POV Arif"Rif, sekarang belikan obat penurun panas sana ... ! Kasihan ini si Kayla, rewel terus dari tadi karena badannya agak anget. Mungkin kecapekan di jalan tadi habis kita bawa pakai angkot. Kamu sih suruh pake taksi online malah nyarinya angkot!""Ini badannya agak panas. Kalau dikasih penurun panas 'kan bisa cepat turun suhunya. Kalau dibiarin aja entar malam kamu nggak bisa tidur lho, rewel dia," ujar Mbak Maya lagi setelah aku selesai menyerahkan botol DOT berisi susu yang baru saja aku buatkan untuk Kayla.Mendengar perkataan kakakku itu, aku menggaruk garuk kepala yang sebenarnya tidak gatal. Apa? Beli obat penurun panas? Berapa harganya? Uang ku tinggal tiga puluh ribu rupiah lagi. Hanya cukup untuk naik ojek online pulang pergi ke kantor besok pagi, sisa sepuluh ribu buat tunggu tunggu kantong menjelang lusa gajian. Masa iya harus di habiskan juga untuk beli obat penurun panas? Lagian emang cukup sepuluh ribu buat beli obat penurun panas?"Harus ya, Mbak minum obat penur
POV Arif"Gimana, Rif? Udah menghubungi kamu belum si Alya? Kok belum ada kabar apa apa dari kamu dari tadi?" tanya Ibu saat aku baru saja meletakkan tubuh Kayla yang baru saja tertidur setelah terpaksa aku sendiri yang mengayun ayunkan nya dari pada Ibu dan Yuni bertengkar terus, di atas karpet di ruang tengah karena kamar sedang diisi dan ditiduri oleh sosok Soraya yang sejak masuk kamar tadi berdua putrinya langsung amblas tidur belum bangun bangun juga sampai sekarang, seolah olah sudah bertahun tahun tak bertemu tempat tidur.Kayla rewel dan nangis dari tadi saja tak membuat perempuan itu dan putrinya terbangun dari tidur mereka. Tak seperti dulu yang bak putri keraton, berisik sedikit saja langsung protes dan komplain karena takut Cyntia terganggu tidurnya.Tapi biar saja Soraya dan putrinya tak bangun bangun, sebab bangun pun tak ada gunanya. Yang ada malah bikin ribet dan kesel saja. Bagus nggak usah bangun sekalian alias mati, batinku yang merasa kesal karena harus bertemu So
POV AlyaAku mengernyitkan kening saat tak berapa lama sampai ke kantor, kulihat panggilan WhatsApp dari Yanti ke hapeku.Segera aku mengangkat panggilan tersebut dan merasa terkejut bukan main saat mendengar tangisan tersedu sedu dari gadis itu."Bu ... Kayla, Bu ... Kayla diculik orang ... !""Maafkan saya, Bu. Saya nggak bisa jaga Kayla dengan baik. Saya udah berusaha melawan tapi ... tapi nggak berhasil, Bu Maafkan saya, Bu ... hiks ... hiks ...!" ratap Yanti sembari menangis mengiba iba dari seberang sana.Mendengar penuturan gadis itu, seketika aku pun merasa terkejut dan tubuhku sontak terasa lemas bukan main. Tubuhku gemetar hebat dan jantung berdebar kencang. Kayla diculik orang? Ya, Tuhan ... siapa yang telah tega menculik bayi tak berdosa itu dan untuk apa???"Apa? Kayla diculik orang? Siapa, Yan? Dan gimana bisa terjadi?" tukasku panik sembari meraih kembali tas kerjaku dan berjalan tergesa gesa menuju anak tangga untuk turun ke lantai bawah butik di mana Pak Satrio, sopi
POV Arif "Rif, bangun, udah pagi ... ! Jadi nggak kamu mau nganterin Kayla pulang ke rumah ibunya? Gih, anterin! Capek Ibu jagain dia semalaman! Kamu mah enak bisa tidur! Lha Ibu nggak bisa tidur sama sekali gara gara anak kamu ini rewel nangis terus!""Ini anak apaan sih? Nggak ibu nggak anak, sama aja! Bikin susah orang aja bisanya! Bisa bisanya semalaman nangis terus nggak berhenti berhenti, bisa gila Ibu kalau lama lama anak kamu ini ada di rumah ini!""Mana Maya nggak bisa diganggu lagi karena Najwa juga jadi ketularan sakit nya anak kamu ini! Kamu juga tidur! Huh! Nggak emak, nggak anak, sama aja kelakuannya! Sama sama bikin capek dan susah orang aja!" gerutu Ibu sembari mengguncang guncang bahuku saat aku baru saja terlelap setelah semalaman tak bisa tidur akibat kamar sudah dikuasai oleh kuntilanak Soraya dan putrinya sehingga akhirnya aku terpaksa tidur di atas lantai dengan hanya beralaskan tikar plastik yang dingin sehingga bolak balik aku terjaga karena kedinginan.Menden
POV AlyaAku baru saja tiba di kantor saat ponselku bergetar. Ternyata telepon dari Yanti, asisten rumah tanggaku. Berharap mendapatkan kabar baik soal keberadaan putriku yang saat ini masih berada di tangan Mas Arif, aku pun gegas mengangkat panggilan tersebut.Benar saja, saat aku terima panggilan darinya, ternyata Yanti memang mengabarkan tentang kepulangan Kayla yang barusan saja diantar oleh Mas Arif ke rumah."Bu, alhamdulilah ... adik udah dipulangkan sama Pak Arif, Bu. Barusan aja ... sekarang adik ada di rumah. Tapi badannya agak panas sih, Bu. Apa Ibu bisa pulang sebentar untuk belikan adik obat penurun panas?" ucap Yanti yang membuatku seketika merasa lega.Meski pun kata Yanti, Kayla dalam keadaan panas badannya tapi setidaknya putri semata wayangku itu sekarang telah kembali berada di tanganku.Selepas ini aku akan berusaha menjaga Kayla dengan sebaik baiknya. Tak akan kubiarkan Mas Arif mendekatinya lagi dengan alasan apa pun juga bila niatnya hanya ingin melakukan yang
POV Arif "Apa, Pak? Saya dipecat? Tapi salah saya apa, Pak? Tidak berkompeten? Tidak di inginkan lagi di perusahaan ini? Yang benar saja, Pak?" "Sudah bertahun tahun saya bekerja di perusahaan ini, tapi mengapa baru kali ini saya dibilang tidak kompeten? Sebenarnya salah saya apa, Pak?" Aku benar benar tak mampu menguasai diri hingga mencecar Pak Alex dengan seribu pertanyaan yang melanda hatiku saat ini. Bagaimana bisa Pak Alex mengatakan aku tak berkompeten dan tak diinginkan lagi berada dalam perusahaannya setelah bertahun tahun aku justru sudah mendedikasikan diriku di perusahaan ini. "Ya, Pak Arif sudah tidak kompeten lagi untuk kami pekerjakan di perusahaan ini. Perusahaan ini butuh orang orang yang total dalam bekerja. Cerdas dan berkemampuan. Sementara saya perhatikan dua atau tiga bulan terakhir ini, Pak Arif malas malasan dalam bekerja." "Pak Arif seperti orang yang punya masalah pribadi sehingga datang ke kantor dalam keadaan tidak fresh dan tertekan. Bapak juga tidak
POV Arif "Mbak, kok sepi ya? Dari tadi nggak ada tanda tanda Alya keluar dari rumah itu. Terus suara si Kayla dan pengasuhnya juga nggak kedengaran. Apa jangan jangan mereka lagi pergi ya?" tanyaku pada Mbak Maya yang berada tepat di depanku. Saat ini kami tengah berada di balik tembok pembatas yang memisahkan jalan setapak di sebelah rumah kontrakan Alya dan temannya itu dengan rumah kontrakan yang mereka huni tersebut. Mendengar pertanyaanku, Mbak Maya terdiam sesaat sebelum kemudian membuka suaranya. "Iya, Rif. Sepi ... Alya juga nggak kelihatan dari tadi keluar dari kontrakan itu. Apa jangan jangan dia nggak kerja ya? Atau jangan jangan sakitnya Kayla lumayan parah sehingga harus nginap di rumah sakit segala?" "Duh, nggak ada petunjuk sama sekali ini. Tapi kalau Alya bener bener nggak keluar dari rumah itu, artinya ada sesuatu yang sedang terjadi, Rif. Tapi apa Mbak juga nggak tahu? Apa Kayla sakit parah sehingga harus dirawat di rumah sakit ya?" "Duh, gimana ini? Sudah satu
POV ArifDengan nekad dan berusaha mengumpulkan keberanian, aku, Mbak Maya dan Yuni pun kemudian mengendap endap mendekati rumah kontrakan Alya dan mengetuk pintunya dengan cukup keras saat sudah sampai di depan teras. Berharap Alya yang keluar supaya bisa langsung kami eksekusi.Namun, dari dalam tak terdengar suara siapa siapa sehingga kami pun hanya bisa saling pandang dengan ekspresi bingung. Jangan jangan benar, saat ini Alya tengah berada di rumah sakit karena kondisi Kayla yang mungkin sakit beneran akibat aku culik kemarin sehingga Alya harus menginap di sana?Berpikir begitu aku pun membuka mulutku."Gimana ini, Mbak? Kayaknya di dalam emang nggak ada siapa siapa. Mungkin bener Kayla dirawat di rumah sakit, Mbak. Sekarang gimana? Apa kita datang lagi aja besok, mana tahu Alya udah pulang dan bisa kita culik, Mbak?" kataku.Mbak Maya pun menganggukkan kepalanya tanda setuju."Iya, gitu aja deh! Besok kita ke sini lagi aja. Soalnya kalau ke tempat kerjanya kan jauh. Lagi pula