Zahira mengerutkan dahinya, siapa yang telah melakukan test DNA, pikiran itu memenuhi kepala Zahira, dan kenapa Oma Sinta menyuruh memberikan ini padanya.âApa, Oma Sinta, menyuruhku untuk menyelidiki hal ini, Bi?ââSaya, kurang paham, saya takut Non,â suara Darni terlihat ketakutan.âSebelum jatuh, Oma, dari ke kamar siapa?ââKurang tahu, malam itu aku dan Ndoro Oma, baru saja membicarakan tentang Tuan muda Abram, dan selanjutnya, Oma naik ke lantai dua, sedang Bibi, mencuci piring,â ungkap Darni.âBi Darni, bawa kembali kertas ini, pemiliknya pasti mencari kertas ini,â suruh Zahira tapi sebelumnya Zahira memotret lembaran kertas Test DNA.âAduh, Non, terus bagaimana saja jawabnya.â Darni cemas.âJika ada yang meminta kertas ini, berikan saja, dan bilang padanya, jika Oma menyuruh menyimpannya, lalu berikan dan jangan beritahu soal pesan yang sebenarnya dan tentang pertemuan kita ini.â Zahira menghela napas.âIni masalah besar Bi, dan aku rasa berbahaya, jika kita tidak hati-hati,
Alan menemui calon investor untuk perusahaan yang akan di dirikannya. Kini ia duduk di sebuah ruang private room, dan tampak tegang menunggu seseorang. Tak lama kemudian, seorang pria berusia 60 tahun datang, ia tersenyum ke arah Alan.âSelamat siang, Pak Danu,â sapa Alan sambil bangkit dan menjabat tangan pria yang disebut DanuâSiang, Alan, aku tak menyangka pemuda sepertimu sudah memiliki tekad untuk mendirikan sebuah perusahaan,â kata Danu, seraya duduk di kursi.âSaya hampir sepuluh tahun, menekuni bisnis properti dan kontruksi,â jawab Alan.âOleh karena itu saya percaya padamu, mengivestasikan uang ke perusahaanmu, ââPT. Wira Satya, tidak akan mengecawakan Pak Danu, saya akan bekerja keras untuk perusahaanku ini,â ucap Alan.âKamu adalah putra keduanya dari Pak Ridwan âkan? Kenapa kamu memilih mendirikan perusahaan sendiri? Apa karena jabatan CEO diserahkan pada Kakakmu?â cerca Danu dengan rasa penasaran.âMaaf, Pak Danu, itu masalah pribadi saya,â sahut Alan.âOke, baiklah.âK
Zahira baru saja mendapatkan kabar dari Darni, jika Oma Sinta telah di pindahkan di rumah, sebuah kamar di khususkan untuk menjadi kamar perawatan Sinta. Seorang perawat juga ditugaskan untuk menjaga Sinta, tapi yang sangat di sayangkan Zahira, di dalam kamar maupun di dalam rumah mertuanya tidak terpasang CCTV. Zahira semakin khawatir, dengan keselamatan sang oma mertua.Tekad Zahira sudah bulat, ia harus mendapatkan sample untuk test DNA, oleh karena itu ia memberanikan diri untuk datang ke apartemen Abram.âAku bisa menyelesaikan dua masalah sekaligus, mengambil sample untuk test DNA, dan juga lukisan itu, Abram pernah bilang, jika angka sandi apartemennya adalah tanggal kelahiranku, dan kunci studio ada di vas bunga, aku harus bertindak cepat, untuk membantu masalah Oma, dan membuktikan jika Abram, bukanah putra kandung Papah Ridwan,â gumam Zahira.Setelah menyelesaikan jam mata kuliahnya, Zahira meninggalkan kampus, tepat pukul satu siang, ia berpikiran saat ini Abram, tidak ber
Alan berdiri lalu di angkatnya lukisan itu dan di banting serta di rusak.âIstri, bercadarmu, memiliki hubungan terlarang dengan Abram,â ucap Risma.âItu tidak benar,â bantah Zahira, diiring air mata yang luruh.âTidak benar apanya, aku punya bukti lagi,â timpal Risma, memasang flasdisk di laptop, potongan rekaman cctv, terlihat di layar ponsel.âLihat, Alan, Zahira masuk ke apartemen Abram, seakan telah terbiasa masuk, dan apa yang dilakukannya selama satu jam dalam apartemen,â kata Risma.âMas, aku bisa jelaskan,â tukas Zahira.Gigi Alan sudah menyatu, rahangnya mengeras dan tatapnya menajam ke arah Zahira.âApa yang kamu sembunyikan dariku Zahira, kamu tak ada bedanya dengan Amanda, pengkhianat. Ternyata kamu dan Kak Abram memiliki hubungan, menjijikan,â umpat Alan.âAku baru ingat, nomer sandi apartemen Kak Abram, adalah tanggal kelahiranmu, dan waktu sebelum kamu kecelakaan, kamu menghubungi Kak Abram. Dan sekarang apa yang kamu lakukan di dalam apertemen, ahh!â bentak Alan deng
Waktu menjelang malam, ketika Alan sampai di rumah, hari ini ia belum bisa terbang ke Singapura karena semua penerbangan ke tujuan sedang dihentikan akibat cuaca yang buruk. Beberapa hari ini cuaca sangat buruk, hujan disertai angin kencang sedang melanda ibu kota.Alan melangkah masuk ke dalam rumah, sementara di luar sudah turun hujan lebat. Terlihat Zahira duduk termenung di kursi, meja makan, di depannya sudah tersaji makanan untuk makan malam.Wanita yang mengenakan gamis berbahan kaos, dengan hijab tanpa cadar itu menoleh ke arah pintu, matanya indahnya terlihat membengkak, entah berapa jam Zahira harus menumpahkan air mata, kerena Alan belum bisa di ajak bicara.Alan berjalan cepat tanpa menghiraukan Zahira, ia masuk ke kamar tapi langkahnya, dihentikan Zahira.âMas, kita harus bicara,â pinta Zahira dengan memegang tangan Alan.âKamu akan bicara apa?â tanya Alan dengan suara ketus dan dingin.âTentang Kak Abram dan diriku, dengarkan penjelasanku, dan setelah itu terserah pada
Di tempat lain, tepatnya di rumah Ridwan. Terlihat Risma, sedang berbicara dengan Pak Bagas, pengacara keluarga. Risma meminta Bagas untuk mengurus perceraian Alan dan Zahira.âBaik Bu Risma, saya akan bertemu dengan Pak Alan dan berbicara dengannya mengenai perceraiannya.Tiba-tiba di ambang pintu, Ridwan berkata, âApa aku tidak salah dengar, Alan akan bercerai?â tanya Ridwan.âIya Mas Ridwan, nanti aku ceritakan masalahnya,â tukas Risma menyambut kedatangan sang suami yang baru saja pulang dari luar kota.âTidak ada perceraian di dalam keluargaku. Pak Bagas, tidak usah di proses!â perintah Ridwan.âMas..ini masalah serius, aku tidak mau wanita yang telah menghancurkan kedua putraku menjadi menantuku,â bantah Risma.âCukup Risma, diam dan menurutlah padaku,â tatapan Ridwan menajam ke arah istrinya, dan kemudian beralih ke arah pengacaranya.âPak Bagas, silakan pulang, dan sekali lagi, tidak ada perceraian!â suruh Ridwan pada pengacaranyaâBaik, Pak Ridwan, saya permisi dulu,â pamit B
Tanpa berkata apapun, Alan bangkit dari duduknya dan pergi begitu saja tanpa sepatah kata pun. Sementara Amanda tertawa kecil, pematik api yang ia katakan tadi, tampaknya berhasil membuat Alan marah, kebohongan yang ia ciptakan dapat menghancurkan kepercayaan Alan pada Zahira.Sementara itu Abram, sudah kembali ke Jakarta, pikirannya hanya tertuju pada Zahira. Tapi bunyi ponsel, terus berdering. Abram, berdecak kesal, karena Risma meneleponnya.âIya, Mah.ââKamu sudah berada di Jakarta âkan, sekarang pulang, Mamah ingin bicara penting!â perintah Risma, dengan nada marah.Dengan berat hati, Abram, menuruti kemauan sang ibu. Mobil taksi melaju ke arah pemukimamn elit, dan beberapa menit kemudian sampailah Abram, di rumah megah.Risma, sudah berada di ruang kerja menunggu kedatangan Abram.Ceklek! Suara pintu terbuka, dan terlihat Abram, melangkah masuk. Melihat putranya masuk, Risma berdiri sambil memegang sebuah pena dan di lemparkan ke wajah Abram.âSungguh keterlaluan kamu, merahasi
Brak! Alan menendang sebuah meja, hingga meja kaca itu berantakan, lalu menatap Abram, dengan buasnya.Abram bersiap menerima pukulan dari Alan, akhirnya terjadi adu otot lagi, wajah keduanya sudah di penuhi memar, penghuni apartemen mulai keluar dan melihat apa yang terjadi.Saat itulah, Alan menghentikan pukulannya, ia teringat pada pesan Ridwan, supaya tetap menjaga reputasi karena akan menjadi sorotan publik.Alan memilih keluar dari apartemen dan pergi dengan membawa kemarahan pada saudaranya itu.Beberapa menit kemudian, sampailah ia di rumahnya, dan melihat Zahira yang menatapnya.âMas Alan, berantem dengan Kak Abram?ââSeandainya ia bukan saudaraku aku akan melenyapkanya dari muka bumi ini!â sahut Alan ketus.âTolong, Mas, hentikan semua ini, kita mulai lagi membangun kepercayaan untuk pernikahan kita,â pinta Zahira.âKepercayaan, apa kamu ingat waktu pingsan di apartemen, apa yang Kak Abram, lakukan padamu hah!â bentakan Alan membuat Zahira sedih.âBagaimana jika Kak Abram,
Hari terus belalu, Zahira semakin menikmati kehidupannya. Fatima, mengajaknya untuk mengaji di pesantren, dan sedikit-demi sedikit Zahira mulai menjalan ibadah.âZahira, jika ingatanmu pulih, ibu berharap, kamu tidak usah rujuk dengan Alan,âtitah Bu FatimaâKenapa?ââKarena selama kamu menjadi istrinya, kamu menderita, kamu tidak bahagia,âjawab FatimaâTapi, Mas Alan adalah ayah kandung Rena. ââRasid bisa menjadi ayah yang baik untuk Rena,âtegas FatimaZahira hanya terdiam.âAku akan memutuskan, jika ingatanku sudah kembali,âjawab ZahiraZahira duduk di pendopo bersama santri wanita, ia dengan hikmat mendengarkan tausiah yang dibawakan Nyi Hanum, sekitar dua jam, selesai.âZahira, bisa kita bicara?âucap Nyi HanumâBisa Nyi Hanum.âLalu keduanya berjalan kearah gazebo. Bagaimana kabarmu?âtanya Nyi HanumâBaik, saya menjalani hipnoterapi oleh dokter Reha.ââAlhamdulilah, begitu banyak kejadian, yang menimpa kehidupanmu, aku senang kamu dapat melewatinya, satu minggu lagi, Rasid akan kem
Rita dan sang sopir yang mendengar suara tembakan saling pandang dan terkejut, lalu, tanpa berpikir panjang, kedua orang itu memberesi pakaiannya, dan pergi menyelinap, keluar dari vila, mereka tidak mau terlibat masalah hukum.âCepat kita harus pergi, sebelum polisi datang,âajak RitaTapi keduanya terlambat, polisi sudah sampai di pintu pagar dan menangkap kedua pasangan itu.Dua orang polisi bergegas masuk ke dalam vila, dan mereka menemukan tubuh pria yang tergeletak di lantai kamar tidur dengan darah mengucur deras.Zahira histerisâNico!..teriaknya sambil menangis dan juga Rena ikut menangis dalam dekapan Zahira, sementara Alan masih terduduk menatap tubuh Abram, yang telah tewas.Polisi membawa Alan dan Zahira keluar kamar dan mengamankan TKP.Polisi wanita membawa Zahira yang masih ketakutan dan shock, kemudian Roy dan Santi terlihat berjalan ke arah halaman, keduanya bernapas lega mendapati Alan selamat walau telihat shock.âSyukurlah, Pak Alan berhasil menyelamatkan Bu Zahir
Tidak ada pemeriksaan yang ketat waktu memasuki halaman, keduanya turun dari mobil, disana terlihat Baron, sudah menunggu diambang pintu.âKamu sudah siapkan uangnya âkan, untukku, aku ingin uang cash,âbisik Baron pada Santi.âTentu saja, aku sudah siapkan, begitu kami selesai, Pak Baron bisa mengambil uang itu,âjawab Santi dengan tenang.Baron tersenyum, lalu mengajak Roy dan Santi memasuki villa mewah dan menuju ke sebuah studio, mata Santi mengedar ke semua ruangan.âVilla ini sangat klaisik dan indah,âucap RoySeorang wanita turun menuruni tangga sambil mengendong anak kecil saat itu jaga Roy diam âdiam mengarahkan ponselnya dan merekamnya.âSiapa wanita itu?âtanya SantiâDia istri Tuan Nicolas, âjawab Baron, lalu membuka pintu studio dan ketiganya masuk, disana ada Abram, yang sudah menunggu.âOh jadi ini Tuan Nicolas, suatu kehormatan bagi saya, bisa bertemu dengan pelukisnya langsung,âkata RoyâAku bersedia untuk diwawancarai, tapi tidak berkenan, jika wajah di ekspos, cukup
Alan semakin geram, dentuman musik semakin keras, hingga Alan sudah tidak bisa mendengar percakapan Amanda dan Baron, tapi setidaknya ia tahu, jika Abram dan Zahira masih hidup, dan tinggal di vila puncak bukit, dengan segera, Alan melangkahkan kaki dan pergi keluar night klup.Alan sangat marah, jika benar Abram, selama ini menyembunyikan Zahira bahkan membuat Zahira hilang ingatan dengan obat âobat terlarang.Alan menaiki taksi yang masih menunggunya, dia sudah tak sabar untuk memastikan jika Zahira dan Abram, masih hidup. Setelah sampai di hotel, Alan memanggil Roy dan Santi ke dalam kamarnya.âDuduklah kalian,âsuruh Alan dengan wajah serius, membuat kedua stafnya itu saling tatap dan takut.âAda apa Pak Alan, apa kami membuat kesalahan?âtanya RoyâTidak, ini bukan masalah pekerjaan, aku membutuhkan bantuan kalian,âbalas AlanâBantuan, apa, Pak?âtanya Santi penasaranAlan menghela napas sejenak, dan kembali serius.âAku tidak sengaja, melihat Amanda, dan aku bertemu denganya. D
Semantar itu di viila, terlihat Amanda sedang berbicara serius dengan AbramâApa kamu yakin itu Alan?ââSangat yakin, tapi aku rasa dia ke Bali, karena urusan pekerjaan, karena Alan bersama dua stafnya,âungkap AmandaâTenanglah, mereka tidak akan sampai di pengunungan ini,âjawab AbramâLebih baik kamu waspada, dan percepat pernikahanmu dengan Zahira, karena Zahira juga mulai meningat dirinya waktu kamu akan menodainya, ia bermminpi tentang itu,âjelas AmandaâApa Zahira bercerita tentang itu padamu?ââIya dia mengatakan jika bermimpi ada seorang pria yang mencoba menodainya dan menyayat dada pria itu dengan pisau.âAbram terdiam, ia berpikir tentang pagi ini kenapa Zahira menanyakan tentang luka di dadanya itu.âKamu benar, aku segera akan mempercepat pernikahan, dan setelah itu pergi keluar negeri, setelah menikah,âjawab Abram seriusâBaiklah , aku pergi dulu,âpamit Amanda.Malam semakin larut, Abram menuju kamar Zahira, setelah mengetuk pintu, Zahira membukakan pintu.âNico,ââAk
Zahiar telah siap, wanita itu semakin cantik, membuat Amanda semakin iri dengan saudari tirinya itu, ia sangat beruntung, dicintai dan digilai oleh dua orang pria.âKamu cantik Zanet. Nicolas sangat beruntung memilikimu,âceloteh AmandaZahira hanya tersenyum, lalu keduanya berjalan menuju mobil Amanda, diikuti Abram.âAku akan mengantar Zanet kembali ke sini,âucap Amanda pada AbramAbram, hanya tersenyum, dan mengangguk, lalu Zahira dan Amanda memasuki mobil dan berlahan mobil pun keluar melewati pagar tinggi.âAmanda,seperti apa Nicolas waktu kuliah?ââHeumm...dia introvet,lebih senang menyendiri dan tak banyak memiliki teman, sebenarnya aku juga tidak dekat denganya,setelah lulus dari universiras, aku tidak tahu lagi kabarnya, dan bertemu, secara tak sengaja, di Bali, kerena aku ingin membeli karya lukisan,âAmanda berusaha mengarang cerita.Zahira tampak sedih. âkita akan pergi ke mana?âtanya ZahiraâAku dengar dari Nico, kalian akan melakukan pernikahan ulang âkan, jadi aku akan m
Alan menatap begitu lama villa mewah di atas bukit, area di dalam vila sudah tertutup korden, hingga tak terlihat apapun dari luar , ada dua penjaga yang terlihat di pintu gerbang masuk. Alan lalu menghela napas berat dan menurunkan teropongnya, kembali duduk di kursi, pikiran tertuju pada Zahira, diingantanya setiap moment yamg indah, bersama istri bercadarnya itu, berharap ada sebuah keajaiban yang terjadi.Malam semakin larut, Zahira sudah tertidur lelap di kamarnya, tiba-tiba ia berteriak.âLepaskan!â lalu tersentak bangun dari tidurnya, keringat dingin mulai mengucur di dahinya padahal ruangan berACZahira mengusap wajahnya pelan. Ini ketiga kali aku mimpi yang sama, ada seorang lelaki yang ingin menodaiku, hingga aku melukainya dengan pisau di dadanya, apa ini sekedar mimpi, atau bagian dari masa laluku, batin Zahira.Semalaman Zahira tidak bisa tidur, ia duduk bersandar di pungung sandaran ranjang, memikirkan tentang mimpi yang sama, selama tiga hari ini. Semenjak ia tidak m
Sementara itu di vila lain, zahira sedang menatap wajahnya menyisir rambutnya dan menatap manik hitam yang mengkilat. Lalu terlihat Rita mengetuk pintu dan kemudian masukâNyonya Zanet, waktunya untuk mewarni rambut, lihat rambut Nyonya sudah terlihat menghitam.ââAku tidak mau mewarni rambutku, aku ingin rambut alamiku yang hitam,â jawab Zahira sambil terus menyisir.âTapi Nyonya , nanti Tuan Nico, marah.âZahira menatap asistennya, aku yang akan bicara nanti, sekarang bersiap-siaplah, kita akan keluar jalan-jalan, aku sudah minta izin Nico,âsuruh ZahiraâBaiklah, âjawab RitaBeberapa saat kemudian Zahira telah rapi, kali ini ia mengenakan celana kain, dengan blouse warna pink lembut, lalu menuju keluar kamarâKamu akan jalan-jalan?âtanya AbramâIya, Nico, hanya tiga jam, saja,âucap Zahira.âHati-hati,âbalas AbramLalu Zahira dan Rita yang mengendong Rena, keluar menuju mobilnya. Telihat sang sopir sudah menunggu, dan langsung menancap gas, begitu Rita dan Zahira masuk ke dalam mo
Kembali ke kota Jakarta, Alan sedang memimpin rapat di Wira Campany, semua antusias menyambut Alan, yang langsung menjabat CEO Wira Campany.âSejak Bapak koma, akhirnya Pak Bagas memutuskan mengabungan projek PT Wirasatya di Wira Campany dan pembangunan pabrik farmasi suduh berjalan lancar,âsalah satu team menjemen berucap.âAku akan fokus pada Wira Campany, PT Wirasatya saya nyatakan bergabung dalam Wira Campany,âjawab Alan.âAda beberapa projek yang suduh masuk, apa Pak Alan sudah siap membahasnya?ââJelaskan saja, projek apa saja yang sudah masuk!âperintah AlanâPorjek pembangunan bendungan di Bandung, projek pembangunan sekolah di Semarang, dan projek pembangun hotel dan resort di Bali,âjelas stafAlan tampak berpikir sambil menatap berkas, ditanganya.âKita bentuk tiga team, dan aku sendiri akan masuk dalam team, pembagunan hotel dan resort di Bali,âjawab AlanâBaik Pak, kami akan bentuk 3 team,untuk menyelesaikan ketiga projek kita,âjawab staf.Rapat pun berakhir, Alan kembali