Share

Rencana

last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-19 18:21:11

Airin menggertakkan rahang, mencoba menahan emosi yang memuncak. Dia membayangkan saat itu juga dirinya melangkah maju menembus kerumunan tamu undangan.

Suaminya akan sangat terkejut melihat dia tiba-tiba datang ke tempat itu. Dengan penuh emosi dia menampar suaminya, lalu menampar wanita yang saat itu sedang bersama suaminya. Diambilnya jus yang ada di atas meja, lalu disiramkannya ke muka keduanya sambil melontarkan berbagai macam cacian. Dijambaknya rambut panjang wanita itu, dan mereka akhirnya berkelahi tanpa memperdulikan para tamu di sekeliling mereka.

Airin tersadar dari lamunan. Tidak, dengan berbuat seperti itu dia justru akan merendahkan dirinya sendiri. Airin membuang napas, lalu menatap suaminya yang masih berbincang dengan koleganya sambil merangkul pinggang ramping wanita cantik itu.

Airin mengambil gawainya, lalu mengambil foto mereka berdua dari kejauhan. Dia segera mengirimkan foto itu pada Bella. Gawainya seketika berdering, dan Airin segera mengangkatnya.

"Apa ini, Airin?" suara Bella langsung melengking memengkakkan telinganya.

"Akan kuceritakan nanti," jawab Airin mencoba untuk bersikap tenang, meskipun hatinya bergemuruh. "Selidiki siapa wanita itu, lalu segera beri tahu aku."

"Baiklah, tapi kamu tidak apa-apa, kan?"

Airin menelan saliva yang terasa teramat pahit.

"Aku baik-baik saja," jawabnya dengan suara berat, sebelum menutup telepon.

Airin memutar tubuhnya, lalu perlahan meninggalkan tempat itu dengan hati yang masih terbakar. Lihat saja, Mas. Aku tidak akan tinggal diam kau perlakukan seperti ini. Akan kubuat kau menyesal, batin Airin.

"Istri Pak Irfan ternyata cantik sekali, kenapa baru sekarang mengajaknya ke acara pertemuan seperti ini?" tanya salah satu rekan kerja Irfan.

Irfan tersenyum, lalu menatap wanita cantik di sampingnya.

"Kami belum lama menikah, dia masih malu untuk keluar rumah," jawab Irfan sambil merangkul mesra wanita itu.

Para koleganya tertawa renyah sambil mengangguk mengerti. Wanita itu menarik tangan Irfan, menjauh dari para tamu undangan.

"Denger ya, Mas. Aku gak mau berpura-pura jadi istrimu seperti ini terus!" protesnya pada Irfan.

"Sabar dong, Amel sayang. Sebentar lagi juga kamu akan jadi istri sungguhan Mas," jawab Irfan.

Wanita yang ternyata bernama Amel itu merengut.

"Kapan kamu mau menceraikan istrimu dan menikahiku, Mas?" tanyanya kemudian.

"Sebentar lagi, tunggu sampai Mamaku berubah pikiran," jawab Irfan lagi.

"Lagian kenapa sih, Mas mau menikahi perempuan buruk rupa itu hanya karena Mama Mas yang menyuruh? Kan Mas bisa menolak?"

Irfan membuang napas, lalu merangkul Amel lembut.

"Mas tidak bisa menolak karena suatu hal. Jadi Mas minta kamu yang sabar, ya?" bujuknya pada Amel.

Amel membuang napas kesal, lalu mengangguk.

"Senyum, dong," bujuk Irfan lagi.

Amel mulai tersenyum sambil mencubit manja pinggang Irfan. Irfan tertawa lalu menggandeng Amel kembali bergabung bersama tamu undangan yang lain.

.

.

.

Airin duduk di depan meja riasnya dengan pikiran kalut. Napasnya terasa begitu sesak mengingat suaminya bergandengan mesra dengan wanita lain. Selama ini dia begitu percaya pada suaminya itu, tanpa menyangka bahwa dia akan berkhianat di belakangnya.

Airin mengangkat wajahnya, lalu menatap cermin di depannya. Wajahnya sebagian rusak karena kebakaran hebat yang merenggut nyawa kedua orang tuanya. Beruntung dia masih bisa selamat meskipun harus menanggung luka dan trauma yang terus membekas.

Airin mengambil bedak, lalu mencoba mengoleskan ke wajahnya. Bekas luka itu tak berkurang sedikitpun. Airin mengoleskan bedak lagi dengan air mata yang mengalir. Karena tak kunjung berhasil, akhirnya dia lempar kotak bedak itu ke arah cermin dengan penuh emosi.

PRANG!

Cermin itu langsung retak seketika. Airin menangis sejadinya. Dia bukan wanita lemah, tapi bukan berarti dia tak bisa menangis. Dia hanya ingin menumpahkan semua yang membuat dadanya sesak.

Setelah lega, dia mengusap air matanya dengan kasar lalu duduk bersandar di atas tempat tidurnya.

"Dek."

Airin menoleh ke arah pintu kamar. Suaminya rupanya sudah pulang dan tersenyum di depan pintu. Tiba-tiba pandangannya mengarah pada cermin yang pecah.

"Loh, itu kenapa cermin rias kamu pecah, Dek?" tanyanya heran.

Airin pura-pura tersenyum dan bersikap biasa saja.

"Tadi ada tikus, Mas. Aku lempar tikusnya, eh, kena cermin," jawabnya santai.

"Ya Ampun, hati-hati dong, Dek," ucap Irfan sambil duduk di samping Airin. "Ini, Mas bawakan martabak manis kesukaanmu."

Airin menerima bungkusan pemberian suaminya seraya tersenyum getir.

"Kita makan sama-sama ya, Mas?" ajaknya.

Irfan berdiri sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Mas sudah makan tadi, Dek. Kamu makan sendirian saja, ya? Mas mau mandi dulu," ucapnya sambil buru-buru pergi ke arah kamar mandi.

Airin lagi-lagi tersenyum pahit. Benar, selama ini suaminya selalu menolak makan bersama dengannya. Ada saja alasannya. Airin sekarang tahu, mungkin suaminya jijik melihat wajahnya.

Gawai Airin berdering. Pesan masuk dari Bella.

[ Aku sudah tahu tentang identitas wanita itu ]

Airin mengetik balasan.

[ Kirimkan datanya padaku ]

Terkirim. Sesaat kemudian Bella membalas lagi, kali ini dengan biodata seseorang. Airin tersenyum miring saat membacanya.

Jadi kamu mengkhianatiku hanya demi perempuan seperti ini, Mas? Lihat saja, akan kubuat kalian menangis darah atas perbuatan kalian setelah ini, batinnya.

Airin mengetik balasan lagi.

[ Bisakah kita bertemu besok, Bell? ]

[ Tentu saja! Aku ingin tahu apa yang terjadi! Awas saja kalau Irfan berani macam-macam padamu ! ]

Airin membuang napas, lalu membaringkan tubuhnya. Sepertinya malam ini otaknya akan penuh dengan rencana.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nuniee
Good Airin..sakit hati itu pasti, tpi balas pelakornya yg elegan yaa,,, kutunggu pembalasanmu thd suami gada akhlak ituuu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • ISTRI BURUK RUPA   Akhir

    Airin masih berdiri melihat Amel berdiri di depan pintu rumahnya. Dia menatapnya tajam, penuh kemarahan. Bau bensin menyengat hidung Airin. Airin baru sadar Amel membawa jirigen besar berisi benda bensin."Mau apa kamu, Amel?" tanya Airin dengan mata membulat."Kamu puas kan sekarang? Pernikahanku hancur! Karirku hancur!" ucap Amel histeris."Kamu menyalahkan aku karena itu semua?" tanya Airin lagi."Iya! Ini semua salahmu! Kenapa kau bisa mendapatkan semua yang ingin aku miliki? Aku membencimu! Aku mau kamu mati!"Airin terkejut melihat Amel membuka jirigen yang dibawanya dan mulai mengucurkan isinya. Dia mundur, mencoba menghindar dari cairan itu, namun Amel menyudutkannya di sisi ruangan."Hentikan Amel!" teriaknya panik. "Apa kamu sudah tidak waras?!"Amel tertawa sambil menyalakan korek api."Mati kamu, Airin!""Hentikan!"Api berkobar membakar apa saja yang dia temui. Airin berteriak. Dia terjatuh di sudut ruangan. Tubuhnya bergetar hebat. Bayangan orang tuanya yang tewas dilaha

  • ISTRI BURUK RUPA   Amarah Amel

    Irfan berlari dengan cemas sambil membopong tubuh Airin memasuki gedung rumah sakit."Dokter! Tolong, Dokter!" teriaknya.Seorang Dokter dan beberapa orang perawat langsung menangani Airin. Mereka membawa Airin masuk, diikuti oleh Irfan."Bagaimana keadaannya, Dokter?" tanya Irfan begitu Dokter selesai memeriksanya."Dia baik-baik saja, hanya kelelahan saja. Sebentar lagi pasti akan siuman. Untuk sementara biarkan dia istirahat dulu," jawab Dokter.Irfan membuang napas lega. Dokter meninggalkan mereka berdua di ruangan itu. Irfan duduk di samping Airin yang masih belum sadarkan diri.Dia menatap lekat wanita yang pernah menjadi istrinya itu. Penyesalan mulai menyusupinya lagi. Airin berbesar hati memaafkannya atas apa yang pernah dia lakukan.Jari Airin bergerak, dia perlahan membuka matanya."Kau sudah siuman, Airin?" tanya Irfan dengan mata berbinar.Airin perlahan menatap ke arah Irfan, lalu dia mencoba untuk bangun."Berbaring saja dulu, tubuhmu masih lemah," ucap Irfan lagi."

  • ISTRI BURUK RUPA   Cinta Untuk Bella

    ( Flash back )"Kanker Laring ?" mata Bella membulat mendengar ucapan Dokter tentang penyakit Heru, suaminya."Benar, harus segera dioperasi. Kalau tidak sel kanker bisa menyebar. Apakah Bapak ini merokok, atau minum alkohol?"Bella menatap ke arah Heru. Dan Heru menggeleng cepat."Dia tidak merokok, apalagi minum minuman keras," jawab Bella."Atau mungkin dia terpapar virus dan polusi di tempatnya bekerja," ucap Dokter lagi.Bella terdiam. Suaminya memang bekerja di pabrik besi yang menyebabkan dia terpapar debu logam setiap saat. Dia menatap ke arah suaminya. Tidak ada pilihan lain, Heru harus berhenti bekerja, dan kembali pulang ke kampung halaman mereka."Apa? Bekerja di kota?" tanya Bu Rahma ketika Bella mengutarakan maksudnya."Kita butuh biaya banyak untuk operasi Mas Heru, Buk," ucap Bella. "Biar Bella mencari pekerjaan di sana.""Kita bisa menjual sawah untuk biaya operasi. Sejak dulu cita-cita kamu memang ingin ke sana, kan? Ingin jadi pengusaha sukses, padahal kamu cuma lul

  • ISTRI BURUK RUPA   Cemburu

    Airin masih berdiri di luar ruang rawat inap Amel, tak tahu apa yang harus dia lakukan."Kenapa tidak masuk?"Airin mengangkat wajahnya. Irfan berdiri di depannya sambil menatapnya. Sesaat kemudian dia salah tingkah."Eh, anu, mungkin aku akan menjenguk Bella lebih dulu," ucap Airin sambil beranjak dari tempatnya."Tunggu aku ikut," ucap Irfan, berjalan mengikuti Airin di belakangnya.Mereka naik ke lantai atasnya, tempat Bella dirawat. Sesampainya di sana, terlihat para perawat berlarian, seperti sedang ada situasi yang darurat. Jantung Airin berdegup kencang ketika tahu mereka menuju kamar Bella."Apa yang terjadi?" tanya Airin pada salah satu Suster dengan cemas."Pasien atas nama Bella, sedang dalam kondisi kritis," jawab Suster itu.Mata Airin membulat karena terkejut. Dia langsung berlari masuk ke kamar Bella, tapi beberapa perawat menahannya."Mohon tunggu di luar, Dokter sedang melakukan tindakan," ucap salah satu dari mereka.Pintu ruangan Bella tertutup rapat. Airin tidak b

  • ISTRI BURUK RUPA   Sesal

    "Hendra Kurniawan itu suamiku!" ucap Dila dengan lantang di atas panggung.Semua yang hadir langsung heboh dengan pernyataan Dila. Wajah kedua mempelai merah padam karena tak bisa menahan malu.Airin tak menduga, perbuatan yang dulu hampir dia lakukan pada Amel, kini dilakukan oleh orang lain. Entah kenapa, dia seperti melihat dirinya di atas panggung itu. Tapi kenapa sekarang dia justru merasa kasihan pada Amel?Hendra berdiri, lalu menarik tangan Dila dari microphone."Apa yang kamu lakukan? Berani kamu mempermalukanku!" ucap Hendra."Lihat itu, Mas! Lihat!" Dila menunjuk layar lebar yang terpampang foto Amel di sana. "Kamu jatuh cinta pada perempuan ini karena lebih cantik dariku, kan? Nyatanya kecantikan dia palsu! Lihat itu!"Muka Hendra semakin memerah. Amel tak sanggup lagi menahan malu. Akhirnya dia berdiri dengan gaun mewahnya, beranjak meninggalkan pelaminan."Mau kemana kamu wanita jalang?" terima Dila sambil menghalangi Amel turun dari panggung.Dengan satu gerakan Dila me

  • ISTRI BURUK RUPA   Wajah Asli

    Mobil Airin memasuki kawasan perkampungan yang masih alami dan rindang. Setelah melewati hutan pinus yang berjejer, terlihat hamparan sawah yang luas.Sesaat mereka berdua terpesona melihat pemandangan yang ada di bawah bukit itu. Airin membuka jendela mobil, membiarkan udara sejuk masuk ke dalam mobilnya itu.Airin mengeluarkan sedikit kepalanya keluar jendela mobil, lalu menarik napasnya dalam-dalam. Senyumnya mengembang, terlihat begitu menikmati suasana perkampungan itu.Rifki melirik ke arah Airin. Wajah Airin terlihat begitu berseri-seri. Dia ikut tersenyum melihatnya seperti itu. Dalam hati dia berharap Airin bisa terus ceria seperti ini.Rifki menghentikan mobilnya begitu melihat mobil Bella terparkir tak jauh dari situ. Mereka berdua turun, lalu menatap sekeliling untuk mencari Bella."Pergi kamu!!"Airin dan Rifki terkejut. Mereka segera berlari ke arah salah sudut pematang sawah yang ada di sana. Terlihat seorang wanita tua mengusir Bella. Di belakang wanita itu, seorang pr

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status