“Iya. Tapi untuk malam yang sangat special ini, kamu boleh kok makan semuanya. Ayo! Duduk dulu!” Zahra menarik kursi dan mendudukkan suaminya di sana.“Sayang, aku masih bingung. Ada apa sebenarnya? Tak mungkin surprisenya hanya dinner. Pasti ada yang lain lagi’kan?” Elang semakin penasaran dan mencoba menebak kejutan apa yang sudah dipersiapkan oleh sang istri tercinta.“Suamiku ini memang pandai membaca situasi. Makanlah dulu. Setelah itu baru aku beritahu kejutannya.” Zahra mencubit hidung suaminya dengan lembut.Wanita yang tengah bergembira itu mengambil nasi beserta lauk pauk untuk suaminya. Namun saat mencium bau rendang yang begitu sedap, membuat perutnya terasa mual.“Uwekk ... uwekk ...” Zahra meletakkan piring di meja dan menutupi mulutnya dengan telapak tangan.“Kamu kenapa? Kita ke dokter ya?”“Aku tidak apa-apa. Makanlah!” Zahra menyerahkan piring kepada suaminya.“Kamu tidak makan?”“Aku masih kenyang.’ Jawab Zahra sembari memegangi perutnya yang terasa seperti diaduk-a
Hari demi hari dilalui begitu indah. Apalagi Elang adalah seorang pria yang penuh perhatian. Bahkan dia mendatangkan ahli gizi dan juga koki yang profesional untuk mengatur menu makanan sehat untuk sang istri. Dia selalu memanjakan sang istri hingga wanita cantik itu merasa menjadi seorang ratu.Kini kehamilan Zahra sudah menginjak usia tujuh bulan. Dia sangat bahagia saat melihat bayinya dalam keadaan sehat sewaktu pemeriksaan USG. Hatinya begitu gembira. Walau sang suami tak bisa menemaninya karena sedang berada di luar kota untuk urusan bisnis, Dia tetap memberi kabar lewat sambungan telepon. “Sayang, aku masih di jalan. Jadi maaf, belum bisa menjemputmu. Kau pulang naik taxi saja, ya?”“Iya, gak apa-apa, Elang. Ini aku juga sedang menunggu taxi on line yang sudah aku pesan tadi.” Jawab Zahra dengan tersenyum.“Oke, Sayang. Sekali lagi maaf, ya.”“Iya. It’s oke.”“I love you.”“Love you more.”Zahra menutup sambungan telepon. Kemudian mengecek di aplikasi sudah sampai di mana tax
“Tunggu, suster. Izinkan saya untuk menggendong anak saya sebentar saja.”“Maaf, Pak. kami harus memberikan pertolongan segera. Terlambat sedikit saja, bisa mengancam nyawa anak bapak. Permisi!” Dua orang suster berlalu dengan tergesa.“Suster! Suster!’ Elang berteriak dan hendak mengejar mereka. Namun dicegah oleh papahnya.“Sabar, Elang. Kita percayakan saja kepada mereka. Sekarang kita tunggu istrimu yang masih berjuang di dalam sana.”“Tapi, siapa yang menunggu anakku? Tak mungkin aku membiarkannya seorang diri.”“Biar aku dan istriku yang akan menjaga cucuku. Kau di sini saja menunggu putriku. Tolong, jangan tinggalkan dia walau sebentar saja. Aku menitipkan dia kepadamu.” Mustafa menepuk-nepuk pundak Elang. Pria itu terlihat sangat sedih. Dia juga tak tega melihat menantunya yang terlihat begitu sedih.“Maafkan aku, Yah. Seandainya Aku bisa menjaga putrimu dengan baik, tentu tak akan terjadi hal ini. Hukum saja aku!” Elang memeluk ayah mertuanya.“Sudahlah. Semua sudah terjadi.
“Elang. Bagaimana dengan anak kita? Dia laki-laki atau perempuan?” Zahra bertanya dengan mata berbinar. Walau rasa sakit masih dirasakan di sekujur badan, tapi rasa rindu kepada putra yang baru saja dilahirkan membuat semangatnya berapi-api.Elang membisu. Dia tak tahu harus menjawab apa. Pria itu berusaha menyibukkan diri dengan mengupas jeruk untuk sang istri tercinta.“Ini untukmu!” Elang memberikan jeruk yang telah dikupas kepada istrinya.“Tidak.” Zahra mendorong tangan suaminya perlahan.Saat melihat gelagat suaminya yang tak biasa membuat Zahra curiga. Tak biasanya sang suami menghindar dari pertanyaan.“Elang! Kenapa kau tak menjawab pertanyaanku?!” tanya Zahra penuh selidik.“Pertanyaan yang mana?”“Masa kamu lupa. Tentang anak kita. Bagaimana keadaannya? Apa dia baik-baik saja? Laki-laki atau perempuan?!” dengan kesal Zahra mengulang pertanyaannya.“Mmm ...”“Elang! Apa kamu masih marah karena aku tak menuruti kata-katamu hingga terjadi kecelakaan itu? kalau memang iya, aku
Kini satu bulan telah berlalu. Zahra masih sering menangis seorang diri. Saat memandangi foto si kecil, hatinya terasa seperti teriris. Belum sempat melihat wajah anak yang sangat ditunggu kehadirannya, tapi sang pencipta lebih dahulu memanggilnya. Setiap ibu di dunia ini pasti akan merasakan hal yang sama.“Sayang. Kamu sedang apa?” Elang mendatangi sang istri dengan membawa orange juice kesukaan istri tercinta.Zahra buru-buru menghapus air matanya, lalu menyembunyikan foto si kecil di balik bantal Dia tak ingin suaminya cemas saat melihat dirinya menangis.Elang mengecup kening istrinya dengan lembut. Saat memandang wajah yang terlihat sembab, mulai nampak kecemasan pada wajah tampannya.“Are you oke?!” Elang memegang kening Zahra untuk memastikan apakah dia baik-baik saja.“Aku baik-baik saja.”“Ayo, diminum dulu juicenya.”“Nanti saja. Aku masih kenyang.”“Baiklah.”Elang kembali meletakkan gekas juice di atas meja.“Elang. Maafkan aku, ya. Aku bukan istri dan ibu yang baik. Aku
“Bagaimana dengan kondisi rahim saya, Dok? Apa kecelakaan yang menimpa saya beberapa waktu lalu berpengaruh terhadap rahim saya?” dan apa Saya bisa hamil lagi dengan segera?” tanya Zahra kepada dr. Arumi setelah selesai menjalani pemeriksaan.“Sabar, Sayang. Nanya’nya satu-satu.” Elang berkata lirih kepada sang istri.“Iya. Maaf.”“Silakan duduk.’” Dr. Arumi mempersilakan Zahra dan suaminya duduk.“Begini, dr. Zahra. secara keseluruhan kondisi rahim Anda cukup baik. Namun karena Anda baru saja melahirkan secara operasi, ada baiknya Anda menunda hingga tiga atau empat tahun ke depan. Saya rasa sebagai dokter, Anda tahu resikonya.”“Iya. Sebenarnya saya tahu, Dok. Hanya saja, saya ingin sekali segera punya anak lagi.”“Saran saya, lebih baik dokter menikmati masa-masa indah dulu bersama suami. Dan jangan terlalu memikirkan hal ini, hingga bisa membuat anda tertekan. Saya tahu kehilangan seorang anak tidaklah mudah. Namun Anda harus bisa segera bangkit dan membuang semua beban yang ada d
Zahra mendatangi dr. Arumi untuk memeriksakan diri. Tentunya ditemani oleh suami yang sangat setia.“Bagaimana, Dok? Apa saya hamil?” tanya Zahra saat baru saja selesai diperiksa oleh dr. Arumi.“Tidak. Anda tidak hamil.”“Lalu, kenapa Saya tidak menstruasi?”“Sudah berapa lama Anda tidak menstruasi?” tanya dr. Arumi.“Tiga bulan, Dok.” Jawab Zahra dengan singkat.Dr. Arumi menarik napas panjang sepertinya ada sesuatu yang menyesakkan dada.“Seharusnya Anda bisa datang ke sini lebih awal. Minimal setelah tahu bahwa Anda terlambat datang bulan di bulan pertama.”“Memangnya kenapa, Dok?” Zahra bertanya dengan cemas. Walau dia sudah bisa menebak ke mana arah pembicaraan dokter pribadinya.“Begini, dr. Zahra. Saya harus menyampaikan hal ini walau kurang mengenakkan.”“Bagaimana, dok? Tolong katakan dengan jelas!” Zahra terlihat mulai gelisah. Dia menatap ke arah suaminya.Elang hanya bisa tersenyum dan menggenggam erat jemari sang istri. Pria itu berusaha menguatkan istrinya. Walau sesun
Zahra sudah menjalani serangkaian tes sebelum operasi. Dia berusaha untuk tegar dan tak terlihat sedih di mata suaminya. Namun pandangan kosong tak mampu menyembunyikan rasa sedih yang tergambar jelas pada mata sayunya.Gadis cantik itu bersandar pada dinding pembatas balkon yang berada di depan kamarnya. Udara pagi yang begitu bersih mampu menyegarkan pikiran.Biasanya di pagi hari, dia selalu berolahraga bersama suami. Namun semenjak mengetahui ada kista dalam tubuhnya, membuat semangatnya untuk beraktifitas menurun. Bahkan semangat hidupnya ikut menurun hingga sangat mempengaruhi kualitas sexualitasnya.Untuk sementara, Zahra mengambil cuti dari pekerjaan. Dia akan fokus untuk pengobatan penyakitnya.“Sayang, kamu sedang apa?” Elang memeluk pinggang mungil sang istri dari arah belakang. Pria itu tetap romantis walaupun tubuh istrinya tak seindah dulu.“Elang. Aku hanya ingin menghirup udara pagi dan berjemur di sini. Kamu tidak olah raga?” Zahra membalikkan badan. Kini keduanya sal