ISTRI GLOWING SUAMI KELING 26
Akhirnya sepakat, lamaran dilakukan esok hari. Joni langsung menghubungi Wulan agar di sampaikan pada orang tuanya. Buah tangan pun cukup membeli saja di pasar agar tidak ribet. Walau Bu Dewi setengah hati, tapi tetap merestui.Jaka bisa kerja lebih dulu, karna acaranya jam tujuh malam. Risma pun bisa ke pasar dulu, juga menjait furing untuk tas pesanan pelanggannya. Sedangkan Joni memilih mengambil cuti."Wi, itu gula sampai meleleh di lemari, kamu beli dari kapan?" tanya Bude Narti yang tidak sengaja melihat isi lemari dapur adik iparnya, penuh dengan kebutuhan dapur."Ohh ..., itu dari Jaka. Dia kalau gajian suka beliin, katanya kalau ngasih duit nggak seberapa malu, jadi dibeliin keperluan rumah. Kadang sabun mandi, detergent, pasta gigi, kadang juga kue," terang Bu Dewi dari kursi meja makan.Bude Narti lalu melihat lihat aneka perabotan yang dikumpulkan Bu Dewi dari dia masih pengantin baru. Banyak sekaISTRI GLOWING SUAMI KELING 27Setelah salat magrib semua berkumpul di ruang tamu. Kecuali Bu Dewi yang sedari tadi masih belum keluar kamar. Aneka kue, juga jajanan pasar sudah ditata sedemikian rupa dalam beberapa wadah. Ditambah hiasan pita juga plastik parsel bening menambah cantik kue-kue itu.Risma sengaja mandi juga bersiap dari rumah mertuanya, agar tak bolak balik dan menghemat waktu. Sedangkan baju dan yang lainnya dibawakan Jaka setelah pulang kerja dan mampir kerumah dulu untuk mandi dan bersiap.Joni keluar lebih dulu untuk mengambil mobil yang akan digunakan untuk acara lamarannya. Sedangkan Pakde Burhan juga Bude Narti memilih menunggu di kursi teras. Alika sendiri tak pernah jauh dari kakeknya. Risma dan Jaka lebih memilih menunggu di ruang tamu."Pinjem mobil siapa, Jon?" tanya Pakde Burhan dari kursi teras, setelah Joni keluar dari mobil yang ia kendarai. Alika, duduk anteng dipangkuannya."Mobil temen, Pakde!" sahut Joni
ISTRI GLOWING SUAMI KELING 28"Satu bulan lagi? Yang benar saja," protes Bu Dewi."Ibu ini aneh, kemarin-kemarin susah dimintai restu, marah-marah Mas Joni bawa Mbak Wulan ke rumah takut zina katanya. Giliran udah ngasih restu mau cepet-cepet nikah biar nggak timbul fitnah apalagi sampai zina diprotes juga. Heran deh," sahut Jaka yang duduk di bangku belakang bersama istrinya."Barangkali ada yang buat kamu kepikiran, Wi? Coba ngomong dari sekarang biar nggak jadi masalah nanti," ucap Bude Narti mencoba tak memojokkan adik iparnya itu, walaupun sedari tadi dia sendiri sudah mengelus dada melihat tingkahnya."Semua kan butuh persiapan, butuh biaya," balas Bu Dewi ketus."Nggak perlu khawatir soal uang." Joni yang fokus menyetir akhirnya menyahut."Aku sudah ada. Semua kebutuhan biar aku yang tanggung. Asal nggak menuruti gengsi dan ego Ibu insyaallah cukup. Yang penting sah dan selametan sederhana. Meski sederhana tapi nggak malu-
ISTRI GLOWING SUAMI KELING 29"Ini cincin untuk kamu, Jon. Dan ini untuk Jaka." Bu Dewi menyerahkan cicin pernikahannya yang sudah sejak lama dia simpan. Masing-masing satu untuk Joni dan Jaka. Joni mendapatkan cincin Bu Dewi, sedangkan Jaka mendapat cicin mendiang bapaknya.Jaka dan Joni yang duduk bersisian saling pandang. Lalu menatap cicin yang berada di telapak tangan mereka. Belum begitu faham dengan maksud sang ibu memberikan cincin itu kepada mereka."Anggap saja itu bukti rasa tanggung jawabku sebagai ibu pada kalian. Gunakan untuk modal usaha, atau kalian berikan pada istri kalian. Terserah." Bu Dewi menghela napas berat sebelum melanjutkan ucapannya. "Ibu sadar selama ini tidak pernah membantu kalian sejak kalian memutuskan menikah, padahal anak lelaki itu milik ibunya. Harusnya ibu juga bertanggung jawab saat kalian dalam kesusahan dan masalah, tapi ibu malah menambah masalah."Bu Dewi menunduk tajam, tak sanggup untuk melihat anak-ana
ISTRI GLOWING SUAMI KELING 30Waktu terus bergulir begitu cepat. Tanpa terasa seminggu lagi acara pernikahan Joni. Kali ini Bu Dewi lebih antusias dari biasanya. Meski hanya sederhana tapi Bu Dewi mempersiapkan sebaik mungkin.Risma ikut senang dengan perubahan ibu mertuanya itu. Ya ... walau belum sepenuhnya, tapi ucapan pedasnya sudah turun level. Hampir setiap hari dia membantu apa saja yang bisa dilakukan. Seperti hari ini, Risma membantu membuat peyek kacang juga rebon untuk isi toples dan acara selametan."Itu bumbu buat peyeknya diulek yang halus, Ris!" titah Bu Dewi sambil memasukkan kue kering ke dalam toples."Ya, Bu.""Daun jeruknya jangan lupa iris tipis.""Iya." Risma hanya menjawab singkat tanpa menoleh karena sedang fokus pada ulekan."Santennya pakai kelapa tua, jangan pakai santan instan, kurang gurih nanti.""Ya.""Minyaknya pakai yang baru. Kamu ambil di lemari.""Iyaaa."
ISTRI GLOWING SUAMI KELING"Risma ... Risma!" teriak Bu Dewi dari teras rumah Risma. Tangannya menyingsing lengan daster lusuh yang dipakainya.Risma yang sedang dandan karena habis mandi pun tergopoh ke depan rumah mendengar keributan yang dibuat mertuanya itu. Tangan kanannya memutar handle pintu, sedangkan tangan kirinya masih memegang krim yang sedang ia pakai. Saking paniknya sampai lupa untuk menaruhnya lebih dulu."Kenapa, Bu?" tanya Risma dengan wajah panik.Melihat penampilan Risma justru membuat Bu Dewi makin emosi. Ditambah menantunya itu memegang skincare yang memang sedang ia aplikasikan pada kulit wajahnya."Kamu itu mikir, Risma. Suami kerja banting tulang panas panasan nyari duit kok kamu enteng bener kerjanya ngabisin duit," sungut Bu Dewi sambil menunjuk nunjuk muka Risma.Risma yang tidak tau apa-apa dan memang merasa tidak melakukan kesalahan tentu kaget pagi-pagi sudah di serang ibu mertua. Dahinya mengernyit mencoba memahami apa yang di bicarakan ibu mertuanya i
ISTRI GLOWING SUAMI KELING 2"Assalamualaikum!" Jaka mengucap salam, lalu duduk di teras rumah mencopot sepatu bututnya yang ia gunakan khusus untuk kerja.Jam makan siang Jaka gunakan untuk pulang ke rumah. Alih-alih ikut temannya ke warung ia justru makan di rumah. Dari pada uangnya buat jajan di warung mending dikasih istrinya, makan di rumah juga lebih leluasa mau nambah pun tidak bayar lagi, begitu pikirnya. Jika tempat kerjanya jauh, ia akan memilih membawa bekal dari rumah. Risma-istrinya, memang pandai memasak. Bahan sederhanapun akan jadi makanan lezat di tangannya.Dahi Jaka mengernyit karena tidak ada sahutan salam dari dalam rumah. Risma biasanya akan menunggunya pulang sambil merajut. Sedangkan Alika-putrinya biasanya sudah terlelap tidur siang. Jaka gegas memutar handle pintu, takut terjadi sesuatu dengan istrinya di dalam rumah.Jaka menahan senyum saat melihat sang istri tercinta sedang merajut dompet di karpet ruang tamu dengan wajah masam. Tv menyala menontot Risma m
ISTRI GLOWING SUAMI KELING 3"Bu, dari mana?" tanya Risma tak menghiraukan omelan mertuanya.Ia lalu beringsut dari duduknya, bermaksud menyambut sang mertua dan mencium tangannya. Saat mengulurkan tangannya justru ditampik. Risma memejamkan mata sambil menghela nafas pelan. Berusaha tak terpancing emosi dengan kelakuan ibu mertuanya itu.Bu Ida yang melihat hanya menggeleng-gelengkan kepala, tangannya mengelus-elus dada. Walau sudah tak heran dengan sikap Bu Dewi, tapi dia tetap menyayangkan sikapnya itu. Padahal setau dia menantunya selama ini baik.Bu Dewi melengos begitu saja, meninggalkan Risma yang masih berdiri dengan tangan menggantung di udara. Duduk tak jauh dari Bu Ida. Risma hanya tersenyum kecut, lalu menggaruk lehernya yang tak gatal. Melihat tingkah ibu mertuanya yang ajaib kadang membuatnya pusing."Habis panen ya, Bu?" tanya Bu Dewi basa basi."Iya, sayang kebun kalau dibiarin kosong, jadi ditanamin sayur aja bisa buat tiap hari nyayur," sahut Bu Ida dengan mengulas s
ISTRI GLOWING SUAMI KELING 4Risma menepuk keningnya sendiri, ia lupa belum memindahkan benang rajut di teras karena tadi membawa masuk sayuran yang diberi Bu Ida terlebih dahulu."Iya, aku lupa, Mas. Tadi habis bikinin teh Ibu mau beresin tapi malah mandiin Alika soalnya dia udah mainan air tadi di kamar mandi, takut keburu kedinginan bocahnya," papar Risma lalu segera bangkit dari duduknya untuk membereskan benang rajutnya.Bu Dewi menghela nafas lega. Ia takut menantunya itu mengadukan perbuatannya pada Jaka. Ia sangat suka mencari gara-gara, tapi sebenarnya jika digertak takut juga.Risma menghela nafas kasar. Satu tangannya berkacak pinggang, sedangkan yang lain memegangi kepalanya. Entah akan membereskan dari mana dulu kekacauan yang dibuat ibu mertuanya itu. Melihat benang awut-awutan seketika kepalanya pusing. Perlahan ia jongkok lalu mulai memunguti benang-benang itu dan memasukkan ke dalam plastik. Matanya tiba-tiba saja memanas, pandangannya mulai berkabut karna air mata su