Share

Wanita Itu

last update Huling Na-update: 2022-05-19 18:24:31

"Ayo, jawab! Kamu pergi ke mana?" Nyonya Mia tetap menekan putranya untuk mengaku.

Irfan menelan saliva, lalu membuang mukanya.

"Pergi dengan teman, Ma," jawab Irfan kemudian.

"Teman kamu yang mana?" selidik Mamanya lagi.

Irfan meringis menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

"Sudah, sudah. Mama duduklah, biar Airin buatkan minum," ucap Airin sambil mempersilahkannya duduk.

Airin mengambil belanjaannya dan berjalan menuju dapur.

"Jangan macam-macam kamu, Irfan!"

Airin menghentikan langkah, urung menuju dapur. Dia menyandarkan tubuhnya di dinding pembatas ruang tamu, mendengarkan apa yang mereka bicarakan.

"Kamu kan tahu keluarga kita punya banyak hutang pada mendiang orang tua Airin!" ucap Mama mertuanya dengan suara yang tertahan.

Deg! Jantung Airin berdegup kencang mendengar perkataan Nyonya Mia. Hutang?

"Orang tua Airin kan sudah meninggal, Ma?"

"Bodoh kamu! Semua itu masih tercatat dalam data notaris! Sekali Airin tahu, tamat riwayat kita. Makanya kamu jangan macam-macam!"

"Ma, aku sudah bosan pura-pura baik terus padanya! Aku gak tahan lagi melihat wajahnya setiap waktu. Jijik, Ma!"

"Tugas kamu cuma menjadi suami yang baik! Apa susahnya?"

"Tapi sampai kapan, Ma?"

"Sampai Mama bisa memastikan semua data itu hilang dalam kebakaran waktu itu!"

"Tapi, Ma ...."

"Diam, jangan membantah! Jika data itu masih ada, kita butuh tanda tangan Airin untuk membebaskan kita dari hutang itu!"

Irfan membuang napas.

"Baiklah, Ma. Tapi jangan halangi Irfan untuk menikahi Amel."

"Irfan!"

"Irfan mau membantu Mama. Mama juga harus mengerti Irfan dong!"

Nyonya Mia membuang napas kesal mendengar ucapan puteranya itu. Dia takut puteranya itu nekad. Kalau sampai Airin tahu, hancurlah semuanya.

Airin mengepalkan tangannya seraya memejamkan mata menahan sesak di dada. Jadi ternyata seperti itu? Ternyata pernikahan ini hanya permainan semata. Apa mungkin kebakaran waktu itu juga ada hubungannya dengan hal itu?

Airin membuang napas, lalu melangkah menuju ke dapur. Kecurigaan Bella ternyata benar. Kalau memang seperti itu kenyataannya, tidak ada pilihan lain untuk menyelidiki kasus itu kembali.

Airin mengambil gawainya, lalu menelpon Bella.

"Bell, aku mau kau menyelidiki sesuatu," ucapnya begitu Bella mengangkat teleponnya. "Ini berhubungan tentang catatan notaris Papa."

"Kamu tahu sesuatu?" tanya Bella.

"Selidiki saja dulu, akan kuceritakan sisanya nanti," ucap Airin.

"Baiklah."

Airin menutup telepon, lalu segera membuat dua cangkir teh. Dia membawanya ke ruang depan dan bersikap seolah tak mendengar apapun.

"Maafkan Irfan, ya, Sayang. Dia bosan di rumah, makanya pergi bersama teman-temannya," ucap Mama Mertuanya saat Airin meletakkan cangkir itu di atas meja.

"Lain kali kalau dia ulangi lagi, bilang sama Mama!" lanjutnya.

Airin  tersenyum, lalu duduk di samping mereka.

"Seharusnya tidak perlu berbohong kalau ada meeting, Mas," ucapnya sambil menatap Irfan.

"Maafkan Mas, Dek," jawab Irfan salah tingkah.

Airin tersenyum miring.

"Gak apa-apa kok, Mas. Mas pasti melatangku ikut karena takut teman-teman mengejekku, kan?" ucapnya.

"Iya, Dek. Mas gak mau kamu terluka," jawabnya.

"Nah, begitu dong, Irfan. Seharusnya kamu jujur dari awal. Airin begitu baik hati, pasti bisa mengerti. Menantu Mama memang yang terbaik," ucap Mamanya sambil merangkul Airin.

Airin tertawa miris dari dalam hati. Keluarga ini sangat pandai beracting. Kenapa tidak menjadi pemain film saja?

"Oh, iya, Dek. Minggu depan Mas harus ke luar negeri untuk proyek baru kantor," ucap Irfan sambil menyeruput tehnya.

Mamanya terlihat mendelik padanya, tapi Irfan tak peduli.

"Untuk berapa lama, Mas?" tanya Airin, penuh curiga dalam hati.

"Mungkin sekitar sebulan, bisa lebih," jawab Irfan lagi.

"Lama sekali, Mas. Apa memang harus selama itu?"

"Maaf ya, Dek. Ini kan demi perusahaan juga."

Airin terdiam. Irfan pasti berbohong lagi padanya. Dia harus menyelidiki hal itu lagi.

"Kalau begitu biar aku bantu bersiap-siap ya, Mas?" ucap Airin kemudian.

"Jangan, Dek. Aku gak mau kamu capek. Kan masih Minggu depan, jadi Mas bisa melakukannya sendiri," jawab Irfan, yang semakin membuat Airin curiga.

"Kamu jangan khawatir, Airin," sahut Mama mertuanya. "Irfan gak akan macam-macam. Biar Mama yang nanti yang menyuruh orang mengawasinya."

Irfan melirik kesal pada Mamanya. Airin hanya diam sambil berpikir bagaimana caranya mencari tahu.

Malam itu Airin membuka laptopnya ketika suaminya sudah tertidur lelap. Tidak biasanya dia tertarik dengan kehidupan para artis. Tapi kali ini, dia benar-benar ingin tahu tentang wanita bernama Amel Angelina.

Airin mengintip sosial media aktris itu, terlihat dia memamerkan sebuah cincin, dan tertulis caption di sana.

"Yes, I will marry you "

Airin membuka lagi status yang lebih baru. Tampak foto sebuah gaun pernikahan cantik dengan caption.

"Sebulan lagi, kita akan benar-benar bersanding di pelaminan."

Status dia yang terakhir, sebuah foto undangan pernikahan bertuliskan huruf besar I & A dia pamerkan dengan caption.

"Menuju hari H."

Airin menatap ke arah suaminya yang sedang tertidur pulas. Status dia tepat sekali dengan rencana kepergian suaminya ke luar negeri. Airin tersenyum miris. Rupanya mereka merencanakan pernikahan besar tanpa sepengatahuan dirinya. Baiklah, mungkin ini saat yang tepat. Airin mengambil gawainya, lalu menelpon Bella.

"Bell, minggu depan ... aku ingin menjalani operasi. Tolong persiapkan semuanya."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • ISTRI BURUK RUPA   Akhir

    Airin masih berdiri melihat Amel berdiri di depan pintu rumahnya. Dia menatapnya tajam, penuh kemarahan. Bau bensin menyengat hidung Airin. Airin baru sadar Amel membawa jirigen besar berisi benda bensin."Mau apa kamu, Amel?" tanya Airin dengan mata membulat."Kamu puas kan sekarang? Pernikahanku hancur! Karirku hancur!" ucap Amel histeris."Kamu menyalahkan aku karena itu semua?" tanya Airin lagi."Iya! Ini semua salahmu! Kenapa kau bisa mendapatkan semua yang ingin aku miliki? Aku membencimu! Aku mau kamu mati!"Airin terkejut melihat Amel membuka jirigen yang dibawanya dan mulai mengucurkan isinya. Dia mundur, mencoba menghindar dari cairan itu, namun Amel menyudutkannya di sisi ruangan."Hentikan Amel!" teriaknya panik. "Apa kamu sudah tidak waras?!"Amel tertawa sambil menyalakan korek api."Mati kamu, Airin!""Hentikan!"Api berkobar membakar apa saja yang dia temui. Airin berteriak. Dia terjatuh di sudut ruangan. Tubuhnya bergetar hebat. Bayangan orang tuanya yang tewas dilaha

  • ISTRI BURUK RUPA   Amarah Amel

    Irfan berlari dengan cemas sambil membopong tubuh Airin memasuki gedung rumah sakit."Dokter! Tolong, Dokter!" teriaknya.Seorang Dokter dan beberapa orang perawat langsung menangani Airin. Mereka membawa Airin masuk, diikuti oleh Irfan."Bagaimana keadaannya, Dokter?" tanya Irfan begitu Dokter selesai memeriksanya."Dia baik-baik saja, hanya kelelahan saja. Sebentar lagi pasti akan siuman. Untuk sementara biarkan dia istirahat dulu," jawab Dokter.Irfan membuang napas lega. Dokter meninggalkan mereka berdua di ruangan itu. Irfan duduk di samping Airin yang masih belum sadarkan diri.Dia menatap lekat wanita yang pernah menjadi istrinya itu. Penyesalan mulai menyusupinya lagi. Airin berbesar hati memaafkannya atas apa yang pernah dia lakukan.Jari Airin bergerak, dia perlahan membuka matanya."Kau sudah siuman, Airin?" tanya Irfan dengan mata berbinar.Airin perlahan menatap ke arah Irfan, lalu dia mencoba untuk bangun."Berbaring saja dulu, tubuhmu masih lemah," ucap Irfan lagi."

  • ISTRI BURUK RUPA   Cinta Untuk Bella

    ( Flash back )"Kanker Laring ?" mata Bella membulat mendengar ucapan Dokter tentang penyakit Heru, suaminya."Benar, harus segera dioperasi. Kalau tidak sel kanker bisa menyebar. Apakah Bapak ini merokok, atau minum alkohol?"Bella menatap ke arah Heru. Dan Heru menggeleng cepat."Dia tidak merokok, apalagi minum minuman keras," jawab Bella."Atau mungkin dia terpapar virus dan polusi di tempatnya bekerja," ucap Dokter lagi.Bella terdiam. Suaminya memang bekerja di pabrik besi yang menyebabkan dia terpapar debu logam setiap saat. Dia menatap ke arah suaminya. Tidak ada pilihan lain, Heru harus berhenti bekerja, dan kembali pulang ke kampung halaman mereka."Apa? Bekerja di kota?" tanya Bu Rahma ketika Bella mengutarakan maksudnya."Kita butuh biaya banyak untuk operasi Mas Heru, Buk," ucap Bella. "Biar Bella mencari pekerjaan di sana.""Kita bisa menjual sawah untuk biaya operasi. Sejak dulu cita-cita kamu memang ingin ke sana, kan? Ingin jadi pengusaha sukses, padahal kamu cuma lul

  • ISTRI BURUK RUPA   Cemburu

    Airin masih berdiri di luar ruang rawat inap Amel, tak tahu apa yang harus dia lakukan."Kenapa tidak masuk?"Airin mengangkat wajahnya. Irfan berdiri di depannya sambil menatapnya. Sesaat kemudian dia salah tingkah."Eh, anu, mungkin aku akan menjenguk Bella lebih dulu," ucap Airin sambil beranjak dari tempatnya."Tunggu aku ikut," ucap Irfan, berjalan mengikuti Airin di belakangnya.Mereka naik ke lantai atasnya, tempat Bella dirawat. Sesampainya di sana, terlihat para perawat berlarian, seperti sedang ada situasi yang darurat. Jantung Airin berdegup kencang ketika tahu mereka menuju kamar Bella."Apa yang terjadi?" tanya Airin pada salah satu Suster dengan cemas."Pasien atas nama Bella, sedang dalam kondisi kritis," jawab Suster itu.Mata Airin membulat karena terkejut. Dia langsung berlari masuk ke kamar Bella, tapi beberapa perawat menahannya."Mohon tunggu di luar, Dokter sedang melakukan tindakan," ucap salah satu dari mereka.Pintu ruangan Bella tertutup rapat. Airin tidak b

  • ISTRI BURUK RUPA   Sesal

    "Hendra Kurniawan itu suamiku!" ucap Dila dengan lantang di atas panggung.Semua yang hadir langsung heboh dengan pernyataan Dila. Wajah kedua mempelai merah padam karena tak bisa menahan malu.Airin tak menduga, perbuatan yang dulu hampir dia lakukan pada Amel, kini dilakukan oleh orang lain. Entah kenapa, dia seperti melihat dirinya di atas panggung itu. Tapi kenapa sekarang dia justru merasa kasihan pada Amel?Hendra berdiri, lalu menarik tangan Dila dari microphone."Apa yang kamu lakukan? Berani kamu mempermalukanku!" ucap Hendra."Lihat itu, Mas! Lihat!" Dila menunjuk layar lebar yang terpampang foto Amel di sana. "Kamu jatuh cinta pada perempuan ini karena lebih cantik dariku, kan? Nyatanya kecantikan dia palsu! Lihat itu!"Muka Hendra semakin memerah. Amel tak sanggup lagi menahan malu. Akhirnya dia berdiri dengan gaun mewahnya, beranjak meninggalkan pelaminan."Mau kemana kamu wanita jalang?" terima Dila sambil menghalangi Amel turun dari panggung.Dengan satu gerakan Dila me

  • ISTRI BURUK RUPA   Wajah Asli

    Mobil Airin memasuki kawasan perkampungan yang masih alami dan rindang. Setelah melewati hutan pinus yang berjejer, terlihat hamparan sawah yang luas.Sesaat mereka berdua terpesona melihat pemandangan yang ada di bawah bukit itu. Airin membuka jendela mobil, membiarkan udara sejuk masuk ke dalam mobilnya itu.Airin mengeluarkan sedikit kepalanya keluar jendela mobil, lalu menarik napasnya dalam-dalam. Senyumnya mengembang, terlihat begitu menikmati suasana perkampungan itu.Rifki melirik ke arah Airin. Wajah Airin terlihat begitu berseri-seri. Dia ikut tersenyum melihatnya seperti itu. Dalam hati dia berharap Airin bisa terus ceria seperti ini.Rifki menghentikan mobilnya begitu melihat mobil Bella terparkir tak jauh dari situ. Mereka berdua turun, lalu menatap sekeliling untuk mencari Bella."Pergi kamu!!"Airin dan Rifki terkejut. Mereka segera berlari ke arah salah sudut pematang sawah yang ada di sana. Terlihat seorang wanita tua mengusir Bella. Di belakang wanita itu, seorang pr

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status