ISTRI GLOWING SUAMI KELING 30
Waktu terus bergulir begitu cepat. Tanpa terasa seminggu lagi acara pernikahan Joni. Kali ini Bu Dewi lebih antusias dari biasanya. Meski hanya sederhana tapi Bu Dewi mempersiapkan sebaik mungkin.Risma ikut senang dengan perubahan ibu mertuanya itu. Ya ... walau belum sepenuhnya, tapi ucapan pedasnya sudah turun level. Hampir setiap hari dia membantu apa saja yang bisa dilakukan. Seperti hari ini, Risma membantu membuat peyek kacang juga rebon untuk isi toples dan acara selametan."Itu bumbu buat peyeknya diulek yang halus, Ris!" titah Bu Dewi sambil memasukkan kue kering ke dalam toples."Ya, Bu.""Daun jeruknya jangan lupa iris tipis.""Iya." Risma hanya menjawab singkat tanpa menoleh karena sedang fokus pada ulekan."Santennya pakai kelapa tua, jangan pakai santan instan, kurang gurih nanti.""Ya.""Minyaknya pakai yang baru. Kamu ambil di lemari.""Iyaaa."ISTRI GLOWING SUAMI KELING"Risma ... Risma!" teriak Bu Dewi dari teras rumah Risma. Tangannya menyingsing lengan daster lusuh yang dipakainya.Risma yang sedang dandan karena habis mandi pun tergopoh ke depan rumah mendengar keributan yang dibuat mertuanya itu. Tangan kanannya memutar handle pintu, sedangkan tangan kirinya masih memegang krim yang sedang ia pakai. Saking paniknya sampai lupa untuk menaruhnya lebih dulu."Kenapa, Bu?" tanya Risma dengan wajah panik.Melihat penampilan Risma justru membuat Bu Dewi makin emosi. Ditambah menantunya itu memegang skincare yang memang sedang ia aplikasikan pada kulit wajahnya."Kamu itu mikir, Risma. Suami kerja banting tulang panas panasan nyari duit kok kamu enteng bener kerjanya ngabisin duit," sungut Bu Dewi sambil menunjuk nunjuk muka Risma.Risma yang tidak tau apa-apa dan memang merasa tidak melakukan kesalahan tentu kaget pagi-pagi sudah di serang ibu mertua. Dahinya mengernyit mencoba memahami apa yang di bicarakan ibu mertuanya i
ISTRI GLOWING SUAMI KELING 2"Assalamualaikum!" Jaka mengucap salam, lalu duduk di teras rumah mencopot sepatu bututnya yang ia gunakan khusus untuk kerja.Jam makan siang Jaka gunakan untuk pulang ke rumah. Alih-alih ikut temannya ke warung ia justru makan di rumah. Dari pada uangnya buat jajan di warung mending dikasih istrinya, makan di rumah juga lebih leluasa mau nambah pun tidak bayar lagi, begitu pikirnya. Jika tempat kerjanya jauh, ia akan memilih membawa bekal dari rumah. Risma-istrinya, memang pandai memasak. Bahan sederhanapun akan jadi makanan lezat di tangannya.Dahi Jaka mengernyit karena tidak ada sahutan salam dari dalam rumah. Risma biasanya akan menunggunya pulang sambil merajut. Sedangkan Alika-putrinya biasanya sudah terlelap tidur siang. Jaka gegas memutar handle pintu, takut terjadi sesuatu dengan istrinya di dalam rumah.Jaka menahan senyum saat melihat sang istri tercinta sedang merajut dompet di karpet ruang tamu dengan wajah masam. Tv menyala menontot Risma m
ISTRI GLOWING SUAMI KELING 3"Bu, dari mana?" tanya Risma tak menghiraukan omelan mertuanya.Ia lalu beringsut dari duduknya, bermaksud menyambut sang mertua dan mencium tangannya. Saat mengulurkan tangannya justru ditampik. Risma memejamkan mata sambil menghela nafas pelan. Berusaha tak terpancing emosi dengan kelakuan ibu mertuanya itu.Bu Ida yang melihat hanya menggeleng-gelengkan kepala, tangannya mengelus-elus dada. Walau sudah tak heran dengan sikap Bu Dewi, tapi dia tetap menyayangkan sikapnya itu. Padahal setau dia menantunya selama ini baik.Bu Dewi melengos begitu saja, meninggalkan Risma yang masih berdiri dengan tangan menggantung di udara. Duduk tak jauh dari Bu Ida. Risma hanya tersenyum kecut, lalu menggaruk lehernya yang tak gatal. Melihat tingkah ibu mertuanya yang ajaib kadang membuatnya pusing."Habis panen ya, Bu?" tanya Bu Dewi basa basi."Iya, sayang kebun kalau dibiarin kosong, jadi ditanamin sayur aja bisa buat tiap hari nyayur," sahut Bu Ida dengan mengulas s
ISTRI GLOWING SUAMI KELING 4Risma menepuk keningnya sendiri, ia lupa belum memindahkan benang rajut di teras karena tadi membawa masuk sayuran yang diberi Bu Ida terlebih dahulu."Iya, aku lupa, Mas. Tadi habis bikinin teh Ibu mau beresin tapi malah mandiin Alika soalnya dia udah mainan air tadi di kamar mandi, takut keburu kedinginan bocahnya," papar Risma lalu segera bangkit dari duduknya untuk membereskan benang rajutnya.Bu Dewi menghela nafas lega. Ia takut menantunya itu mengadukan perbuatannya pada Jaka. Ia sangat suka mencari gara-gara, tapi sebenarnya jika digertak takut juga.Risma menghela nafas kasar. Satu tangannya berkacak pinggang, sedangkan yang lain memegangi kepalanya. Entah akan membereskan dari mana dulu kekacauan yang dibuat ibu mertuanya itu. Melihat benang awut-awutan seketika kepalanya pusing. Perlahan ia jongkok lalu mulai memunguti benang-benang itu dan memasukkan ke dalam plastik. Matanya tiba-tiba saja memanas, pandangannya mulai berkabut karna air mata su
ISTRI GLOWING SUAMI KELING 5"Kamu itu kebangetan, masih pagi buta sudah nongkrong di pinggir jalan, apa ya nggak ada kerjaan di rumah, hah!" maki Bu Dewi sambil menunjuk-nunjuk wajah Risma. Sedangkan tangan kanannya memegangi sejadah dan mukena.Risma justru celingak celinguk, takut jadi tontonan orang lewat. Rasanya dia sudah kebal dengan cacian juga makian mertuanya itu. Lebih kerasa malu jika sampai jadi tontonan orang. Mbak Lilis yang tadi dibelakangnya sekarang sudah berdiri di sampingnya. Dia menyengggol lengannya, menatap wajah Risma dengan kening berkerut.Risma hanya mengangkat bahu."Masih pagi, Bu. Nggak baik marah-marah. Kok tumben bawa mukena segala, Ibu dari mushola?" tanya Risma lembut, berusaha mengalihkan bahasan.Akan jadi drama dan merusak moodnya jika diladeni. Ia lalu menggandeng tangannya, mengajak jalan meninggalkan halaman rumah Mbak Lilis tanpa terkesan menyuruh."Air di rumah mati dari kemarin sore. Dari pada nggak salat ya mending ke mushola sekalian salat j
ISTRI GLOWING SUAMI KELING 6"Dek!"KrompyangRisma menjatuhkan panci yang akan ia gunakan untuk merebus sayuran. Tangan kanannya mengusap-usap dadanya yang berdebar karena kaget."Apaan sih, Mas?" protesnya saat berbalik dan mendapati suaminya berdiri sambil nyengir dan menggaruk tengkuknya."Maaf. Terus gimana sama, Ibu?" tanya Jaka lagi. Dia masih penasaran dengan keadaan ibunya.Risma menghela nafas kasar, dia lalu memungut panci yang terjatuh. "Ishh, penyok kan!" gerutunya."Aku tadi anterin sampe rumah. Mau dipanggilin tukang urut nggak mau, disuruh duduk di dalam juga nggak mau, maunya duduk di teras, lututnya mungkin lecet karna rada ngilu katanya" ujar Risma sambil mengisi panci dengan air dari kran wastafel untuk merebus sayuran."Terus?" tanya Jaka lagi, masih berdiri sambil mengamati setiap gerakan istrinya."Teras terus teras terus. Ya aku tinggal blanja lanjut pulang. Ditawarin ini itu nggak mau," gerutu Risma. Ia lalu menaruh panci yang sudah terisi separuh air di atas
ISTRI GLOWING SUAMI KELING 7DegHati Bu Dewi mencelos mendengar penuturan putra keduanya itu. Tiba-tiba matanya berembun, susah payah ia menelan salivanya, kerongkongannya terasa tercekat seketika. Ada rasa marah dan kecewa, tapi apa yang diucapkan Jaka memang ada benarnya. Tapi sejujurnya ia tak ingin pernikahan anak-anaknya mengalami kegagalan."Jadi, kamu nggak ikhlas merawat ibu selama ini?" tanya Bu Dewi dengan suara serak. Mati-matian ia menahan tangis.Jaka memandang wajah ibunya sendu. Sadar sudah mengucapkan kata-kata yang mungkin menyinggung perasaan ibunya, tapi melihat sikap ibunya yang kadang kelewatan, rasa sabar yang ia pupuk mulai terkikis. Melihat istrinya sering dimaki di depan banyak orang juga membuat hati Jaka terusik. Satu sisi ibu kandungnya disisi lain istrinya."Jaka dan Risma ikhlas merawat Ibu. Kurang sabar apa Risma selama ini jadi menantu Ibu. Tak pernah mengadukan hal yang aneh-aneh. Dimaki pun cuma diam, menyahut pun masih dalam batas wajar saat sudah b
ISTRI GLOWING SUAMI KELING 8"Bang, kayu yang udah nggak dipakai boleh aku minta nggak?" tanya Jaka ragu pada Bang Ari-mandornya saat jam makan siang tiba."Kayu yang mana?" Bang Ari balik bertanya. Tatapannya tak beralih dari ponsel di tangannya."Itu yang di pojok situ!" tunjuk Jaka pada setumpuk kayu yang ada di pojok bangunan bersebelahan dengan karung bekas semen yang masih berserakan.Bang Ari mendongak dan menatap sekilas tumpukan kayu yang dimaksud anak buahnya itu. Lalu fokus pada ponsel lagi. "Ambil saja. Mau buat kayu bakar?" tanyanya tanpa menatap Jaka. Tangannya sibuk menekan-nekan ponsel pintarnya."Mau buat kursi," jawab Jaka enteng.Bang Ari melirik Jaka yang berdiri di sampingnya dengan dahi berkerut. "Kursi mainan?" tanyanya lagi."Buat apaan kursi mainan, Bang. Kursi beneran lah!" sahut Jaka. Sontak Bang Ari tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban Jaka."Bikin kursi pakai kayu itu mah sekali duduk juga roboh, Jaka!" ucap Bang Ari meremehkan."Ahh, belum dicoba mana