ISTRI BARU MANTAN SUAMIKU (28B)
"Jadi kau hanya tinggal bertiga dengan anak dan ART-mu Nak?"Aku mengangguk. Mama Bianca, Ibu Adrian menatapku lekat lekat."Aku anak tunggal Ma. Kedua orangtuaku pun anak tunggal. Mami meninggal ketika aku masih kecil, sekitar usia dua belas tahun. Sementara Papi meninggal tujuh tahun lalu." Jelasku.Mata teduh itu tampak berkaca-kaca."Dan kau melewati semua ini sendiri. Mendidik anakmu sendiri, hidup mandiri dan melakukan semuanya tanpa bantuan siapapun." Ujar Mama seperti sedang bicara dengan dirinya sendiri.Aku menundukkan kepala. Saat seperti ini, aku sungguh merasa kecil dihadapan mereka. Bukan karena harta, tapi karena aku yang tak punya siapa siapa. Dulu Mas Nabil masih sempat melamarku pada Papi. Tapi kini, aku harus menghadapi keluarga besar Adrian sendirian.Mama Bianca menatap Tiara yang duduk di karpet tebal bersama Attariz dan si kembar Agnes dan Anyelir. Entah apISTRI BARU MANTAN SUAMIKU (29A)Aku terbelalak menatap foto-foto yang dikirim Mbak Anik melalui pesan WA. Bunga mawar putih itu nyaris memenuhi ruang tamu dan ruang tengah. Itupun masih belum semuanya dimasukkan. Bunga bunga itu masih ada tangkainya dan terlihat segar. (Yang diluar malah tanaman mawar hidup dalam pot Non, banyak banget! Asyik Mbak Anik tinggal nyirem.)Astaga Adrian. Aku menutup ponsel dan berjalan ke ruangannya. Tapi ruangan Adrian terlihat kosong. Aku berlari ke meja milik Yuri yang berada di depan ruang Adrian. Dia sejak tadi memperhatikanku."Adrian kemana RI?" Tanyaku."Keluar dari tadi Vi. Emang gak bilang sama kamu?"Aku menunjukkan ponselku."Kamu buka toko bunga?" Tanya Yuri.Aku memutar bola mata, "Ini kerjaan Adrian."Yuri menekap mulutnya. "Astaga, si Bos ternyata romantis sekali." Dia tersenyum senyum sendiri. Aku kembali ke ruanganku, mencoba menghubunginya mela
ISTRI BARU MANTAN SUAMIKU (29B)Aku bangun agak kesiangan keesokan harinya karena semalaman tak bisa tidur. Tak ada ucapan selamat malam dan semoga mimpi indah darinya yang beberapa bulan ini tak pernah absen masuk ke dalam kotak pesanku. Ponselnya masih belum bisa kuhubungi. Sempat terlintas untuk menghubungi Mama Bianca, tapi aku takut dibilang lancang dan terlalu memburu lelaki. Baru saja kakiku turun ke lantai ketika ponselku tiba tiba berdering. Aku bergegas meraihnya dan hatiku berseru melihat Adrian yang menghubungiku."Halo?""Sayang." Suaranya terdengar jauh."Kamu dimana Mas? Kenapa ponselmu tidak aktif?" Pertanyaanku bertubi-tubi menyerbunya."Aku baik-baik saja. Kau ingat apa yang kubilang padamu tadi pagi Vi?""Apa?" Suaraku bergetar. Semua ini terasa misterius dan menyesakkan dada sehingga aku tak mampu mengingat apapun."Percayalah padaku maka semuanya akan baik-baik saja."
ISTRI BARU MANTAN SUAMIKU (30)"Non, jangan melamun terus. Mbak jadi sedih lihat Non murung. Padahal besok Non akan menikah."Mbak Anik mengusap-usap leherku dengan minyak aroma therapy, lalu memijat pundakku dengan lembut. Kepalaku terasa pusing sekali karena beberapa hari kurang tidur. Wajah Adrian terus terbayang beserta mistery yang mengikutinya. setiap malam menjelang tidur dia akan mengirim pesan romantis, tapi lalu ponsel nya tak pernah lagi aktif. Bahkan teleponku ditolaknya. Ada apakah semua ini? otakku terus berpikir keras menganalisa semuanya. Aku bahkan sama sekali tak memikirkan pernikahan. "Jangan sampai calon pengantin priamu tidak datang."Kata-kata Meisya waktu itu terus terngiang-ngiang. Apakah Meisya tahu sesuatu? Tapi aku tak mungkin bertanya padanya. Rumah lengang, Tiara sudah berangkat ke sekolah. Yuri baru saja memutuskan sambungan telepon dengan sejuta nasihat agar aku percaya pada kata-kata Adrian. Aku
ISTRI BARU MANTAN SUAMIKU (30B)Aku berpikir sebentar lalu masuk ke dalam kamar. Kuraih sehelai kerudung berwarna hitam dan kupakai dengan bantuan jarum pentul. Setelah itu aku melapisi kaos dan celana jeans yang kupakai dengan jaket panjang selutut yang juga berwarna hitam. Tak lupa juga kacamata hitam kutenteng serta, barangkali diperlukan.Adrian terpana menatapku turun dari tangga. Dia langsung berdiri menyambut di anak tangga paling bawah."Kau cantik sekali. Aku jadi tak sabar menunggu besok malam." Ujarnya sambil menggenggam tanganku.Kurasakan wajahku memanas mendengar kata-katanya. Adrian memakai kembali jaket hodie sampai seluruh wajahnya tertutup, juga kacamata hitam."Ayo kita pergi. Aku juga tak sabar menunggu penjelasanmu."Adrian tertawa kecil. "Aku suka perempuan yang tidak sabaran." Dia masih menggodaku."Vi, apakah rumahmu ini ada pintu belakangnya?"Aku mengangguk. Ada pintu kec
ISTRI BARU MANTAN SUAMIKU (31A)Aku menyerahkan ponselku pada Yuri, mengabaikan pesan Meisya dan bertekad hanya akan fokus pada acara ini. Tak akan kubiarkan hatiku goyah karena provokasinya.Kami tiba di hotel tempat akad nikah dan resepsi tiga puluh menit kemudian. Sebetulnya Mama Bianca meminta acara dipindahkan ke rumah saja, tapi menurut Adrian itu hal yang tidak perlu karena tak mungkin baginya mengalihkan tempat acara sementara undangan sudah disebar. Orang-orang akan curiga dan justru akan membuat si pelaku bertindak ekstrem. Kami sebisa mungkin harus bersikap tenang dan biasa saja, karena semua ini baru dugaan."Pelaku yang sudah ditangkap itu? Apakah tidak membuka mulut siapa bos mereka?" Tanyaku kemarin.Adrian menggeleng."Di kalangan para penjahat, ada yang namanya loyalitas. Mereka lebih rela ditembak mati atau minum racun daripada membuka mulut. Terutama jika si bos memegang kartu AS."Aku merinding.
ISTRI BARU MANTAN SUAMIKU (31B)Selamat Vi. Semoga kamu bahagia."Suara Mas Nabil terdengar tulus. Aku mengangguk, tersenyum padanya. Dia salah satu lelaki baik dan tulus yang pernah kukenal. Hanya karena kesombongankulah maka pernikahan kami harus berakhir. Aku menatapnya sekilas, merasa sedikit sedih akan takdirnya memiliki istri seperti Meisya. Tapi bukankah, semua orang bisa berubah? Kemungkinan itu bisa saja terjadi. Aku masih berharap Meisya tidak terlibat tindakan kriminal yang menimpa Alfian karena itu bukan hanya menghancurkan dirinya sendiri, tapi juga Mama dan Mas Nabil.Mama, yang kini bertindak sebagai orangtuaku dan duduk di kursi pelaminan bersama Tiara. Ini mungkin adalah kombinasi yang paling aneh. Tapi bukankah aku tak punya siapa siapa lagi yang lebih berharga dari mereka? Untungnya Mama Bianca dan seluruh keluarga Adrian sama sekali tak keberatan. Bagi mereka, kebahagiaan anaknya adalah yang utama. Sebuah prinsi
ISTRI BARU MANTAN SUAMIKU (32)Aku melangkah hendak menghampiri mereka, tapi Adrian menahan tanganku. Menggeleng."Jangan Vi. Biarkan saja.""Mas tidak tahu siapa Meisya. Dia bisa jadi berpura-pura sakit supaya bisa masuk kesini dan mencelakai Alfian.""Tenanglah. Alfian dijaga dua puluh empat jam. Aku akan mencari tahu apakah Meisya benar-benar sakit atau hanya alasan agar bisa masuk ke sini."Aku mengangguk. Adrian membimbingku kembali ke mobil setelah Mas Nabil tak terlihat lagi. Adrian mengemudi mobil dalam diam. Sepertinya dia sedang berpikir keras.Kami kembali ke hotel. Aku langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan berganti pakaian. Sementara dia sibuk dengan ponselnya. "Sayang, kau sudah berganti pakaian?" Tanya Adrian tanpa menoleh. Dia masih sibuk dengan ponselnya. Aku menahan nafas, sepertinya aku harus mulai terbiasa mendengarnya memanggilku 'sayang'."Makanlah dulu… Wow!"
ISTRI BARU MANTAN SUAMIKU (32B)Dia mirip sekali dengan Adrian, kecuali rambut ikalnya yang gondrong hingga ke bahu dan wajah yang lebih kekanakan. Bahkan kutaksir tinggi tubuh merekapun sama. Alfian tersenyum menatapku. Dia masih duduk di kursi roda, dengan sisa perban yang masih menempel di dahi kirinya."Halo Kakak ipar. Ternyata kau lebih cantik dari fotomu." Dia menyapaku lebih dulu. Aku tersenyum. Melepaskan Tiara yang menggeliat dari pelukanku dan berlari mengejar Attariz ke lantai atas. Mereka telah menjadi sepasang sahabat baik."Apakah kau baik-baik saja? Dahimu masih diperban?"Alfian menyentuh perban di dahinya. "Ah, ini. Orang-orang sial*n itu main keroyok Kak. Harusnya kalau satu lawan satu, mereka semua bisa kurobohkan dengan mudah."Aku meringis mendengarnya."Tak perlu merasa bersalah. Kata Bang Adrian kau terus menyalahkan diri sendiri karena ini. Ini belum tentu karenamu Kak.