Home / Rumah Tangga / ISTRI BURUK RUPA / Kau bilang Menerimaku apa Adanya

Share

ISTRI BURUK RUPA
ISTRI BURUK RUPA
Author: Ariesa Yudistira

Kau bilang Menerimaku apa Adanya

last update Last Updated: 2022-05-19 18:19:11

"Dek, ingat kalau keluar pakek masker, kalau perlu pakek cadar saja," ucap Irfan pada Airin, istrinya.

"Iya, Mas," jawab Airin seraya mengangguk.

Dia mengambil masker yang sudah banyak tersedia di atas meja. Airin tahu, suaminya menyuruhnya memakai masker bukan demi kesehatannya, apalagi karena takut wajahnya dilirik pria lain.

Semua itu karena dia tidak ingin para tetangga melihat wajahnya yang buruk. Benar, luka bakar membuat sebagian wajahnya itu terlihat seram jika dilihat oleh orang lain.

"Mas, apa Mas malu jika para tetangga melihat wajahku?" tanya Airin setiap kali suaminya menyuruhnya memakai masker.

"Bukan begitu, Dek. Mas cuma gak mau kamu sedih kalau mereka bicara buruk tentang wajahmu," jawab Irfan, yang selalu berhasil membuat Airin merasa lega.

Di tempat tinggal mereka yang dulu, para tetangga memang suka berkata nyinyir padanya, tanpa peduli itu menyakiti hatinya.

"Kamu itu beruntung, Airin, ada orang yang mau menikah sama kamu. Sudah ganteng, kaya lagi," kata para tetangganya dulu sebelum mereka pindah ke kota lain.

"Iya, siapa tahu nanti suamimu mau membiayai operasi plastik untukmu," sahut tetangga yang lain.

Airin hanya tersenyum mendengar perkataan mereka, berharap semua yang mereka katakan akan benar-benar suaminya lakukan. Nyatanya, jangankan menyarankan untuk merawat diri atau melakukan operasi plastik, Irfan bahkan menentang keras dia melakukan hal itu. Mungkin karena biayanya terlalu mahal, pikir Airin.

"Jangan dengarkan omongan orang, yang penting Mas menerima kamu apa adanya," ucap Irfan.

Lamunan Airin buyar ketika mendengar suara tukang sayur dari depan rumahnya. Dia segera memakai maskernya dan keluar untuk membeli beberapa keperluan dapur di tukang sayur yang selalu lewat di sepanjang jalan kompleks perumahan mewah itu.

"Non Airin, kenapa cuma ke depan rumah saja harus pakai masker?" sapa tetangga barunya yang sama-sama sedang memilih sayur.

"Mungkin takut kena wajahnya matahari, Buk," sahut tetangga yang lain.

"Iya juga, istri pengusaha besar kayak Pak Irfan memang harus terlihat cantik dan sempurna di mana saja," timpal yang lain.

Airin hanya diam saja mendengar omongan para tetangga. Dia cepat-cepat memilih apa yang dia butuhkan, lalu segera membayar dan langsung masuk kembali ke dalam rumah.

Gawainya tiba-tiba berdering begitu dia meletakkan sayur yang dibawanya ke atas meja dapur.

"Bagaimana kabarmu hari ini, Airin?" tanya suara di seberang telepon begitu Airin mengangkatnya.

"Baik, Bell," jawab Airin.

"Bagaimana? Apa suamimu sudah mengijinkanmu operasi?"

"Belum, " jawab Airin lirih sambil membuang napas.

"Kamu itu bodoh, Airin," ucap Bella, mantan asisten Papanya dulu sebelum meninggal dalam kebakaran.

Dia selalu menelpon Airin untuk mengetahui keadaannya, karena sudah diamanahkan oleh mendiang Papa Airin untuk menjaganya.

"Kamu itu punya harta, punya segalanya. Kenapa justru menyembunyikannya dari suamimu? Kalau mau, kau bisa melakukan operasi plastik dalam sekejap untuk bisa tampil cantik lagi," lanjutnya.

"Aku mau tahu apakah suamiku benar-benar menikahiku dengan tulus, Bell," jawab Airin.

"Tapi kamu juga harus melakukannya demi dirimu sendiri, Airin."

Airin diam sesaat, lalu teringat sesuatu.

"Begini saja, Bell. Aku akan melakukan operasi untuk kejutan untuknya di hari ulang tahun pernikahan kami," ucap Airin kemudian.

"Bagus lah, aku akan segera mencarikan dokter profesional yang terbaik untukmu," jawab Bella kemudian.

Airin segera menutup telepon, saat melihat suaminya keluar dari kamarnya.

"Mau ke mana, Mas?" tanya Airin saat melihat Irfan  berdandan begitu rapi.

Wangi parfum mahal memenuhi ruangan. Irfan tak langsung menjawab pertanyaan istrinya, justru memperhatikan penampilannya sekali lagi di depan cermin.

"Mas mau pergi ke acara pertemuan besar para pengusaha," jawabnya kemudian setelah memastikan penampilannya rapi.

"Loh, Mas ke sana sendirian?" tanya Airin lagi.

Irfan melirik Airin sesaat, lalu membuang napas.

"Iya, Mas ke sana sendirian," jawabnya.

"Biasanya kan semua orang mengajak istrinya ...."

"Sini sebentar, Dek," panggil Irfan.

Dia menarik tangan istrinya, lalu menghadapkannya ke depan cermin. Airin perlahan mengangkat wajahnya, melihat dirinya sendiri di dalam cermin itu.

"Kamu yakin mau ikut Mas ke acara itu, Dek? tanyanya.

Airin menunduk mendengar ucapan suaminya. Benar, dia tidak ingin suaminya malu dengan wajahnya yang seperti itu.

"Sudah, Mas mau berangkat dulu," ucap Irfan kemudian.

Airin hanya bisa mengangguk mendengar ucapan suaminya. Dia mengantarkan keberangkatan suaminya sampai ke depan pintu, lalu masuk kembali ke dalam rumah.

Tiba-tiba pandangannya jatuh pada beberapa buah map di atas meja. Airin mengerutkan kening, sambil memeriksa berkas-berkas itu. Ah, ini berkas penting yang seharusnya suaminya bawa. Pasti ketinggalan, pikirnya.

Airin cepat-cepat mengambil masker dan memesan taksi online. Pasti suaminya akan sangat berterima kasih saat dia mengantarkan berkas penting yang ketinggalan itu.

Sesampainya di depan gedung pertemuan, Airin segera masuk ke dalam, dan seketika dihentikan oleh petugas keamanan.

"Maaf Nona, ada keperluan apa?" tanya petugas itu pada Airin.

"Saya Airin, istrinya Pak Irfan Setiawan. Saya mau mengantarkan berkas suami saya yang ketinggalan," jawab Airin.

Wajah petugas itu sedikit bingung, lalu memperhatikan Airin.

"Maaf Nona, tapi Nona Airin ada di dalam bersama Pak Irfan," ucapnya kemudian.

Mata Airin seketika membulat karena terkejut. Dia cepat-cepat masuk ke dalam tanpa mempedulikan petugas itu mencegahnya. Benar saja, begitu dia sampai di ruangan yang penuh dengan para tamu undangan, tampak suaminya sedang memperkenalkan seorang wanita di depan rekan-rekan kerjanya.

Wanita cantik itu tampak tersenyum sambil bergelayut manja di lengan suaminya. Airin seketika mengepalkan tangannya. Siapa wanita itu? Kenapa suaminya memperkenalkan wanita itu sebagai dirinya?

Ternyata begini kelakuanmu, Mas! Apanya yang menerimaku apa adanya? jerit Airin dalam hati.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nuniee
seruuu dan langsung makjleebb...nikung istri kuyy...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • ISTRI BURUK RUPA   Akhir

    Airin masih berdiri melihat Amel berdiri di depan pintu rumahnya. Dia menatapnya tajam, penuh kemarahan. Bau bensin menyengat hidung Airin. Airin baru sadar Amel membawa jirigen besar berisi benda bensin."Mau apa kamu, Amel?" tanya Airin dengan mata membulat."Kamu puas kan sekarang? Pernikahanku hancur! Karirku hancur!" ucap Amel histeris."Kamu menyalahkan aku karena itu semua?" tanya Airin lagi."Iya! Ini semua salahmu! Kenapa kau bisa mendapatkan semua yang ingin aku miliki? Aku membencimu! Aku mau kamu mati!"Airin terkejut melihat Amel membuka jirigen yang dibawanya dan mulai mengucurkan isinya. Dia mundur, mencoba menghindar dari cairan itu, namun Amel menyudutkannya di sisi ruangan."Hentikan Amel!" teriaknya panik. "Apa kamu sudah tidak waras?!"Amel tertawa sambil menyalakan korek api."Mati kamu, Airin!""Hentikan!"Api berkobar membakar apa saja yang dia temui. Airin berteriak. Dia terjatuh di sudut ruangan. Tubuhnya bergetar hebat. Bayangan orang tuanya yang tewas dilaha

  • ISTRI BURUK RUPA   Amarah Amel

    Irfan berlari dengan cemas sambil membopong tubuh Airin memasuki gedung rumah sakit."Dokter! Tolong, Dokter!" teriaknya.Seorang Dokter dan beberapa orang perawat langsung menangani Airin. Mereka membawa Airin masuk, diikuti oleh Irfan."Bagaimana keadaannya, Dokter?" tanya Irfan begitu Dokter selesai memeriksanya."Dia baik-baik saja, hanya kelelahan saja. Sebentar lagi pasti akan siuman. Untuk sementara biarkan dia istirahat dulu," jawab Dokter.Irfan membuang napas lega. Dokter meninggalkan mereka berdua di ruangan itu. Irfan duduk di samping Airin yang masih belum sadarkan diri.Dia menatap lekat wanita yang pernah menjadi istrinya itu. Penyesalan mulai menyusupinya lagi. Airin berbesar hati memaafkannya atas apa yang pernah dia lakukan.Jari Airin bergerak, dia perlahan membuka matanya."Kau sudah siuman, Airin?" tanya Irfan dengan mata berbinar.Airin perlahan menatap ke arah Irfan, lalu dia mencoba untuk bangun."Berbaring saja dulu, tubuhmu masih lemah," ucap Irfan lagi."

  • ISTRI BURUK RUPA   Cinta Untuk Bella

    ( Flash back )"Kanker Laring ?" mata Bella membulat mendengar ucapan Dokter tentang penyakit Heru, suaminya."Benar, harus segera dioperasi. Kalau tidak sel kanker bisa menyebar. Apakah Bapak ini merokok, atau minum alkohol?"Bella menatap ke arah Heru. Dan Heru menggeleng cepat."Dia tidak merokok, apalagi minum minuman keras," jawab Bella."Atau mungkin dia terpapar virus dan polusi di tempatnya bekerja," ucap Dokter lagi.Bella terdiam. Suaminya memang bekerja di pabrik besi yang menyebabkan dia terpapar debu logam setiap saat. Dia menatap ke arah suaminya. Tidak ada pilihan lain, Heru harus berhenti bekerja, dan kembali pulang ke kampung halaman mereka."Apa? Bekerja di kota?" tanya Bu Rahma ketika Bella mengutarakan maksudnya."Kita butuh biaya banyak untuk operasi Mas Heru, Buk," ucap Bella. "Biar Bella mencari pekerjaan di sana.""Kita bisa menjual sawah untuk biaya operasi. Sejak dulu cita-cita kamu memang ingin ke sana, kan? Ingin jadi pengusaha sukses, padahal kamu cuma lul

  • ISTRI BURUK RUPA   Cemburu

    Airin masih berdiri di luar ruang rawat inap Amel, tak tahu apa yang harus dia lakukan."Kenapa tidak masuk?"Airin mengangkat wajahnya. Irfan berdiri di depannya sambil menatapnya. Sesaat kemudian dia salah tingkah."Eh, anu, mungkin aku akan menjenguk Bella lebih dulu," ucap Airin sambil beranjak dari tempatnya."Tunggu aku ikut," ucap Irfan, berjalan mengikuti Airin di belakangnya.Mereka naik ke lantai atasnya, tempat Bella dirawat. Sesampainya di sana, terlihat para perawat berlarian, seperti sedang ada situasi yang darurat. Jantung Airin berdegup kencang ketika tahu mereka menuju kamar Bella."Apa yang terjadi?" tanya Airin pada salah satu Suster dengan cemas."Pasien atas nama Bella, sedang dalam kondisi kritis," jawab Suster itu.Mata Airin membulat karena terkejut. Dia langsung berlari masuk ke kamar Bella, tapi beberapa perawat menahannya."Mohon tunggu di luar, Dokter sedang melakukan tindakan," ucap salah satu dari mereka.Pintu ruangan Bella tertutup rapat. Airin tidak b

  • ISTRI BURUK RUPA   Sesal

    "Hendra Kurniawan itu suamiku!" ucap Dila dengan lantang di atas panggung.Semua yang hadir langsung heboh dengan pernyataan Dila. Wajah kedua mempelai merah padam karena tak bisa menahan malu.Airin tak menduga, perbuatan yang dulu hampir dia lakukan pada Amel, kini dilakukan oleh orang lain. Entah kenapa, dia seperti melihat dirinya di atas panggung itu. Tapi kenapa sekarang dia justru merasa kasihan pada Amel?Hendra berdiri, lalu menarik tangan Dila dari microphone."Apa yang kamu lakukan? Berani kamu mempermalukanku!" ucap Hendra."Lihat itu, Mas! Lihat!" Dila menunjuk layar lebar yang terpampang foto Amel di sana. "Kamu jatuh cinta pada perempuan ini karena lebih cantik dariku, kan? Nyatanya kecantikan dia palsu! Lihat itu!"Muka Hendra semakin memerah. Amel tak sanggup lagi menahan malu. Akhirnya dia berdiri dengan gaun mewahnya, beranjak meninggalkan pelaminan."Mau kemana kamu wanita jalang?" terima Dila sambil menghalangi Amel turun dari panggung.Dengan satu gerakan Dila me

  • ISTRI BURUK RUPA   Wajah Asli

    Mobil Airin memasuki kawasan perkampungan yang masih alami dan rindang. Setelah melewati hutan pinus yang berjejer, terlihat hamparan sawah yang luas.Sesaat mereka berdua terpesona melihat pemandangan yang ada di bawah bukit itu. Airin membuka jendela mobil, membiarkan udara sejuk masuk ke dalam mobilnya itu.Airin mengeluarkan sedikit kepalanya keluar jendela mobil, lalu menarik napasnya dalam-dalam. Senyumnya mengembang, terlihat begitu menikmati suasana perkampungan itu.Rifki melirik ke arah Airin. Wajah Airin terlihat begitu berseri-seri. Dia ikut tersenyum melihatnya seperti itu. Dalam hati dia berharap Airin bisa terus ceria seperti ini.Rifki menghentikan mobilnya begitu melihat mobil Bella terparkir tak jauh dari situ. Mereka berdua turun, lalu menatap sekeliling untuk mencari Bella."Pergi kamu!!"Airin dan Rifki terkejut. Mereka segera berlari ke arah salah sudut pematang sawah yang ada di sana. Terlihat seorang wanita tua mengusir Bella. Di belakang wanita itu, seorang pr

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status