Home / Urban / ISTRI KEDUA AYAHKU / Bab 5. Keputusan Huda

Share

Bab 5. Keputusan Huda

Author: Yazmin Aisyah
last update Last Updated: 2022-08-16 09:05:56

ISTRI KEDUA AYAHKU 5

Saskia Kusuma Dewi. Dua puluh dua tahun. Putri bungsu dari tiga bersaudara. Dua kakaknya adalah lelaki yang masing-masing bekerja sebagai buruh di dua pabrik berbeda. Orang tuanya guru honorer di sebuah sekolah Dasar. Saskia bekerja demi membahagiakan orang tuanya yang miskin, namun terjebak rayuan gombal Huda. Di bawah ancaman, dia akhirnya menyertakan keperawanannya hingga akhirnya hamil.

Aku menyeka peluh yang mengembun di dahi. Jika korban Huda sebelumnya kebanyakan para gadis yang memang nakal dan haus harta, Saskia berbeda. Aku telah jatuh hati padanya saat pertama kali melihatnya tempo hari. Meski beban berat menggunung di dadanya, aku melihat betapa dia berusaha untuk tegar. Dapat kubayangkan bagaimana rasanya menjadi dia, harus mengecewakan keluarganya.

Aku mampir ke kantor Huda, sebuah anak cabang perusahaan Papa yang dia pimpin. Kukatakan pada Bunda agar menahan mereka sebentar. Aku yakin Saskia dan keluarganya orang yang baik. Aku harus membawa Huda saat ini juga menemui mereka.

Petugas resepsionis mengangguk begitu aku lewat menuju ruangan Huda. Bisik bisik menggema di meja meja karyawan begitu melihatku melintas.

Aku membuka pintu tanpa mengetuk lebih dulu, dan mendapati pemandangan menjijikkan itu di depan mataku. Seorang gadis dengan setelan blazer mini tengah duduk dipangkuan adikku, membiarkan dadanya yang terekspose menjadi santapan.

"Kak Elisa…" Huda bangkit, mendorong si gadis hingga dia terhuyung-huyung.

"Siapa dia?"

"Saya admin yang baru. Anda siapa? Seenaknya saja masuk kesini." Si gadis mendahului Huda menjawab pertanyaanku.

"Tutup mulutmu! Dia kakakku!" Sentak Huda pada gadis itu. Si gadis tampak terkejut dan kini menatapku dengan ekspresi takut.

"Aku kemari menjemputmu." Ujarku pada Huda, lalu menoleh pada gadis itu. "Temui personalia dan minta gajimu. Mulai besok kau tak perlu bekerja."

"A… apa? Saya dipecat?"

Aku mengangguk. "Ya. Aku tak butuh karyawan murahan yang suka mengobral tubuhnya. Huda adikku sebentar lagi akan menikah. Lupakan mimpimu menggaetnya."

Wajah gadis itu merah padam. Dia membenahi bajunya yang terbuka di bagian dada dan keluar ruangan sambil menghentak hentakan kaki. Huda diam saja. Dia tahu bahwa wajahku yang serius tak ingin dibantah. Aku memberinya isyarat untuk ikut.

"Tapi ada apa Kak?"

Aku berbalik dan menatapnya. "Kau akan tahu. Tolong jangan menolak. Aku lelah jika harus menghajarmu lagi."

Kami berjalan beriringan. Kutinggalkan pesan pada sekretaris di depan agar meng-handle semua pekerjaan. Sekretaris Huda adalah seorang wanita berusia empat puluhan dengan kinerja luar biasa. Dia sudah bergabung dengan Wijaya group lebih dari lima belas tahun lamanya. Dan yang jelas, Huda tak berminat menggodanya.

Huda naik ke mobilku, mengambil alih stir. Dalam keadaan normal, diluar kebiasaannya main perempuan, dia sebenarnya adik yang menyenangkan. Dulu kala remaja, Huda selalu pasang badan membela aku dan Amira yang kerap di bully sebagai anak orang kaya tanpa prestasi dan mengandalkan uang orang tua. Entah sejak kapan dia berubah menjauh. Kurasa peran Mama membentuk karakternya sangat kuat.

Di halaman rumah, hanya ada sebuah mobil kijang tua yang parkir. Huda mendesah melihatnya. Dia mungkin mengenali mobil itu.

"Kakak menjebakku." Desisnya.

Aku menoleh, menatap wajahnya yang tampan. Sungguh dia mewarisi garis garis wajah Ayah, sama sepertiku. Dulu semua orang heran bagaimana kami begitu mirip padahal lahir dari dua Ibu yang berbeda.

"Huda, kau sudah dewasa. Bisakah kita bicara secara orang dewasa tanpa memakai kekerasan lagi?"

Dia diam saja, balas menatapku.

"Bisa kau bayangkan jika itu terjadi padaku atau Amira? Jika ada seorang lelaki menghamili lalu mencampakkan kami?"

"Kakak dan Amira wanita terhormat. Tak akan ada yang berani melakukan itu."

Aku tersenyum.

"Siapa bilang? Kau ingat berapa banyak gadis yang kau sakiti? Bagaimana jika salah satu dari mereka sakit hati dan melampiaskan pada kami? Aku mungkin bisa membela diriku sendiri. Tapi bagaimana dengan Amira? Dia gadis yang lembut. Belum lagi dosa yang harus kau tanggung karena membunuh bayi bayi tak berdosa itu. Huda, sebagai Kakakmu, aku minta hentikan petualanganmu. Jadilah lelaki bertanggung jawab."

Huda mendesah. Dia menunduk menatap stir mobil di hadapannya. Hatiku riuh melangitkan doa. Bagaimanapun Mama mencoba mempengaruhinya, aku yakin masih ada setitik kebaikan dalam diri adikku.

"Ayo turun."

Aku mendahului Huda turun. Beberapa mata memindai kami dari dalam rumah, aku yakin sekali itu. Meski jarak antara halaman tempat Huda memarkir mobil dengan ruang tamu utama rumah Bunda cukup jauh.

Begitu menjejakkan kaki di ruang tamu, seorang lelaki melompat dan langsung menarik kerah baju Huda. Dia nyaris saja menghajar adikku kalau aku tak menangkap kepalan tangannya dengan sigap.

"Tolong jangan buat keributan disini." Ujarku sambil menarik Huda sedikit menjauh.

"Suruh lelaki bajingan ini menikahi adikku!"

"Kita akan bicarakan baik-baik. Tapi jika ada yang main tangan, saya pastikan kalian akan berakhir di penjara."

Semua orang terkesima mendengar kata-kataku. Di sofa, duduk di sebelah Bunda adalah Saskia, yang memegang tangan Bunda sambil menangis. Lalu sepasang orang tua setengah baya yang kuyakini sebagai Ayah dan Ibunya. Seorang pemuda lain berdiri di sudut ruangan dengan tangan terlipat di dada. Dapat kubayangkan hati Bunda gelisah menghadapi mereka semua sendirian saja.

"Jadi bagaimana? Apakah adikmu mau menikahi adikku?"

Aku menatap Huda, yang berdiri diam. Dalam hati aku berharap apa yang kukatakan dalam mobil tadi merasuki benaknya.

Huda menatap Saskia sebentar, lalu menatapku.

"Baiklah, saya akan menikahi Saskia."

***

Lagi-lagi, aku harus menghadapi murka Mama dan Eyang. Kesediaan Huda menikahi Saskia ditentang habis-habisan.

"Kau akan menyesal karena telah ikut campur urusanku Mbak." Tukas Mama pada Bunda.

"Laksmi, yang mengambil keputusan ini Huda sendiri. Tanyalah padanya." Tutur Bunda dengan ketenangan yang mengagumkan.

"Ya. Tapi dibawah intimidasi Elisa. Aku tak percaya anakku lebih menurut pada Elisa daripada aku Ibunya."

"Mungkin Huda sudah menyadari kekeliruannya selama ini. Seharusnya Mama senang karena sebentar lagi akan punya cucu.' ujarku.

Mama melangkah mendekat, memangkas jarak di antara kami. Ruang tamu hanya ada kami bertiga. Eyang dibawa Ayah dan Huda ke ruang kerjanya. Kuharap Eyang melunak jika Huda sendiri yang meminta. Dan kini, mata tajam berwarna kecoklatan milik Mama menatapku tajam.

"Pernikahan ini tidak akan terjadi Elisa. Kita lihat saja nanti."

Aku tersenyum. "Kuharap Mama tidak berpikir untuk melakukan tindak kriminal. Ingat, Ayah akan menghapus nama Mama dari daftar ahli waris jika sampai melakukannya."

"Sialan! Dasar anak kurang ajar!"

"Astaga Mama. Aku heran bagaimana wanita keturunan bangsawan sepertimu bisa bicara seperti itu."

Mama mendelik.

"Tunggu saja Elisa. Mungkin sudah saatnya menyingkirkan duri dalam hidupku.'

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sutan
napa ceritanya terpotong GK ada akhir dari cerita.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • ISTRI KEDUA AYAHKU   Bab 51 (ekstra part)

    ISTRI KEDUA AYAHKU (Ekstra part)PoV HUDASatu tahun kemudianRumah terasa demikian sepi setelah Kak Elisa menikah dan tinggal terpisah. Meski hanya Kak Elisa yang pergi, pengaruhnya ternyata begitu besar. Tak ada lagi yang sibuk membangunkanku dan Amira. Tak ada yang melotot memarahiku jika aku terlambat pulang hingga larut malam. Dan tak ada yang memeluk setiap kali aku murung karena rasa ingin tahu ku pada keluarga kandung yang tak terbendung.Aku kehilangan Kak Elisa, seperti aku kehilangan jejak pada orang tua kandung yang entah dimana. Sekian lama kucoba ikhlas dan melupakan, tetap saja, ada rasa tak nyaman di dalam hati. Seharusnya, aku bukan bagian dari keluarga terhormat ini. Bagaimana jika ternyata, aku adalah anak seorang pelacur? Seorang penjahat? Atau pembunuh?"Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci Huda. Tak peduli siapa orang tua kandungmu, kau tetap anak Ayah, dan adikku."Kak Elisa telah benar-benar melupakan diriku yang dulu kerap membuat onar. Padahal aku tak pe

  • ISTRI KEDUA AYAHKU   Bab 50

    ISTRI KEDUA AYAHKU 50 (ENDING)PoV ELISAAdakah hari yang lebih dinantikan setiap wanita selain hari ini? "Kamu cantik banget pakai jilbab El. Auramu makin bersinar."Bunda menangkup wajahku dengan lembut. Aku tersenyum ketika beliau menghela tubuhku ke depan cermin sementara sang make up artist yang baru saja selesai memoles wajahku menunggu dengan wajah sedikit tegang. Dia dulu pernah merias kami sekeluarga saat Huda wisuda dan protes dari Mama yang mau ini dan itu terus bertubi-tubi.Ah, Mama. Rasanya masa itu telah jauh tertinggal. Apapun kesalahanmu dimasa lalu, kami semua telah memaafkanmu dan berdamai dengan takdir. Semoga dirimu tenang setelah mendapat pengampunan dari orang-orang yang pernah kau sakiti.Dan aku tetap saja takjub melihat diriku sendiri. Make up flawless yang membuat wajahku tetap tampak seperti diriku. Dengan kebaya putih panjang hingga menyentuh lantai dan jilbab putih terbuat dari sutera, aku tak bisa memungkiri bahwa benar kata orang-orang bahwa aku cantik

  • ISTRI KEDUA AYAHKU   Bab 49

    ISTRI KEDUA AYAHKU 49PoV HUDAAku melangkah dengan cepat keluar dari kamar super VIP, dimana mereka semua berkumpul. Sungguh, mendengar penjelasan Eyang tadi, meski gemetar dan tak menyangka, sebagai sisi hatiku tak menyangkalnya. Sejak dulu aku merasa begitu berbeda. Mungkin secara fisik, aku mirip mereka. Tapi banyak orang berkata, sedikitpun aku tak punya aura bangsawan. Tapi, bagaimana aku bisa mirip Ayah dan Akak Elisa? Tapi ah, Bukankah seorang anak angkat saja bisa menjadi mirip orang tua angkat yang mengasuhnya penuh cinta. Apa lagi aku, yang lebih banyak menghabiskan masa kecil di rumah Bunda.Di salah satu sudut halaman parkir, aku berhenti. Kakiku yang lelah membuatku tak mampu lagi melangkah. Aku duduk di salah satu bangku semen yang teduh oleh pohon akasia. Bangku ini tampaknya memang sengaja dibuat sebagai tempat istirahat.Selama ini, aku menghabiskan begitu banyak uang, menciptakan begitu banyak masalah di keluarga ini. Padahal aku sama sekali bukan bagian dari merek

  • ISTRI KEDUA AYAHKU   Bab 48

    ISTRI KEDUA AYAHKU 48Elisa, begitu banyak dosa yang telah Eyang lakukan pada keluarga ini. Eyang takut, jika Eyang mati sebelum memberi tahumu semua yang sebenarnya terjadi. Satu dosa besar, yang kerap membuat Eyang gemetar setiap malam. Elisa, apakah benar Dia maha pengampun?Aku tercenung sambil memegang kertas berisi tulisan tangan Eyang yang rapi. Dalam sebuah buku novel cetakan lama, di samping kacamata bacanya, kertas ini kutemukan. Eyang sendiri telah berada di rumah sakit, koma tanpa diagnosa. Sungguh aneh. Dirinya seakan hanya tertidur. Tidur yang sangat lama karena hingga seminggu kemudian, Eyang tak juga bangun. Dokter yang heran karena tak menemukan penyebabnya, hanya memintaku menunggu.Apa yang sebenarnya Eyang sembunyikan? Apa yang membuat jiwamu berkelana hingga tak juga kembali? Aku bersandar di bangku ruang tunggu dengan perasaan lelah. Rumah sakit seakan menjadi tempat yang begitu akrab denganku. Orang-orang yang kucintai masuk dan keluar, silih berganti."Tita su

  • ISTRI KEDUA AYAHKU   Bab 47

    ISTRI KEDUA AYAHKU 47Aku menatap Bunda dengan raut terkejut yang tak dapat kusembunyikan. Sakha bergerak cepat. Kemarin, ketika, lagi lagi aku luruh dalam genggaman tangannya, dia memang berkata akan segera melamarku apapun yang terjadi. Dia tak peduli jika harus ditolak atau bahkan dihina. Dia akan berjuang keras dengan satu keyakinan, bahwa cintaku cukup baginya mampu melakukan itu semua."Lalu, Ayah dan Bunda? Emm… maksudku, Ayah menerimanya?""Oh, apa kau ingin Ayahmu menolaknya saja?"Suara Bunda jelas menggoda. Aku tersipu. Bagaimana mungkin aku ingin Ayah menolak, jika hatiku begitu ingin bersamanya. Tiba-tiba saja, kemungkinan bahwa Eyang tidak menyukainya, atau Tita yang cemburu tak lagi kupikirkan. Jatuh cinta membuatku menjadi sedikit egois."Kau tahu apa yang dikatakan calon mertuamu?"Bunda bahkan langsung menyebut Ibunya dengan calon mertua."Sakha mencintai Elisa dengan tulus. Demi Allah, dendam itu telah lama hilang melihat anak gadis kalian yang begitu tulus dan baik

  • ISTRI KEDUA AYAHKU   Bab 46

    ISTRI KEDUA AYAHKU 46"Tumor otak stadium dua."Satu kalimat itu nyatanya mampu membuat suasana dalam ruangan Dokter Annisa mencekam. Dapat ku rasakan jemari Tante Dayana mencengkram lenganku dengan kencang. Aku memegang lengannya, menepuknya perlahan agar dia bisa sedikit lebih tenang."Beruntung kita segera menemukannya. Peluang keberhasilan operasi pada jenis Tumor ini sangat besar. Ibu tidak perlu terlalu cemas." Ujar dokter Annisa sambil menatapku dan Tante Dayana bergantian."Saya minta rujukan tindakan apa yang terbaik untuk Tita dan rumah sakit mana yang paling banyak tingkat keberhasilannya dokter."Dokter Annisa mengangguk."Saya merekomendasikan Saint Mary Mayo Clinic. Rochester, Amerika Serikat."Aku menatap Tante Dayana, meminta persetujuannya. Sepertinya dia sendiri kebingungan. "Bagaimana baiknya menurutmu El." Ujarnya pasrah.Aku kembali menatap dokter Annisa."Tolong siapkan rujukannya dokter. Saya akan membawa Tita kesana."***"El… Tante takut. Takut sekali."Aku m

  • ISTRI KEDUA AYAHKU   Bab 45

    ISTRI KEDUA AYAHKU 45Tentu saja, saat yang paling menguras emosi adalah saat Eyang masuk ke dalam kamar dan berlutut memohon maaf dari Tante Dayana dan Tita. Tita yang nekad mencabut jarum infus dengan paksa, tak peduli setitik darahnya muncrat. Dia terhuyung huyung dan nyaris jatuh seandainya Tante Dayana tidak segera memeluknya. Aku urung keluar meski pintu telah terbuka. Karena itu jugalah, Eyang yang ternyata telah berdiri di depan pintu melihat semua kejadian itu."Anakku, cucuku…"Eyang, yang selama dua puluh lima tahun aku mengenalnya adalah wanita paling angkuh di dunia, yang di dadanya, hanya ada harta dan kehormatan keluarga yang patut dijaga, tiba tiba saja berlutut di hadapan anak dan cucunya."Ini semua salah Eyang. Katakan apa yang harus Eyang lakukan untuk menebus dosa pada kalian."Dalam pelukan Tante Dayana, Tita gemetar. Dapat kulihat bagaimana Tante Dayana mulai luluh oleh ketulusan hati Eyang. Tapi Tita, gejolak darah mudanya melarang dia memaafkan begitu saja."

  • ISTRI KEDUA AYAHKU   Bab 44

    ISTRI KEDUA AYAHKU 44PoV TITAAku menggeraikan rambut ke depan menutupi wajah. Untung saja, aku belum memakai baju tahanan. Kalau tidak, tentu gerakku akan sulit. Berjalan kaki kembali ke rumah, aku tak punya pilihan lain. Aku hanya ingin memastikan Ibu baik-baik saja sebelum meninggalkannya. Air mataku menetes. Masih dapat kuingat bagaimana kemiskinan kami kerap menjadi hinaan tetangga. Bukan, bukan karena Bapak tak berusaha. Beliau bahkan berusaha terlalu keras hingga akhirnya sungai merengggut nyawanya ketika aku masih kecil. Ibuku yang cacat, memutuskan untuk sendirian merawatku. meski dia adalah Ibu terbaik didunia, fisik tetaplah yang utama.Ibu, maafkan aku, aku hampir saja berhasil membalas dendam untukmu. Tapi aku terlalu gegabah. Aku… aku bahkan nyaris menjadi pembunuh. Mengingat hal itu, hatiku gentar. Aku tak boleh masuk penjara, bagaimana dengan Ibu? Tapi semua sudah terlanjur. Satu satunya yang bisa kulakukan adalah pergi dari sini.Perutku perih karena lapar. Sudah s

  • ISTRI KEDUA AYAHKU   Bab 43

    ISTRI KEDUA AYAHKU 43Di luar, malam telah semakin pekat oleh mendung yang menggelayut. Sesekali, suara gemuruh petir terdengar dan cahaya kilat membelah langit. Seakan tak cukup gerimis dalam hati ini, langit telah pula siap menumpahkan tangis."Tante…" Aku memegang lengannya, menatap matanya yang penuh luka itu. Membayangkan diriku berada di posisinya saja sudah sangat menyedihkan, apalagi dia yang selama empat puluh delapan tahun mengalami, menyaksikan putri satu satunya hidup dalam derita.Tante Dayana balas menatapku."Aku tahu kau anak yang baik, El. Sayang, kau harus lahir dari keluarga ini." Desis nya."Aku mohon jangan pergi. Semua harus terang benderang. Ini rumah Tante. Biarkan Eyang tahu.""Tidak." Tante Dayana masih bersikukuh. Dia bahkan telah mulai membuka pintu rumah."Aku telah bersumpah untuk tidak akan kembali. Rasa sakit dalam dadaku ini tak akan pernah ada obatnya. Yang kuinginkan hanya satu, kembalikan Tita.""Aku akan mengusahakannya Tante. Tapi tolong, tinggal

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status