Alan menarik napas pelan, mencoba menenangkan hatinya, ketika melihat Zahira menahan tangis.
âLalu kenapa ada seorang pengacara yang menuntutku, Zahira?â tanya Alan menahan emosi.
âAku benar-benar tidak tahu Mas, lebih baik kita ke Jakarta, untuk mengetahui semuanya ini,â suara Zahira parau, menahan tangis.
âCepat kemasi barang-barangmu, kita kembali ke Jakarta sekarang juga!â suruh Alan.
Zahira menuruti kemauan Alan, dengan cepat ia mengemasi pakaiannya dan memasukannya dalam travel bag miliknya, walau hatinya berkecamuk atas banyak pertanyaan, kenapa Alan menuduhnya seperti itu.
Mereka kini sudah duduk di kursi pesawat, duduk bersebelahan tapi saling diam, hingga akhirnya Zahira memberanikan diri untuk bertanya pada Alan.
âMas, kemarin Mas Alan bilang sudah meminta maaf pada ibu, ibu juga sudah memaafkan Mas Alan, kenapa tiba-tiba ada kabar, jika ibu menuntut Mas Alan?â
Alan menoleh ke arah Zahira, dengan pandangan kesal.
âAk
Hari terus belalu, Zahira semakin menikmati kehidupannya. Fatima, mengajaknya untuk mengaji di pesantren, dan sedikit-demi sedikit Zahira mulai menjalan ibadah.âZahira, jika ingatanmu pulih, ibu berharap, kamu tidak usah rujuk dengan Alan,âtitah Bu FatimaâKenapa?ââKarena selama kamu menjadi istrinya, kamu menderita, kamu tidak bahagia,âjawab FatimaâTapi, Mas Alan adalah ayah kandung Rena. ââRasid bisa menjadi ayah yang baik untuk Rena,âtegas FatimaZahira hanya terdiam.âAku akan memutuskan, jika ingatanku sudah kembali,âjawab ZahiraZahira duduk di pendopo bersama santri wanita, ia dengan hikmat mendengarkan tausiah yang dibawakan Nyi Hanum, sekitar dua jam, selesai.âZahira, bisa kita bicara?âucap Nyi HanumâBisa Nyi Hanum.âLalu keduanya berjalan kearah gazebo. Bagaimana kabarmu?âtanya Nyi HanumâBaik, saya menjalani hipnoterapi oleh dokter Reha.ââAlhamdulilah, begitu banyak kejadian, yang menimpa kehidupanmu, aku senang kamu dapat melewatinya, satu minggu lagi, Rasid akan kem
Rita dan sang sopir yang mendengar suara tembakan saling pandang dan terkejut, lalu, tanpa berpikir panjang, kedua orang itu memberesi pakaiannya, dan pergi menyelinap, keluar dari vila, mereka tidak mau terlibat masalah hukum.âCepat kita harus pergi, sebelum polisi datang,âajak RitaTapi keduanya terlambat, polisi sudah sampai di pintu pagar dan menangkap kedua pasangan itu.Dua orang polisi bergegas masuk ke dalam vila, dan mereka menemukan tubuh pria yang tergeletak di lantai kamar tidur dengan darah mengucur deras.Zahira histerisâNico!..teriaknya sambil menangis dan juga Rena ikut menangis dalam dekapan Zahira, sementara Alan masih terduduk menatap tubuh Abram, yang telah tewas.Polisi membawa Alan dan Zahira keluar kamar dan mengamankan TKP.Polisi wanita membawa Zahira yang masih ketakutan dan shock, kemudian Roy dan Santi terlihat berjalan ke arah halaman, keduanya bernapas lega mendapati Alan selamat walau telihat shock.âSyukurlah, Pak Alan berhasil menyelamatkan Bu Zahir
Tidak ada pemeriksaan yang ketat waktu memasuki halaman, keduanya turun dari mobil, disana terlihat Baron, sudah menunggu diambang pintu.âKamu sudah siapkan uangnya âkan, untukku, aku ingin uang cash,âbisik Baron pada Santi.âTentu saja, aku sudah siapkan, begitu kami selesai, Pak Baron bisa mengambil uang itu,âjawab Santi dengan tenang.Baron tersenyum, lalu mengajak Roy dan Santi memasuki villa mewah dan menuju ke sebuah studio, mata Santi mengedar ke semua ruangan.âVilla ini sangat klaisik dan indah,âucap RoySeorang wanita turun menuruni tangga sambil mengendong anak kecil saat itu jaga Roy diam âdiam mengarahkan ponselnya dan merekamnya.âSiapa wanita itu?âtanya SantiâDia istri Tuan Nicolas, âjawab Baron, lalu membuka pintu studio dan ketiganya masuk, disana ada Abram, yang sudah menunggu.âOh jadi ini Tuan Nicolas, suatu kehormatan bagi saya, bisa bertemu dengan pelukisnya langsung,âkata RoyâAku bersedia untuk diwawancarai, tapi tidak berkenan, jika wajah di ekspos, cukup
Alan semakin geram, dentuman musik semakin keras, hingga Alan sudah tidak bisa mendengar percakapan Amanda dan Baron, tapi setidaknya ia tahu, jika Abram dan Zahira masih hidup, dan tinggal di vila puncak bukit, dengan segera, Alan melangkahkan kaki dan pergi keluar night klup.Alan sangat marah, jika benar Abram, selama ini menyembunyikan Zahira bahkan membuat Zahira hilang ingatan dengan obat âobat terlarang.Alan menaiki taksi yang masih menunggunya, dia sudah tak sabar untuk memastikan jika Zahira dan Abram, masih hidup. Setelah sampai di hotel, Alan memanggil Roy dan Santi ke dalam kamarnya.âDuduklah kalian,âsuruh Alan dengan wajah serius, membuat kedua stafnya itu saling tatap dan takut.âAda apa Pak Alan, apa kami membuat kesalahan?âtanya RoyâTidak, ini bukan masalah pekerjaan, aku membutuhkan bantuan kalian,âbalas AlanâBantuan, apa, Pak?âtanya Santi penasaranAlan menghela napas sejenak, dan kembali serius.âAku tidak sengaja, melihat Amanda, dan aku bertemu denganya. D
Semantar itu di viila, terlihat Amanda sedang berbicara serius dengan AbramâApa kamu yakin itu Alan?ââSangat yakin, tapi aku rasa dia ke Bali, karena urusan pekerjaan, karena Alan bersama dua stafnya,âungkap AmandaâTenanglah, mereka tidak akan sampai di pengunungan ini,âjawab AbramâLebih baik kamu waspada, dan percepat pernikahanmu dengan Zahira, karena Zahira juga mulai meningat dirinya waktu kamu akan menodainya, ia bermminpi tentang itu,âjelas AmandaâApa Zahira bercerita tentang itu padamu?ââIya dia mengatakan jika bermimpi ada seorang pria yang mencoba menodainya dan menyayat dada pria itu dengan pisau.âAbram terdiam, ia berpikir tentang pagi ini kenapa Zahira menanyakan tentang luka di dadanya itu.âKamu benar, aku segera akan mempercepat pernikahan, dan setelah itu pergi keluar negeri, setelah menikah,âjawab Abram seriusâBaiklah , aku pergi dulu,âpamit Amanda.Malam semakin larut, Abram menuju kamar Zahira, setelah mengetuk pintu, Zahira membukakan pintu.âNico,ââAk
Zahiar telah siap, wanita itu semakin cantik, membuat Amanda semakin iri dengan saudari tirinya itu, ia sangat beruntung, dicintai dan digilai oleh dua orang pria.âKamu cantik Zanet. Nicolas sangat beruntung memilikimu,âceloteh AmandaZahira hanya tersenyum, lalu keduanya berjalan menuju mobil Amanda, diikuti Abram.âAku akan mengantar Zanet kembali ke sini,âucap Amanda pada AbramAbram, hanya tersenyum, dan mengangguk, lalu Zahira dan Amanda memasuki mobil dan berlahan mobil pun keluar melewati pagar tinggi.âAmanda,seperti apa Nicolas waktu kuliah?ââHeumm...dia introvet,lebih senang menyendiri dan tak banyak memiliki teman, sebenarnya aku juga tidak dekat denganya,setelah lulus dari universiras, aku tidak tahu lagi kabarnya, dan bertemu, secara tak sengaja, di Bali, kerena aku ingin membeli karya lukisan,âAmanda berusaha mengarang cerita.Zahira tampak sedih. âkita akan pergi ke mana?âtanya ZahiraâAku dengar dari Nico, kalian akan melakukan pernikahan ulang âkan, jadi aku akan m