarna